Wilayah 3T tetap Diperbolehkan Gunakan Kurikulum 2013 dan Merdeka

Oleh editor johan pada 20 Jul 2025, 11:04 WIB
Ilustrasi guru sedang mengajar di Sekolah Menengah Pertama. (Foto: Dok Kemendikdasmen)

Ilustrasi guru sedang mengajar di Sekolah Menengah Pertama. (Foto: Dok Kemendikdasmen)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan bahwa pemerintah belum memberlakukan kurikulum baru di seluruh jenjang sekolah di Indonesia.

Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka masih menjadi dasar utama dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk untuk satuan pendidikan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Hal ini disampaikan langsung oleh dalam Dialog Kebijakan Bersama Media Massa yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (18/7/2025).

“Tidak ada kurikulum baru ataupun perubahan nama,” ujar Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran BSKAP Kemendikbudristek, Laksmi Dewi, dikutip dari Info Publik.

“Yang berlaku tetap K13 dan Kurikulum Merdeka. Daerah 3T tetap diperbolehkan menggunakan K13 hingga tahun ajaran 2026–2027,”

Deep Learning Bukan Kurikulum, Tapi Transformasi Cara Mengajar

Lebih lanjut, Laksmi menepis anggapan bahwa pemerintah tengah mengganti kurikulum dengan konsep baru seperti deep learning. Ia menegaskan, deep learning bukan kurikulum, melainkan pendekatan pembelajaran mendalam yang menjadi bagian dari reformasi kualitas pendidikan nasional.

“Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Materi pelajaran tidak perlu banyak, yang penting siswa bisa memahami secara utuh dan menikmati proses belajar,” ujarnya.

Model deep learning mengusung prinsip pengembangan karakter dan kegembiraan belajar, alih-alih hanya menumpuk materi. Konsep ini diadopsi dari praktik pendidikan di negara-negara maju seperti Australia, Kanada, dan Swedia, yang terbukti efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa.

200 Narasumber Nasional Disiapkan, Guru Akan Dilatih Bertahap

Untuk memperluas pemahaman tentang deep learning, BSKAP bersama Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dan Pendidikan Guru (PG) telah melatih sekitar 200 narasumber nasional.

Mereka akan menjadi ujung tombak pelatihan guru-guru di seluruh Indonesia melalui skema pelatihan bertahap (cloning) serta webinar daring.

“Kami mulai dari Aceh hingga Papua. Sosialisasi tidak bisa sekaligus, tapi bertahap,” jelas Laksmi.

Delapan Dimensi Kompetensi Lulusan Jadi Sasaran

Dalam jangka panjang, pendekatan ini ditujukan untuk membentuk profil lulusan berkarakter kuat, dengan delapan dimensi kompetensi utama:

  1. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME
  2. Kewargaan
  3. Kreativitas
  4. Kemandirian
  5. Komunikasi
  6. Kesehatan
  7. Kolaborasi
  8. Penalaran kritis

Upaya ini juga menjadi jawaban atas tantangan pendidikan global seperti fenomena schooling without learning — kondisi di mana siswa bersekolah tetapi tidak mengalami proses belajar yang bermakna.

“Secara teori, pendekatan ini bisa berhasil. Tapi praktiknya bergantung pada banyak faktor, mulai dari kesiapan guru, dukungan keluarga, hingga lingkungan belajar siswa,” pungkas Laksmi.

(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Info Publik)

Tinggalkan Komentar