Sepi Penumpang, Iwan Tetap Setia Jadi Pembawa Speedboat Selama 18 Tahun di Kampung Baru

speed
Deretan speedboat di Pelabuhan Kampung Baru, Balikpapan. Salah satunya milik Iwan.(Foto:Smartrt/novrianto)

Smartrt.news, BALIKPAPAN,– Iwan, seorang pembawa speedboat di Pelabuhan Speed Boat dan Klotok, Kelurahan Baru Tengah, Balikpapan Barat, telah mengarungi perairan sejak usia 17 tahun. Kini, setelah 18 tahun bekerja, ia tetap setia menjalani profesinya meski jumlah penumpang tidak seramai dulu.

Menurut Iwan, menjelang Lebaran kali ini, ia hanya bisa membawa sekitar lima hingga tujuh penumpang per perjalanan dengan tarif Rp20.000 per orang. Jumlah ini jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu. “Dulu bisa 12 kali bolak-balik dalam sehari, sekarang paling lima kali. Paling banyak ke Penajam dibanding ke Jenebora. Perjalanan ke Penajam cepat, sekitar 15 menit,” jelasnya.

Keberadaan Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Balikpapan dengan Penajam Paser Utara (PPU) turut mempengaruhi penurunan jumlah penumpang. Jembatan ini mempersingkat waktu tempuh dan mengurangi ketergantungan pada transportasi air.

Pembangunan Jembatan Pulau Balang

Jembatan Pulau Balang, seperti dikutip Smartrt.news dari laman PUPR, terdiri dari dua bagian utama:

  • Jembatan Bentang Pendek (470 meter): Telah dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan biaya Rp480 miliar menggunakan APBD.
  • Jembatan Bentang Panjang (708 meter): Pembangunannya menelan biaya Rp1,33 triliun dan ditargetkan selesai pada November 2019.

Pada November 2024, Presiden Joko Widodo meresmikan Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Balikpapan ke Penajam Paser Utara dan Kalimantan Selatan. Jembatan ini dibangun sejak 2015 dengan biaya Rp1,43 triliun.

Untuk meningkatkan konektivitas menuju Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kementerian PUPR membangun duplikasi Jembatan Pulau Balang bentang pendek sepanjang 511 meter dengan tipe rangka baja. Konstruksi dimulai pada Januari 2023 dengan kontrak senilai Rp471 miliar, dan progres fisik mencapai 11,6% pada saat itu.

Dengan adanya jembatan-jembatan ini, perjalanan yang sebelumnya memerlukan waktu sekitar 4 jam kini dapat dipangkas menjadi 1 jam, sehingga mengurangi ketergantungan pada transportasi air seperti speedboat.

Tetap Setia Meski Tantangan Meningkat

Walaupun jumlah penumpang menurun akibat adanya jembatan, Iwan tetap menjalani pekerjaannya dengan penuh dedikasi. Ia selalu waspada terhadap kondisi cuaca, terutama saat memasuki bulan Juni hingga Desember, ketika gelombang laut lebih tinggi. “Kondisi bulan-bulan ini masih aman, tapi kalau sudah bulan Juni sampai November dan Desember di akhir tahun, gelombang besar sering terjadi,” katanya.

Bagi Iwan, laut bukan sekadar jalur transportasi, tetapi juga bagian dari kehidupannya. Meskipun tantangan semakin besar, ia tetap setia mengantarkan warga menyeberang dari satu tempat ke tempat lainnya.***