Warga Balikpapan Didorong Jadi Jumantik Mandiri, Fogging Bukan Solusi Utama
Diterbitkan 27 Jun 2025, 15:38 WIB

Jumantik sedang memeriksa tempat penampungan air. (Foto:smartrt.news/rama)
Smartrt.news, BALIKPAPAN — Dalam upaya mengantisipasi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan mengajak seluruh masyarakat untuk aktif terlibat dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri di lingkungan masing-masing.
Kepala DKK Balikpapan, Alwiati, menegaskan bahwa peran serta warga sangat krusial dalam mencegah penyebaran DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Menurutnya, upaya pemberantasan jentik yang dilakukan secara mandiri dan konsisten jauh lebih efektif ketimbang hanya mengandalkan fogging atau pengasapan.
“Fogging itu bukan solusi utama. Itu hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya. Yang lebih penting adalah pencegahan, yaitu dengan membasmi sarang nyamuk secara rutin di rumah,” ujar Alwiati, Jumat (27/6/2025).
Setiap Rumah Diminta Miliki Jumantik
Melalui program ini, DKK Balikpapan mendorong agar setiap rumah memiliki satu Jumantik yang bertugas memantau secara rutin tempat-tempat penampungan air, seperti ember, bak mandi, pot bunga, dan talang air. Selain itu, Jumantik juga diharapkan mampu mengedukasi anggota keluarga lain mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai kunci utama menekan penyebaran DBD.
“Kalau tiap rumah punya satu Jumantik aktif, maka pengawasan bisa dilakukan harian. Ini jauh lebih efektif dan berkelanjutan dibanding menunggu petugas datang,” jelasnya.
3M Plus Jadi Senjata Utama
DKK juga terus menggalakkan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pendekatan 3M Plus, yaitu, Menguras tempat penampungan air secara rutin. Menutup rapat tempat penyimpanan air dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Adapun “Plus” mencakup berbagai langkah tambahan seperti menabur larvasida di tempat air yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa pada ventilasi, menggunakan lotion atau obat anti nyamuk, memperbaiki saluran air yang tersumbat, hingga menanam tanaman pengusir nyamuk.
“Langkah-langkah ini terbukti mampu menekan perkembangan nyamuk. Namun perlu diingat, ini harus menjadi kebiasaan harian, bukan hanya saat ada kasus DBD,” tegas Alwiati.
Edukasi Jadi Kunci
Selain menggencarkan kampanye PSN, DKK juga terus melakukan edukasi langsung kepada masyarakat melalui Puskesmas, kader kesehatan, dan kegiatan sosialisasi di sekolah-sekolah. Edukasi ini ditujukan untuk membangun kesadaran kolektif bahwa DBD bukan hanya persoalan pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.
“Kita ingin warga sadar bahwa DBD bisa dicegah mulai dari rumah. Jangan menunggu hingga ada kasus baru bergerak,” imbuhnya.
Alwiati berharap, melalui pendekatan partisipatif ini, jumlah kasus DBD di Balikpapan dapat ditekan secara signifikan, terutama di musim hujan yang biasanya menjadi waktu rawan penyebaran penyakit tersebut.
Sebagai catatan, berdasarkan data DKK Balikpapan, kasus DBD cenderung meningkat setiap awal dan akhir tahun, seiring dengan tingginya curah hujan yang memperbanyak genangan air tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak.***
(Tim smartrt.news/anang/sumber: DKK Balikpapan)