Universitas Mulia Bangun Model Pembelajaran Moderasi & Keberagaman

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si (foto : Universitas Mulia)
Smartrt.news, BALIKPAPAN – Di tengah dominasi kampus-kampus besar dari Pulau Jawa, Universitas Mulia menorehkan capaian strategis dengan menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang lolos hibah Program Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) 2025 dari Direktorat Pendidikan Tinggi.
Capaian ini bukan sekadar administratif, tetapi mencerminkan komitmen Universitas Mulia sebagai kampus technopreneur yang menjunjung nilai kebangsaan, moderasi, dan keberagaman, sekaligus berani tampil sebagai pionir pendidikan karakter berbasis proyek di Kaltim.
Menjawab Tantangan Indonesia Emas 2045
Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menegaskan bahwa hibah MKWK 2025 adalah peluang untuk menyambung visi kampus dengan agenda besar Indonesia Emas 2045.
Ia menyebut, ini bukan sekadar pengakuan pusat terhadap eksistensi kampus di daerah, tetapi batu loncatan memperkuat jejaring akademik nasional lintas wilayah.
“Keterlibatan ini membuka peluang kolaborasi nasional dan menjadi pijakan pengembangan Universitas Mulia sebagai perguruan tinggi unggul yang relevan dengan arah pembangunan nasional,” ujarnya.
MKWK Bukan Formalitas, Tapi Hidup di Ruang Kelas
Di banyak kampus, MKWK kerap dianggap sekadar formalitas kurikulum. Namun di Universitas Mulia, program ini dihidupkan melalui:
- Integrasi ke RPS dan kalender akademik
- Pembentukan komunitas dosen pengampu MKWK
- Evaluasi siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan)
- Diseminasi hasil proyek melalui festival atau pameran
Langkah ini memastikan bahwa nilai kebangsaan, toleransi, dan keberagaman tidak berhenti di atas kertas, tapi benar-benar diinternalisasi melalui pengalaman belajar mahasiswa.
Insentif dan Regulasi: Agar Program Tak Hanya Sekadar ‘Mampir’
Prof Ahsin menekankan bahwa keberlanjutan program seperti MKWK memerlukan kebijakan insentif yang kuat:
- Pengakuan beban kerja dan poin jabatan untuk dosen
- Konversi SKS dan sertifikat resmi untuk mahasiswa
“Tanpa dukungan regulasi konkret, program semacam ini hanya akan singgah sebentar lalu hilang arah,” tegasnya.
Technopreneurship yang Membumi di Balikpapan dan IKN
Sebagai kampus berbasis technopreneurship, Universitas Mulia memilih jalur yang menghubungkan inovasi teknologi dengan persoalan sosial. Mahasiswa tidak hanya ditantang menciptakan solusi digital, tetapi juga untuk menjunjung etika digital, keadaban publik, dan nilai-nilai Pancasila dalam setiap inovasi.
Konsep ini akan diterapkan melalui:
- Proyek berbasis masalah sosial dan keberagaman
- Integrasi etika digital dalam kurikulum
- Kewirausahaan teknologi yang berorientasi pada kemaslahatan publik, bukan sekadar profit
Kampus Penyangga IKN, Penjaga Keberagaman
Berada di Balikpapan, sebagai kota strategis penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), Universitas Mulia menempatkan dirinya dalam peran vital: merawat keberagaman di kawasan multikultural.
“Melalui MKWK, kami ingin mengembangkan pembelajaran dan pengabdian yang fokus pada pendidikan nilai, resolusi konflik, moderasi beragama, hingga inovasi sosial. Ini kontribusi kami membangun ekosistem masyarakat IKN yang inklusif dan toleran,” tutup Prof Ahsin.
Akar Kebangsaan, Napas Inovasi
Bagi Universitas Mulia, jalur technopreneur bukan sekadar penguasaan teknologi, tetapi juga peneguhan akar kebangsaan. Dengan semangat MKWK 2025, kampus ini memberi bukti bahwa inovasi tanpa nilai adalah kosong—dan bahwa mahasiswa Kalimantan bisa, sejak dini, turut membentuk masa depan Indonesia yang berkeadaban.
(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Humas Universitas Mulia)