Wacana Pemilihan Tertutup Mencuat, Sigit Pilih Sistem Terbuka untuk Pileg

Anggota DPRD Kaltim, Sigit Wibowo. (dok)
SMARTRT.NEWS – Wacana pemilihan kepala daerah dengan sistem tertutup atau dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kembali mencuat.
Wacana itu disampaikan dalam sosialisasi Anggota DPRD Kaltim, Sigit Wibowo tentang demokrasi daerah bertajuk: Demokrasi di Era Reformasi, pada Sabtu (25/1/2025).
Sigit Wibowo menyampaikan wacana tersebut kepada warga soal ide Presiden Prabowo dan sebagian elit politik terkait Pilkada Provinsi dan kota yang akan dipilih wakil rakyat dari Parlemen.
“Bagaimana kalau nanti Pilkada di provinsi maupun kabupaten/kota kalau dikembalikan lagi ke DPR,” ucapnya. Kata Sigit, isu ini memicu perdebatan di kalangan publik.
“Kalau dari sisi pembiayaan penyelenggaraan memang lebih kecil, tapi apakah kita harus menghukum kembali hak-hak warga negara? Nah itu mungkin jadi pemikiran kita bersama,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi soal sistem proporsional tertutup, Sigit mengungkapkan awal mula wacana tersebut digaungkan.
“Yang Pilkada ini ya, ‘kan sebenarnya ada juga yang usulan dari PDI dulu, bahwa proposional tertutup itu artinya berdasarkan nomor urut kan, itu yang Pileg-nya. Dari kami, ya harus proporsional terbuka lah, tapi plus minus,” akunya.
Menurutnya, sistem proporsional terbuka dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) itu artinya semua bergerak. Maksudnya, partisipasi pemilih lebih tinggi meski biaya politiknya besar.
“Pokoknya kita pahami bersama. Tapi kalau proporsional tertutup, mau tidak mau yang bekerja hanya nomor satu dan dua dari suara terbanyak,” terangnya.
Saat diminta pendapatnya, Sigit memilih untuk pemilihan tetap berada di tangan rakyat.
“Bagi kami yang lebih baik diproporsionalkan terbuka saja, karena nggak mungkin lagi kita mundur kan. Kalau yang sistem proporsional tertutup dalam Pilkada, kalau menurut pribadi saya usulan Pak Presiden ini bisa juga didiskusikan,” katanya.
Artinya pendapat Sigit ini untuk Pilkada dinilai baik buat efesiensi. Namun kalau demokrasi, keinginan masyarakat nanti bagaimana.
“Begitu kan. Nah kalau untuk demokrasinya, masyarakat mau ditempatkan dimana, memang demokrasi kita ini kan keterwakilan sebenarnya,” jelas Sigit.
Reporter: Musafir B
Editor: Kopi Hitam