Tangis di Tengah Derasnya Banjir Samarinda: Balita 2 Tahun dan Satu Keluarga Jadi Korban, Longsor Telan 4 Nyawa

korban banjir
Jenazah korban bayi korban banjir Samarinda dibawa ke dalam ambulans.(foto:smartrt.news/HO Basarnas Samarinda)

tSmartrt.news, SAMARINDA – Air dan tanah bergandengan merenggut nyawa di Kota Samarinda. Saat guyuran hujan deras yang tak kunjung reda sejak dini hari Senin (12/5/2025), bencana datang bergelombang. Di satu sisi, banjir meluas dan merendam permukiman. Di sisi lain, tanah longsor menimbun rumah dan nyawa.

Tragedi di Balik Longsor Belimau: Satu Keluarga Tertimbun

Kisah paling memilukan datang dari RT 22 Belimau, Lempake, tepat di belakang lapangan bulu tangkis. Sekitar pukul 08.15 WITA, hujan mengguyur deras, membuat lereng tanah longsor dan menimpa empat rumah warga.

Hamdana (50) dan ketiga anaknya—Nasrul (24), Fitri (14), dan Nurul Sakira (17)—tertimbun di bawah puing. Tim SAR gabungan berjibaku di tengah cuaca buruk. Hari pertama pencarian, Senin sore, jenazah Hamdana dan Nasrul berhasil dievakuasi.

Hari kedua, Selasa (13/5/2025), tangis pecah saat tim menemukan Fitri dan Nurul—terbaring tak bernyawa di dalam kamar rumah mereka, tertimbun material longsor. Dua warga lainnya selamat dalam insiden ini: Tajudin (45) dan Sarul (22).

Bocah 2 Tahun Terseret Arus 20 KM, Ditemukan Tak Bernyawa

Di lokasi berbeda, Jalan Suryanata, Bukit Pinang, banjir membawa tragedi lain. Seorang balita laki-laki bernama Nabil Sarim (2) hanyut terbawa derasnya arus. Dua hari pencarian dilakukan, hingga tubuh mungil itu ditemukan 20 kilometer dari titik awal, pukul 10.45 WITA, Selasa (13/5/2025).

“Kami temukan korban di radius 20 KM dari lokasi hilang. Korban langsung diserahkan ke keluarga,” ujar Riqi Efendi, Komandan Regu Operasi SAR.

Banjir Melumpuhkan Kota, Mobil Mewah Hanyut

Genangan air setinggi lutut hingga dada dewasa melumpuhkan Samarinda Utara, Sungai Pinang, Mugirejo, hingga Samarinda Seberang. Di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo, genangan mencapai 50 cm, membuat kendaraan roda dua tak bisa melintas.

Di Batu Besaung, satu unit Toyota Fortuner putih dilaporkan hanyut. Longsor juga terjadi di Jalan Air Terjun Gang Nur Hidayah dan Gang Sabar RT 37, memicu kerugian material hingga Rp25 juta, meski tanpa korban jiwa.

Banjir juga merendam Jalan Bayur, Wahid Hasyim, Padat Karya, dan Gerilya. Di sebagian titik, warga hanya bisa mengandalkan rumah panggung untuk bertahan.

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Berlanjut

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan mengguyur Kota Samarinda dan sebagian besar wilayah Kalimantan Timur selama beberapa hari ke depan.

“Peningkatan suhu muka laut di perairan sekitar Kalimantan dan aktifnya gelombang atmosfer MJO (Madden-Julian Oscillation) turut mendukung potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang,” demikian pernyataan BMKG Balikpapan, Selasa (13/5/2025).

BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi banjir susulan, tanah longsor, serta pohon tumbang akibat angin kencang. Wilayah dengan kontur tanah curam, seperti Lempake dan Sempaja, menjadi daerah prioritas pengawasan.

Solidaritas Melawan Bencana

Aparat gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI-Polri, Dinas PUPR, serta relawan kemanusiaan masih disiagakan di beberapa titik rawan. Bantuan berupa logistik, alat berat, dan alat komunikasi terus mengalir.

“Meski operasi SAR sudah ditutup, personel tetap siaga penuh. Cuaca belum stabil,” kata Suwarso, Kepala BPBD Kota Samarinda.

Bencana ini meninggalkan duka mendalam: lima nyawa melayang, puluhan rumah terendam, dan ribuan warga terdampak. Namun di balik semua itu, Samarinda memperlihatkan bahwa gotong royong dan empati tetap menjadi jantung dari perjuangan menghadapi alam.

Meski pencarian korban telah usai, Samarinda masih dalam status siaga. Hujan diperkirakan masih akan turun dalam beberapa hari ke depan. Warga diimbau tetap waspada dan menjaga kebersihan saluran air demi mencegah bencana susulan.

Satu keluarga yang lenyap, seorang balita yang tak sempat diselamatkan—deretan nama-nama yang kini menjadi catatan kelam musim penghujan di Samarinda. Di tengah duka, semangat solidaritas dan gotong royong terus menyala, menjadi harapan di antara air yang belum surut.***

(Tim Smartrt.news/anang/sumber: Basarnas Samarinda, dan berbagai sumber)