Tarif Listrik dan Emas Perhiasan Dorong Inflasi Kaltim April 2025

Emas produksi Antam. (Foto: smartrt.news/logammulia.com)
Smartrt.news, SAMARINDA,– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur mencatat terjadi inflasi sebesar 0,90 persen secara bulanan (month-to-month/m-to-m) pada April 2025. Kenaikan tarif listrik dan harga emas perhiasan menjadi dua komoditas utama yang mendorong inflasi di bulan tersebut.
Selain dua komoditas tersebut, beberapa bahan pangan seperti daging ayam ras, kangkung, bayam, tomat, dan ikan tongkol juga ikut memberi andil terhadap kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). Secara keseluruhan, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memberikan andil terbesar dengan kontribusi 0,79 persen terhadap inflasi m-to-m, yang sebagian besar disumbang oleh naiknya tarif listrik.
“Tarif listrik sendiri memberi andil sebesar 0,76 persen terhadap inflasi April 2025,” tulis BPS dalam rilisnya, Jumat (2/5).
Emas perhiasan yang mengalami kenaikan harga juga memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap inflasi. Diikuti oleh komoditas pangan lain seperti bawang merah, martabak, nasi dengan lauk, pisang, hingga pasta gigi dan sewa rumah.
Sebaliknya, sejumlah komoditas mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi, seperti angkutan udara, bensin, angkutan laut, dan baju muslim wanita.
Inflasi Year-on-Year Kaltim Tercatat 1,57 Persen
Seperti di Berita Resmi BPS Kaltim yang dirilis 2 Mei 2025, secara tahunan (year on year/y-on-y), inflasi Kaltim mencapai 1,57 persen dengan IHK sebesar 108,70. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara sebesar 2,06 persen, sedangkan inflasi terendah tercatat di Kabupaten Berau sebesar 1,47 persen.
Kelompok pengeluaran yang paling tinggi mengalami inflasi y-on-y adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 8,52 persen, diikuti makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,32 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi y-on-y antara lain emas perhiasan, ikan layang, kopi bubuk, cabai rawit, minyak goreng, dan sigaret kretek mesin.
Sementara itu, tingkat inflasi year to date (y-to-d) hingga April 2025 tercatat sebesar 1,66 persen.
Deflasi Dipicu Turunnya Harga Tiket dan BBM
Sementara itu perkembangan indeks harga konsumen Provinsi Kaltim April 2025, menunjukkan kelompok transportasi mencatat deflasi y-on-y sebesar 2,83 persen, turun dari indeks 112,87 pada April 2024 menjadi 109,68 pada April 2025. Ini merupakan salah satu kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi paling signifikan tahun ini.
Dua subkelompok yang menjadi penyumbang utama deflasi adalah jasa angkutan penumpang (deflasi 16,21 persen) dan pengoperasian peralatan transportasi pribadi (deflasi 0,25 persen). Sebaliknya, pembelian kendaraan dan jasa pengiriman barang masing-masing mengalami inflasi 2,11 persen dan 4,75 persen.
Secara keseluruhan, kelompok transportasi memberi andil deflasi y-on-y sebesar 0,38 persen. Komoditas utama penyumbang deflasi adalah angkutan udara (0,43 persen) dan bensin (0,05 persen). Sementara itu, inflasi disumbang oleh sepeda motor, mobil, biaya servis, tarif travel, dan pengiriman barang.
Secara bulanan (m-to-m), kelompok ini juga mencatat deflasi sebesar 0,30 persen, didorong oleh turunnya harga angkutan udara, bensin, dan angkutan laut.
Deflasi Transportasi Diduga Terkait Stimulus Lebaran
Deflasi sebesar 2,83 persen pada kelompok transportasi di Provinsi Kalimantan Timur pada April 2025 tampaknya tidak terjadi secara kebetulan. Penurunan harga ini didorong terutama oleh deflasi pada subkelompok jasa angkutan penumpang sebesar 16,21 persen, dengan angkutan udara sebagai penyumbang utama.
Dugaan kuat, penurunan harga ini dipengaruhi oleh stimulus kebijakan pemerintah menjelang dan selama Lebaran 1446 H, seperti:
Pertama: Diskon Tarif Angkutan Umum dan Udara
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dan sejumlah operator transportasi nasional sering mengeluarkan diskon tarif mudik Lebaran, termasuk pada maskapai penerbangan dan kereta api. Insentif ini bertujuan mengendalikan inflasi musiman dan menjaga keterjangkauan harga tiket selama lonjakan permintaan mudik.
“Melalui berbagai upaya pemerintah, termasuk penurunan biaya kebandarudaraan dan harga avtur di 37 bandara, serta insentif tambahan berupa PPN 6 persen yang ditanggung pemerintah, tarif tiket pesawat turun sekitar 13–14 persen,” ujar AHY beberapa waktu lalu.
Kedua: Pemangkasan Biaya Tambahan
Pemerintah daerah juga berpotensi mengurangi biaya parkir, retribusi terminal, atau pungutan lain, untuk mendukung kelancaran mudik. Kebijakan ini turut menekan struktur biaya transportasi, terutama untuk kendaraan pribadi dan angkutan umum jarak dekat.
