Tas Manik, Harapan, dan Tamu dari Segala Penjuru Momen Dekrasna 2025

Oleh kontributor Sudarman pada 04 Jul 2025, 13:08 WIB


Smartrt.news, BALIKPAPAN – Di sudut Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan di dalam Toko Nunung deretan tas manik warna-warni tersusun rapi di rak kayu sederhana Di belakangnya, seorang perempuan paruh baya tengah sibuk merapikan kalung dan selendang bermotif etnik. Namanya Normawati, tapi lebih akrab disapa Bu Nunung oleh pelanggan dan sesama pedagang.

Tangannya cekatan, wajahnya tampak semangat. Di hari itu, Kamis (3/7/2025), kios kecil miliknya tak hanya dipenuhi produk kerajinan, tapi juga dipenuhi harapan. Harapan bahwa dalam hitungan hari, Balikpapan akan kedatangan ribuan tamu dari seluruh penjuru Indonesia — menghadiri Hari Ulang Tahun ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), yang akan berlangsung 9–11 Juli 2025.

“Produk kami banyak, bisa ratusan,” ujar Bu Nunung sambil menunjukkan topi rotan dan tas bordir Kalimantan yang digantung berjajar. “Kami siapkan tas manik, topi rotan, selendang, kalung, sampai kaos bordir. Semua kami jahit sendiri. Ada juga karyawan yang bantu.”

Bagi Nunung, setiap barang di kiosnya bukan sekadar dagangan, tapi hasil kerja tangan, keringat, dan rasa cinta pada budaya lokal. Ia tak hanya menjual, tapi juga merangkai sendiri manik-manik, memesan bordir dari penjahit lokal, dan meramu ragam bahan khas Kalimantan menjadi produk yang punya cerita.

“Manik-manik sebagian kami buat sendiri. Baju pun dari penjahit lokal. Ada juga bahan dari Kalsel, tapi semuanya khas Kalimantan,” tuturnya.

Ia tahu, momentum seperti HUT Dekranas bukan datang setiap hari. Biasanya, setiap tamu yang datang membawa rasa ingin tahu dan pulang membawa oleh-oleh. Maka, bersama para pedagang lainnya, Bu Nunung bersiap menyambut.

“Kami sering tunggu tamu sampai malam, karena mereka baru datang setelah acara selesai. Harapan saya sih ramai, semoga tamu-tamunya belanja semua,” katanya sambil tersenyum.

Khas Kalimantan

Tak jauh dari kios Bu Nunung, Hajah Juhai juga sibuk menata kain bordir dan aneka aksesoris etnik. Meski tak bisa memprediksi jumlah pengunjung yang akan datang, ia tetap menaruh harapan besar.

“Kami jual macam-macam khas Kalimantan. Dari Kaltim, dari Kalsel juga ada. Pokoknya khas Kalimantan semua. Stoknya banyak, lumayan, enggak dihitung satu-satu tapi banyak,” katanya sambil membenahi lipatan kain di etalase.

Baginya, pasar bukan sekadar tempat jual-beli, melainkan ruang di mana identitas dan budaya lokal hidup setiap harinya. Ia berharap, lewat event nasional ini, akan lebih banyak orang mengenal dan mencintai produk lokal.

“Mudah-mudahan ramai, lancar, dan Balikpapan sebagai tuan rumah bisa sukses. Kota kita bersih, nyaman, semoga pengunjung betah dan belanja banyak,” ujar Juhai, penuh harap.

Di balik produk yang terpajang di kios-kios Pasar Inpres Kebun Sayur, tersembunyi kisah-kisah sederhana: tentang tangan-tangan terampil yang tak pernah berhenti bekerja, tentang ibu-ibu yang menganyam harapan dalam setiap simpul benang dan butiran manik, dan tentang sebuah kota yang siap menyambut Indonesia lewat warisan budayanya.

Dan di tengah semarak acara nasional nanti, Bu Nunung dan Bu Juhai akan tetap berdiri di balik kios mereka menunggu, menyapa, dan menjual bukan hanya kerajinan tangan, tapi juga cerita dari Kalimantan, yang siap mendunia.***

(Tim smartrt.news/anang/sumber:Pasar Inpres Kebun Sayur)