Waspada! Titik Panas di Kaltim Meningkat Masuk Musim Kemarau

Kebakaran hutan dan lahan (kahutla) (foto : Diskominfo Kalsel)
Smartrt.news, JAKARTA – Peringatan serius dikeluarkan pemerintah menyusul meningkatnya jumlah titik panas (hotspot) di sejumlah wilayah, terutama di Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatera Barat (Sumbar), dan Sumatera Utara (Sumut) dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini memperkuat sinyal bahaya menjelang puncak musim kemarau yang diprediksi terjadi pada Agustus hingga September 2025.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Raja Juli Antoni, menyatakan bahwa beberapa provinsi rawan seperti Riau, Kalsel, Jambi, Sumsel, Kalbar, dan Kalteng juga menunjukkan tren peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang perlu diwaspadai. Hal itu disampaikannya usai memimpin Rapat Monitoring Karhutla di Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/7/2025).
“Di Riau saja, saat ini ada 43 kasus karhutla dengan 51 tersangka yang sedang diproses hukum. Ini diharapkan menjadi efek jera bagi pelaku pembakaran, dan jadi peringatan keras bagi wilayah lain,” tegas Raja Juli.
Waspada Agustus–September: Titik Kritis Karhutla Nasional
Raja Juli menegaskan bahwa sepuluh hari pertama Agustus akan menjadi titik kritis, dengan tingkat kekeringan tinggi dan curah hujan rendah. Ia meminta semua pemangku kepentingan, baik pusat maupun daerah, untuk mengerahkan seluruh sumber daya dalam mencegah dan menangani karhutla, termasuk dengan memperkuat operasi darat dan udara.
Ia juga mengapresiasi peran kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Manggala Agni yang dinilai memainkan peran penting dalam menahan laju kebakaran, terutama di daerah rawan.
Di sisi lain, pendekatan berbasis ilmu pengetahuan seperti penggunaan data cuaca dan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) juga terus dimaksimalkan.
BMKG Ingatkan Kepala Daerah: Patroli Harus Diperketat
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa wilayah Sumatera bagian selatan masih berada di fase puncak kemarau hingga Agustus, dengan potensi kebakaran tinggi akibat minimnya curah hujan.
“Patroli darat dan udara harus ditingkatkan. Jika perlu, lakukan penyiraman air dari udara menggunakan heli water bombing atau operasi OMC,” ujar Dwikorita.
BNPB Kerahkan Heli dan Motor Khusus Karhutla
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa BNPB telah mengerahkan kekuatan udara dan darat secara masif di enam provinsi prioritas karhutla. Di antaranya:
- 10 helikopter patroli
- 14 helikopter water bombing
- Motor karhutla roda dua dan tiga
- Pompa jinjing dan alat pelindung diri khusus karhutla
Total dukungan peralatan darat dan udara senilai lebih dari Rp4 miliar telah dikucurkan untuk mendukung Satgas Karhutla di daerah-daerah rawan.
“Kolaborasi satgas udara dan darat memberikan hasil nyata dalam menekan titik panas. Tapi kita belum bisa lengah, karena potensi karhutla akan memuncak dalam 4–6 pekan ke depan,” ujar Suharyanto.
Dengan kombinasi penegakan hukum, operasi udara, dan pendekatan ilmiah, pemerintah berharap karhutla tahun ini tidak seburuk periode krisis sebelumnya. Namun kunci utama tetap ada di tingkat lokal — kolaborasi masyarakat, kepatuhan terhadap aturan larangan bakar lahan, dan kesadaran lingkungan.
Kaltim, Riau, dan provinsi lainnya diminta bersiap dan bergerak cepat. Karena jika tidak, kebakaran besar bukan hanya merusak hutan, tetapi juga kualitas udara, perekonomian, dan kesehatan publik secara luas.
(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Info Publik)