Studi Ini Ungkap Potensi Bahaya Mi Instan Bagi Tubuh

mi instan
Mi instan. (Freepik)

SMARTRT.NEWS – Hampir semua orang gemar makan mi instan. Selain murah, penyajiannya juga mudah dan cepat. Tak heran makanan ini menjadi favorit bagi banyak orang. Tetapi, hat-hati.

Mengonsumsi mi instan secara teratur, khususnya dua hingga tiga kali seminggu, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Studi Universitas Baylor dan Harvard yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa mengonsumsi mi instan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, menukil dari Washington Post.

Studi Harvard itu menyoroti wanita akan lebih rentan terhadap risiko kesehatan ini.

Sebab kadar natrium tinggi, lemak jenuh yang tidak sehat, dan bahan pengawet yang umum terdapat pada mi instan dan berkontribusi terhadap efek kesehatan yang merugikan ini.

Para peneliti menganalisis kesehatan dan pola makan 11.000 warga Korea Selatan berusia antara 19 dan 64 tahun. Studi itu menunjukkan wanita Korea Selatan berisiko tinggi mengalami sindrom metabolik karena mengonsumsi ramen dalam jumlah banyak.

Tetapi, hasil itu tidak ada pada peserta pria, yang oleh para ilmuwan terkait perbedaan biologis antara kedua jenis kelamin.

Sindrom metabolik sering kali menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah, yang menyebabkan risiko lebih tinggi terkena diabetes, stroke, atau penyakit jantung.

Penyebabnya sebagai zat yang ada dalam ramen yang terkenal dengan nama Tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ). Ini adalah produk sampingan minyak bumi untuk mengawetkan makanan olahan murah.

Risiko Sindrom Metabolik

“Meskipun mi instan makanan yang praktis dan lezat, mungkin ada peningkatan risiko sindrom metabolik mengingat makanan tersebut mengandung natrium yang tinggi, lemak jenuh yang tidak sehat, dan beban glikemik,” jelas Hyun Shin, kandidat doktor Harvard School of Public Health dan salah satu penulis riset.

Studi terpisah juga telah mengungkap potensi bahaya kesehatan lainnya.

Pakar kesehatan menyarankan untuk mengurangi asupan mi instan dan memilih pola makan seimbang yang kaya akan makanan utuh untuk mengurangi risiko ini.

Menurut Asosiasi Mi Instan Dunia (WINA), 52 negara mengonsumsi 97,7 miliar porsi tahun lalu saja. Di antara konsumen tertingginya adalah Tiongkok dan Hong Kong, yang bersama-sama mengonsumsi 40,43 miliar porsi.

Indonesia pun begitu. Negara ini berada di peringkat kedua dengan konsumsi mencapai 14,5 miliar porsi. Kemudian India dengan 8,7 miliar porsi. Lalu Vietnam dengan 8,1 miliar porsi, dan Jepang dengan 5,8 miliar porsi. Namun reputasinya sebagai makanan cepat saji justru semakin buruk.