Category Ad 1

Sepanjang Januari–Juli 2025 sebanyak 66 Anak dan Perempuan Jadi Korban Kekerasan Seksual di Balikpapan

Oleh kontributor Sudarman pada 03 Sep 2025, 12:25 WIB

Sosialisasi UPTD PPA ke Sekolah bahas pencegahab Kekerasan anak / Sudarman

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Kota Balikpapan kembali mempertahankan predikat Kota Layak Anak (KLA) kategori utama tahun 2025. Namun, upaya menuju predikat tertinggi KLA paripurna masih menghadapi hambatan besar, terutama tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Heria Prisni, mengungkapkan tren kasus kekerasan menunjukkan peningkatan signifikan.

Data UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) mencatat, periode Januari–Juli 2025 terdapat 127 kasus kekerasan dengan total korban 122 orang.

“Dari total korban, 68 perempuan berusia 0–18 tahun, 33 perempuan di atas 18 tahun, dan 21 laki-laki usia 0–18 tahun,” ujar Heria, Rabu (3/9/2025).

Kekerasan Seksual Mendominasi

Jenis kekerasan yang menimpa korban cukup beragam, dengan kekerasan seksual mendominasi sebanyak 66 kasus. Disusul kekerasan fisik (36 kasus), psikis (12 kasus), perdagangan orang (11 kasus), serta masing-masing satu kasus eksploitasi ekonomi dan kekerasan lainnya.

Jika dilihat dari sebaran wilayah, Balikpapan Utara mencatat angka tertinggi dengan 31 kasus. Disusul Balikpapan Selatan (23 kasus), Balikpapan Tengah (21 kasus), Balikpapan Timur (13 kasus), Balikpapan Barat (12 kasus), Balikpapan Kota (11 kasus), dan 11 kasus lainnya belum teridentifikasi wilayah.

Sosialisasi UPTD PPA ke Sekolah bahas pencegahab Kekerasan anak / Sudarman

Fenomena Gunung Es

Heria menekankan, meningkatnya kasus tak hanya menunjukkan tingginya angka kekerasan, tetapi juga meningkatnya keberanian warga melapor.

“Ada kenaikan jumlah kasus karena masyarakat sudah berani mengadu. Korban merasa lebih aman menyampaikan permasalahannya,” jelasnya.

Meski begitu, ia mengakui persoalan ini masih seperti fenomena gunung es. Banyak kasus tak terungkap karena korban enggan bicara, baik karena rasa takut maupun tekanan lingkungan.

“Total korban kasus kekerasan dan non-kekerasan hingga pertengahan tahun ini sudah 145 orang. Kami terus berupaya memberi pendampingan agar korban mendapat perlindungan maksimal,” tambah Heria.

KLA Paripurna Butuh Peran Kolektif

Dengan kondisi tersebut, jalan Balikpapan menuju KLA paripurna tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pemerintah, tetapi juga partisipasi masyarakat.

Perlindungan terhadap anak dan perempuan diharapkan menjadi kesadaran kolektif untuk menekan angka kekerasan sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga kota.

 

Tinggalkan Komentar