Petak Kosong, Harapan Terisi: Cerita dari Pasar Pandan Sari Balikpapan

pandan sari
Wajah Pasar Pandan Sari Balikpapan Barat. Ramai di luar, sepi di dalam. Ratusan petak kosong menunggu penjual pindah.(Foto:smartrt.news/rama)

Smartrt.news, BALIKPAPAN,- Sabtu pagi itu, hawa panas mulai terasa saat para pedagang kaki lima (PKL) mulai menggelar dagangan di sepanjang jalan sekitar Pasar Pandan Sari, Balikpapan Barat. Seperti biasa, trotoar kembali disulap menjadi lorong sempit, penuh warna dari tumpukan buah, sayur, dan dagangan kebutuhan harian lainnya.

Namun, ada yang berbeda hari itu. Di tengah lalu-lalang dan riuh percakapan, hadir rombongan dari Pemerintah Kota Balikpapan—Satpol PP, Dinas Perhubungan, dan beberapa perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Bukan untuk menertibkan dengan tangan besi, melainkan mengajak berdialog.

“Kami tidak datang untuk menggusur. Ini ruang bicara,” ujar Yosef Gunawan, Kabid Penegakan Satpol PP, membuka pertemuan dengan nada tenang. “Kami ingin dengar langsung dari Bapak-Ibu sekalian, lalu kita cari jalan terbaik bersama.”

Sosialisasi ini bukan hal baru, namun kini atmosfernya terasa berbeda. Kali ini, ada harapan yang nyata dibawa: ratusan petak kosong di dalam Pasar Pandan Sari yang bisa ditempati secara gratis.

Petak-Petak Kosong yang Menunggu Dihidupkan

Di lantai dua dan tiga pasar, tercatat lebih dari 500 petak masih kosong. “Kami punya 281 petak di lantai dua dan 300 di lantai tiga. Semua bisa diisi oleh pedagang. Gratis, tidak ada sewa,” jelas Teguh, Kepala UPT Pasar Pandan Sari.

Mata beberapa pedagang yang hadir tampak menyala. Kesempatan ini tak datang tiap hari. Teguh menjelaskan, cukup datang ke kantor UPT membawa KTP dan KK, petak bisa langsung diproses untuk ditempati.

Namun, di balik harapan itu, ada pula suara kegelisahan yang tak bisa diabaikan.

Antara Siap dan Ragu

“Saya siap pindah, Pak,” ucap Halimun, seorang penjual rempah yang sudah 7 tahun berjualan di luar pasar. “Tapi tolong, jangan pilih kasih. Kalau saya pindah, semua juga harus pindah. Jangan sampai kami yang patuh malah jadi sepi pembeli.”

Ia tak sendiri. Di sisi lain, Ilyas, pedagang sembako, mengangkat tangan dan menyampaikan keresahannya. “Saya sempat mau ambil petak, tapi katanya sudah ada yang punya. Padahal kosong. Jangan sampai ada yang main belakang, Pak. Kami cuma mau dagang tenang.”

Cerita seperti ini bukan isapan jempol. Ada kekhawatiran soal klaim sepihak dan ulah oknum yang memanfaatkan ketidaktahuan pedagang.

Yosef, yang sejak awal mendengar dengan seksama, langsung menanggapinya. “Kami tidak akan biarkan hal itu terjadi. Kalau ada yang menghalangi atau bermain-main, laporkan. Kami akan tindak tegas. Semua harus transparan dan adil.”

Menata Kembali yang Terserak

Lebih dari sekadar relokasi, langkah ini adalah bagian dari upaya besar Pemkot Balikpapan untuk menata kembali wajah Pasar Pandan Sari—menjadikannya pasar yang hidup, tertib, dan ramah bagi semua. Dishub juga menegaskan perlunya mengurai kemacetan dan pelanggaran parkir yang kerap terjadi akibat pedagang yang menempati badan jalan.

“Parkir resmi ada di dalam pasar. Jalan umum bukan tempat berdagang. Kita ingin semua tertib tanpa merugikan siapa pun,” kata perwakilan Dishub yang turut hadir.

Di akhir sosialisasi, sebagian PKL mulai berdiskusi satu sama lain. Ada yang sudah berniat besok pagi datang ke kantor UPT, ada juga yang masih ingin melihat bagaimana komitmen Pemkot ditegakkan.

Namun satu hal yang jelas: hari itu, sebuah jendela harapan terbuka di tengah ratusan petak kosong yang selama ini dibiarkan tak berpenghuni. Kini, semuanya hanya tinggal soal kemauan—dan kepercayaan bahwa pemerintah benar-benar berpihak pada rakyat kecil.

Tinggalkan Komentar