Rayakan Imlek 2576 Kongzili, Warga Balikpapan Berdoa di Klenteng Guang De Miao

SMARTRT.NEWS – Kemeriahan Imlek di Balikpapan, disambut gembira warga Tionghoa di kota ini. Mereka berduyun-duyun melakukan ritual Sembahyang dan doa di Klenteng Satya Dharma atau Guang De Miao Balikpapan.
Dengan khidmat dan semangat, mereka mengisi Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili atau Tahun Baru China 2025. Sembahyang di malam pergantian tahun baru Imlek kerap diikenal sebagai tradisi malam since. Yakni, momen penuh makna untuk merayakan kehidupan baru dengan harapan dan semangat.
Ratusan warga Tionghoa terlihat memadati Klenteng Guang De Miao di kawasan Pasar Baru, Kelurahan Klandasan Ilir, sejak sore hari pada Rabu (28/1/2025). Tahun Baru Imlek selalu menjadi momen istimewa untuk merefleksikan tahun yang telah berlalu serta mengungkapkan harapan baik bagi masa depan.
Suasana ini juga dirasakan Yeni, perantau asal Balikpapan yang kini menetap di Surabaya sejak tahun 2000. Ia ikut beringsut ke Klenteng Guang De Miao, yang menjadi pusat spiritual utama bagi komunitas Tionghoa di Balikpapan, terutama saat momen penting seperti Tahun Baru China.
Bagi Yeni, meski tahun ini bukan tahun shio Ular, harapannya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. “Harapan saya tahun ini, sama seperti biasanya: kita semua hidup rukun, bahagia, dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai dengan baik. Semuanya lancar tanpa ada hambatan apa pun,” ucap Yeni.
Ia juga berbagi cerita tentang rutinitasnya sebagai perantau yang membuat momen pulang kampung menjadi sangat berharga.
Meski telah tinggal di Surabaya selama lebih dari dua dekade, ia tetap memiliki ikatan kuat dengan kampung halamannya di Balikpapan, tempat keluarga besarnya tinggal.
“Walaupun sudah lama di Surabaya dan bisa dibilang sudah jadi penduduk sini, saya tetap merasa Balikpapan itu rumah. Paling tidak, saya usahakan pulang setahun sekali atau dua kali untuk bertemu keluarga,” tambahnya.
Malam Imlek di Klenteng Guang De Miao diisi pelbagai ritual khas, seperti menyalakan lilin dan dupa, membakar kertas sembahyang, serta memanjatkan doa kepada para leluhur dan dewa-dewa.
Dalam tradisi Imlek, doa di Klenteng menjadi salah satu momen sakral yang selalu melekat. Aroma dupa memenuhi udara, nyala lilin merah berukuran besar, sampai suara gong bergema menciptakan suasana khas Imlek yang khidmat nan penuh makna.
Jemaat juga mengikuti prosesi menyampaikan persembahan berupa makanan dan buah-buahan yang diatur rapi di altar. Diiringi tabuhan tambur dan suara doa, suasana menjadi khidmat sekaligus meriah.
Anak-anak kecil tampak riang ketika menerima angpau, sementara keluarga-keluarga saling bertukar salam dan doa untuk keberkahan di tahun yang baru.
Yeni juga mengungkapkan pentingnya kebersamaan dalam merayakan Imlek.
“Imlek itu bukan cuma soal tradisi, tapi juga momen untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas. Saya berharap semua orang bisa merasakan kebahagiaan seperti ini,” ujarnya.
Yeni pun menyampaikan ucapan selamat kepada semua yang merayakan Tahun Baru Imlek, dengan doa agar semua cita-cita dapat tercapai dan kehidupan yang lebih harmonis dapat terwujud di tahun ini.
Sebelum Imlek, Mandikan Patung Dewa-dewi
Diwartakan sebelumnya, Ketua Klenteng Guang De Miao, William Chandra memimpin ritual memandikan patung Dewa-Dewi untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili. Ritual ini dilakukan sebelum memasuki perayaan Imlek.
Ritual tahunan ini digelar satu minggu sebelum perayaan Imlek sebagai tradisi yang sarat makna spiritual.
“Kita dari pengurus Kelenteng Tapekom atau Kelenteng Setia Dharma rutin melaksanakan ritual ini setiap tahun,” ungkap William Chandra.
Ini, lanjut William, waktu para Buddha dan Dewa-Dewi naik ke langit untuk memberikan laporan.
“Maka, kesempatan ini kita manfaatkan untuk membersihkan dan memandikan patung-patung Dewa-Dewi.” Proses ritual dimulai dengan doa untuk meminta izin, dilanjutkan dengan memandikan patung-patung Dewa-Dewi dan mengganti jubah atau pakaian mereka.
Ritual yang berlangsung selama tiga jam diakhiri dengan doa sebagai bentuk penghormatan dan harapan.
“Kami berharap, saat para Dewa-Dewi kembali pada perayaan Imlek nanti, mereka membawa berkah dan rezeki yang lebih banyak untuk umat di kelenteng ini dan masyarakat Kota Balikpapan,” tambahnya.
Kelenteng Guang De Miao yang mampu menampung sekitar 100 keluarga menjadi pusat kegiatan ibadah masyarakat Tionghoa Balikpapan. Berbeda dengan tempat ibadah lainnya, umat di kelenteng ini beribadah secara individual.
Reporter: Musafir B
Editor: Kopi Hitam
BACA JUGA