Puncak Kemarau Agustus 2025, Karhutla Ancam Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Oleh editor johan pada 30 Jul 2025, 16:24 WIB
Kebakaran hutan dan lahan (kahutla) (foto : Diskominfo Kalsel)

Kebakaran hutan dan lahan (kahutla) (foto : Diskominfo Kalsel)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan, diprediksi akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus 2025, dengan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat tajam.

Wilayah prioritas yang mendapat perhatian meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, menyusul tren curah hujan rendah dan suhu permukaan yang kian kering.

Dominasi Warna Merah di Peta Risiko

Analisis BMKG menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Riau dan Kalimantan saat ini berada pada kategori curah hujan rendah berdasarkan data dasarian (10 harian). Peta Fire Danger Rating System (FDRS) bahkan menunjukkan dominasi warna merah, indikator potensi kebakaran ekstrem. Artinya, lahan bisa terbakar secara spontan, bahkan tanpa pemicu dari aktivitas manusia.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan, meski hujan sempat turun akibat Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), efeknya hanya bersifat sementara.

“Warna merah kembali muncul. Artinya, efek OMC sudah mulai menurun, dan kondisi cuaca aslinya kembali mendominasi,” tegasnya.

Selain itu, prakiraan visual pertumbuhan awan harian menunjukkan mayoritas wilayah kritis diwarnai kuning dan oranye, yang berarti pertumbuhan awan hujan sangat minim.

OMC Bukan Solusi Permanen

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengapresiasi sinergi BMKG dan BNPB dalam pelaksanaan OMC. Ia menyebut program tersebut sebagai instrumen penting dalam pencegahan karhutla berbasis data.

“OMC bukan eksperimen, tapi berbasis pada arah angin dan potensi awan. Arahan BMKG sangat penting dalam menentukan kapan dan di mana penyemaian dilakukan,” ujar Raja Juli.

Namun, Raja Juli juga mengingatkan bahwa keberhasilan OMC tidak hanya bergantung pada teknologi, melainkan tepat waktu, tepat lokasi, dan didukung logistik yang responsif.

Situasi Karhutla 2025: 278 Kasus Terjadi

BNPB mencatat 278 kasus kebakaran hutan dan lahan hingga pertengahan 2025. Salah satu wilayah yang berhasil menekan penyebaran adalah Riau, berkat operasi terpadu yang melibatkan TNI, Polri, relawan, serta dukungan OMC dan helikopter water bombing.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menekankan bahwa keberhasilan penanganan karhutla bukan soal seberapa banyak alat yang tersedia, tetapi seberapa cepat dan kompak semua unsur bergerak.

“Contohnya di Riau. Semua unsur bergerak serentak, dan kita berhasil meredam potensi karhutla yang lebih besar,” katanya.

Dua Bulan Kritis: Agustus – September

BMKG mengingatkan bahwa musim hujan baru akan masuk pada Oktober. Artinya, Indonesia akan menghadapi fase kritis dalam dua bulan ke depan.

“OMC bukan jaminan. Kuncinya tetap di patroli ketat, deteksi dini, dan pemadaman cepat,” ujar Kepala BMKG.

BMKG juga menyerukan kepada seluruh kepala daerah untuk mengandalkan data iklim dan prakiraan cuaca ekstrem sebagai dasar pengambilan keputusan dalam aksi lapangan. Edukasi publik, pembentukan satgas lokal, dan peran masyarakat adat dalam penjagaan hutan juga harus diaktifkan kembali. ***

(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : BMKG)

Tinggalkan Komentar