Warga RT 35 Damai Bahagia Masih Terkendala Infrastruktur, Fasilitas Kesehatan, dan Rendahnya Partisipasi Pendidikan

ketua rt 35 damai bahagia
Ketua RT 35 Kelurahan Damai Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, usai mengikuti sosialisasidi Universitas Mulia Balikpapan. (Foto:smartrt.news/rama)

Smartrt.news, BALIKPAPAN — Warga RT 35 Kelurahan Damai Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, masih menghadapi berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan mencakup infrastruktur lingkungan, fasilitas kesehatan, hingga rendahnya partisipasi dalam program pendidikan dan pelatihan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua RT 35, Jamalia, dalam wawancara Sabtu (25/5/2025). Jamalia, yang telah memimpin wilayah ini selama 17 tahun dan melewati tiga periode kepemimpinan, menyoroti bahwa persoalan utama yang terus berulang adalah banjir dan minimnya fasilitas umum yang memadai.

“Kalau dihitung, ini sudah tiga periode saya menjabat. Tapi tantangan yang kami hadapi masih sama — banjir saat hujan deras dan kurangnya fasilitas lingkungan. Saluran air banyak yang tersumbat, jalan rusak, dan belum ada perbaikan berarti,” ungkapnya.

Banjir dan Fasilitas Umum Masih Jadi Masalah Utama

Masalah banjir dianggap tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari warga, tapi juga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan, khususnya bagi anak-anak dan lansia. Selain itu, fasilitas umum seperti pos ronda dan tempat kegiatan masyarakat belum tersedia secara layak.

Posyandu Berpindah ke Rumah Ketua RT

Dalam sektor kesehatan, layanan Posyandu yang seharusnya menjadi ujung tombak pelayanan ibu dan anak masih berlangsung, namun dengan keterbatasan besar. Gedung Posyandu yang rusak parah membuat kegiatan harus dialihkan ke rumah pribadi Ketua RT.

“Posyandu kami aktif setiap bulan. Tapi karena bangunannya tidak layak — atap bocor dan lantai licin saat hujan — saya terpaksa pinjamkan rumah sendiri untuk kegiatan itu. Petugas dari puskesmas tetap datang, tapi kan tempatnya tidak ideal,” jelas Jamalia.

Ia berharap adanya perhatian dari instansi terkait untuk menyediakan fasilitas yang lebih layak dan aman bagi kegiatan kesehatan masyarakat.

Partisipasi Pendidikan Rendah Meski Ada Program Kampus

Jamalia juga mengapresiasi hadirnya program pengabdian masyarakat dari sejumlah perguruan tinggi yang telah beberapa kali menggelar pelatihan dan kegiatan literasi di lingkungan RT 35. Namun, menurutnya, tingkat partisipasi warga masih tergolong rendah.

“Program dari kampus sebenarnya bagus. Tapi warga kami kebanyakan sibuk bekerja. Mereka fokus cari nafkah harian, jadi kegiatan pelatihan atau pendidikan belum jadi prioritas,” ujarnya.

Sebagian besar warga bekerja di sektor informal, dengan jam kerja yang panjang. Kondisi ini membuat keikutsertaan dalam program pendidikan nonformal menjadi terbatas.

Meski demikian, Jamalia mencatat mulai tumbuhnya minat dari beberapa warga untuk melanjutkan pendidikan sebagai upaya meningkatkan taraf hidup.

“Sudah mulai ada yang tertarik lanjut sekolah atau kuliah. Tapi memang belum semua, dan butuh waktu serta dorongan lebih lanjut,” tambahnya.

Harapan Akan Dukungan Nyata dari Pemerintah dan Pihak Swasta

Melihat kondisi tersebut, warga RT 35 berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah, dinas terkait, dan juga pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan lingkungan.

Menurut Jamalia, perbaikan infrastruktur dasar, penyediaan fasilitas kesehatan yang layak, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih sejahtera.

“Kami di RT hanya bisa mengupayakan semampunya. Harapan kami, ada perhatian dari pemerintah agar kebutuhan dasar masyarakat bisa terpenuhi,” pungkasnya.

RT 35 Damai Bahagia menjadi salah satu potret wilayah pemukiman padat yang masih berjuang untuk mendapatkan akses yang adil terhadap layanan publik. Perhatian berkelanjutan dan kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat membawa perubahan nyata bagi masyarakat ke depan. ***

(Tim smartrt.news/anang/sumber: RT 35 Damai Bahagia)