Tujuh Tahun Berturut-turut, RT 17 Damai Baru Balikpapan Hidupkan Semangat Kemerdekaan Lewat Upacara Swadaya

RT 17 Damai Baru Balikpapan gela r Upacara Bendera HUT Kemerdekaan / smartrt.news
Smartrt.news, BALIKPAPAN – Mentari pagi baru saja muncul di ufuk timur ketika halaman kantor RT 17 Damai Baru, Balikpapan Selatan, mulai dipadati warga.
Suara riuh anak-anak berpadu dengan derap langkah peserta upacara yang bersiap di barisan. Suasana berubah hening ketika sang pembawa acara memulai rangkaian upacara peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, Minggu (17/8/2025).
Di tengah-tengah lingkungan kota yang semakin modern, pemandangan ini terasa istimewa. Bendera Merah Putih perlahan naik ke udara, diiringi lagu kebangsaan yang dinyanyikan penuh semangat. Puluhan warga berdiri khidmat, sebagian di antaranya mengenakan pakaian adat Nusantara.
Bagi warga RT 17, upacara ini bukan sekadar seremoni tahunan. Sudah tujuh tahun berturut-turut mereka mempertahankan tradisi ini, sepenuhnya dengan dana swadaya. Tidak ada sponsor, tidak ada kucuran dana dari pemerintah. Semua lahir dari gotong royong dan tekad bersama.
Semangat Kebersamaan Warga
Ketua RT 17 Damai Baru, Untung Sutanto, menyebut antusiasme warga sebagai alasan utama mengapa kegiatan ini bisa terus berjalan. “Alhamdulillah, ini sudah kali ketujuh kita mengadakan upacara bendera. Antusias warga sangat luar biasa. Kita selalu kedepankan baju adat sebagai simbol persatuan,” ujarnya dengan bangga.
Persiapan memang mendapat pendampingan dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas, namun seluruh pembiayaan sepenuhnya berasal dari iuran sukarela warga.
“Kalau soal dana, murni swadaya. Dukungan moral ada dari kelurahan dan kecamatan, tapi pelaksanaan ini sepenuhnya hasil gotong royong,” tambah Untung.
Pakaian Adat Sebagai Simbol Persatuan
Salah satu ciri khas yang membedakan upacara di RT 17 dengan tempat lain adalah hadirnya warga dengan pakaian adat dari berbagai daerah. Tahun ini, sekitar 20–25 orang mengenakan busana tradisional. Ada yang berpakaian adat Jawa, Bugis, Banjar, hingga Dayak.
“Harapan saya, tahun depan bisa lebih banyak. Kalau sekarang 20 sampai 25 orang, insyaallah bisa 50 bahkan 100 orang. Walaupun berbeda-beda suku dan budaya, kita tetap satu Indonesia,” kata Untung.
Kehadiran beragam busana adat ini bukan hanya memperindah suasana, tetapi juga menjadi pengingat nyata bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa.
Tantangan Menghidupkan Tradisi
Untung tidak menutup mata bahwa tantangan terbesar dalam melaksanakan kegiatan ini adalah membangkitkan semangat nasionalisme warga. Di banyak lingkungan, upacara bendera di tingkat RT sudah jarang digelar. Sebagian masyarakat lebih memilih memperingati kemerdekaan lewat lomba atau hiburan.
“Sekarang jarang sekali lingkungan RT menggelar upacara hormat bendera. Karena itu, kita berusaha menghidupkan kembali tradisi ini agar masyarakat semakin cinta tanah air,” ucapnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Untung berharap generasi muda bisa merasakan langsung khidmatnya upacara, bukan sekadar melihat di televisi atau mengikuti di sekolah.
Rangkaian Meriah Hingga Akhir Bulan
Perayaan kemerdekaan di RT 17 tidak berhenti pada upacara saja. Sejak pertengahan Agustus, warga sudah menggelar berbagai lomba yang melibatkan semua kelompok usia.
Sebagai puncaknya, pada 31 Agustus mendatang akan digelar jalan santai sekaligus lomba antarwarga. Acara ini diperkirakan akan menjadi ajang silaturahmi terbesar warga RT 17 sepanjang tahun.
Bagi warga RT 17, memperingati kemerdekaan tidak harus mewah atau bergantung pada fasilitas besar. Dengan kebersamaan dan rasa cinta tanah air, mereka mampu menciptakan perayaan sederhana yang sarat makna.
“Bagi kami, kemerdekaan itu harus dirayakan dengan hati. Selama kita punya semangat gotong royong, tidak ada yang tidak mungkin,” tutup Untung.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa nasionalisme bisa tumbuh subur dari lingkungan terkecil, bahkan dari sebuah RT. Dari Damai Baru, semangat itu terus berkibar, seiring berkibarnya Sang Merah Putih di langit Balikpapan.