Ketiga: Stabilisasi Harga BBM
Hingga April 2025, belum ada kenaikan harga BBM jenis subsidi seperti Pertalite dan Solar, yang turut menahan laju inflasi transportasi. Bahkan, bensin menjadi salah satu komoditas penyumbang deflasi, dengan andil 0,05 persen secara y-on-y.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan pemotongan PPN ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 18 Tahun 2025. “Aturan ini efektif berlaku mulai hari ini (1 Maret 2025), agar masyarakat bisa menikmati perjalanan mudik yang lebih murah dan nyaman,” kata Sri Mulyani, kala itu.
Baca juga:
Keempat: Diskon Pajak Kendaraan
Di beberapa daerah, termasuk Kalimantan Timur, sempat diberlakukan penghapusan denda pajak kendaraan bermotor dan diskon pajak progresif menjelang Lebaran, yang dapat menurunkan beban biaya operasional kendaraan pribadi.
Sementara itu, Gubernur H. Rudy Mas’ud menegaskan bahwa kebijakan ini juga bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang harus menghadapi pengeluaran ekstra. Baik selama Idul Fitri dan menjelang tahun ajaran baru pada Juli 2025. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan masyarakat dapat merayakan Idul Fitri dengan lebih tenang tanpa harus terbebani biaya tambahan.
“Semoga kebijakan ini bisa memberikan manfaat besar bagi masyarakat Kaltim. Kami berharap program ini dapat mengurangi beban ekonomi warga, terutama bagi mereka yang membutuhkan,” tambah Gubernur, seperti dikutip Smartrt.news menjelang Lebaran 2025 lalu.
Dengan berbagai kebijakan ini, wajar jika kelompok transportasi justru mengalami deflasi, bukan inflasi, di tengah periode Lebaran yang biasanya menimbulkan lonjakan harga. Ini juga menunjukkan keberhasilan intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pada sektor-sektor strategis, sekaligus menjadi sinyal positif bagi pengendalian inflasi regional.
Baca juga:
Tarif Pulsa dan HP Turun
Sementara itu pada kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan juga mengalami deflasi. Kelompok ini mengalami deflasi y-on-y sebesar 0,61 persen. Penurunan indeks dari 99,65 menjadi 99,04 terjadi akibat turunnya harga di dua subkelompok. Pertama, peralatan informasi dan komunikasi (deflasi 1,23 persen). Kedua, layanan informasi dan komunikasi (deflasi 0,50 persen). Subkelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan.
Andil deflasi y-on-y sebesar 0,03 persen terutama berasal dari tarif pulsa ponsel (0,02 persen) dan harga telepon seluler (0,01 persen). Bulanan, kelompok ini juga memberi sumbangan deflasi m-to-m sebesar 0,02 persen, dari penurunan tarif pulsa ponsel.
Rekreasi, Olahraga, dan Budaya: Sedikit Mengalami Inflasi
Inflasi y-on-y pada kelompok ini tercatat sebesar 1,78 persen. Kenaikan tertinggi terjadi pada layanan rekreasi dan olahraga (2,72 persen), sedangkan barang rekreasi dan olahraga naik 0,88 persen. Subkelompok kebudayaan tidak mengalami perubahan.
Kelompok ini menyumbang inflasi y-on-y sebesar 0,03 persen, terutama dari buku tulis bergaris dan komoditas rekreasi lainnya. Secara bulanan, kelompok ini juga memberi andil inflasi sebesar 0,01 persen.
Kenaikan Biaya Pendidikan Dasar Jadi Pendorong Utama
Kelompok pendidikan mencatat inflasi y-on-y sebesar 1,39 persen, naik dari indeks 102,68 menjadi 104,11. Subkelompok pendidikan dasar dan anak usia dini mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,48 persen.
Andil inflasi y-on-y sebesar 0,06 persen berasal dari biaya pendidikan sekolah dasar (0,03 persen), taman kanak-kanak, sekolah menengah pertama dan atas (masing-masing 0,01 persen). Kelompok ini tidak memberi sumbangan signifikan terhadap inflasi bulanan.
Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran: Martabak dan Soto Naik Harga
Sementara itu, pada kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran mengalami inflasi. Kelompok ini mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,25 persen dengan indeks naik dari 105,01 menjadi 107,37. Satu-satunya subkelompok dalam kategori ini yaitu jasa pelayanan makanan dan minuman, mencatat kenaikan harga seragam sebesar 2,25 persen.
Andil inflasi y-on-y sebesar 0,23 persen disumbang oleh nasi dengan lauk (0,05 persen), mie dan kue kering (masing-masing 0,03 persen), serta soto, martabak, es, rawon, bakso, teh dan kopi siap saji (0,01–0,02 persen). Secara m-to-m, kelompok ini memberi andil inflasi sebesar 0,05 persen.
Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya: Emas Perhiasan Penyumbang Tertinggi
Inflasi juga terjadi pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Kelompok ini mencatat inflasi y-on-y tertinggi, yaitu sebesar 8,52 persen. Kenaikan indeks dari 106,40 menjadi 115,46 terutama didorong oleh lonjakan harga pada subkelompok perawatan pribadi lainnya yang naik hingga 24,95 persen.
Andil inflasi y-on-y dari kelompok ini mencapai 0,54 persen. Inflasi disumbang terutama oleh emas perhiasan (0,49 persen), disusul pasta gigi, sabun mandi, deodorant, dan pembalut. Beberapa komoditas seperti parfum dan diapers justru menyumbang deflasi minor.
Secara bulanan, kelompok ini menyumbang inflasi m-to-m sebesar 0,17 persen, terutama dari emas perhiasan dan pasta gigi.***
(Tim Smartrt.news/anang/sumber: BPS Kaltim)