Perjuangan Riyatmi Nahkoda RT 11, Kesulitan Air PDAM Terpaksa Mandi Air Galon

SMARTRT.NEWS – Media ini pernah menayangkan tulisan berseri terkait krisis air bersih. Sebanyak 10 tulisan berseri itu mengetengahkan pelbagai alternatif solusi dari para pakar Balikpapan Water Forum.
Namun, memang kota ini belum bisa lepas dari pelbagai masalah klasik sejak dulu. Termasuk soal krisis air bersih. Di lapangan, banyak temuan redaksi ihwal warga yang mengeluhkan sulitnya mendapat air bersih.
Bahkan, keluhan itu diutarakan dari sejumlah ketua RT. Terutama di kawasan Margomulyo, Balikpapan Barat. Bukan tahun ini saja krisis air bersih mendera warga, tapi sudah berbilang dekade. Sejak dulu kala.
Kisah Riyatmi, Ketua RT 11 Margomulyo, menambah daftar panjang krusialnya masalah air bersih.
Bagi Riyatmi, menjadi ketua RT harus rela berkorban dan bekerjasama dengan warga, demi menciptakan lingkungan yang nyaman huni.
Namun, wanita yang menahkodai RT 11 ini beserta warganya amat jarang merasakan nikmatnya kebutuhan dasar air bersih dari PDAM di lingkungan warga. Termasuk, di rumah pribadinya.
Dari dalam rumah yang tak begitu besar namun suasananyya terasa hangat, Riyatmi wanita berusia 40 tahun ini berbagi kisahnya: bagaimana pedihnya warga di sana, harus menempuh pelbagai cara hanya untuk mendapatkan air bersih.
Air yang sekadar untuk aktivitas sehari-hari, pun sulit. Sampai mandi terpaksa menggunakan air galon.
“Kami sampai mandi air galon Mas, di rumah ini berlima. Dua kali mandi, dua galon satu orang, lima kali 20. Kita mengeluarkan biaya Rp 100.000 hanya untuk mandi, belum aktivitas lainnya,” kisahnya.
Riyatmi mendapatkan kepercayaan warga sedari tahun 1998 untuk menjadi ketua RT. Belum lama ini ia membangun usaha UMKM makanan ringan, namun terpaksa harus tutup karena sulitnya air bersih.
“Sekalinya air PDAM ngalir, hanya beberapa jam saja. Lalu mati berhari-hari,” tuturnya, kala berbincang dengan redaksi, Jumat (2/5/2025). Ia telah mengadukan keluhan warganya terkait air PDAM.
Tak Tahu Kapan Masalah Air Bersih Bisa Tuntas
Akan tetapi, ia tidak tahu, mengapa hingga saat ini belum mendapatkan solusi kongkret atas masalah yang menimpa mereka.
“Banyak warga sini pelaku UMKM, tapi terpaksa tutup. Saya juga tutup Mas usaha makanan, karena susah airnya. Air kan kebutuhan dasar yah, apalagi usaha UMKM makanan ringan,” paparnya.
Warga Rt 11 hanya bisa pasrah. Entah kapan mereka dapat menikmati air bersih PDAM setiap hari.
Sulitnya akses air PDAM masih belum ada solusinya. Akhirnya para warga menggunakan air galon untuk kebutuhan mereka. Ada pula yang mengakalinya dengan cara lain.
Di lingkungan RT 11 ada warga yang menggunakan sumber air bor, jalur WTP tapi dengan biaya lebih mahal dari PDAM. “Warga sini ada yang pakai PDAM, sumber air bor, WTP juga. Tetapi lebih mahal kalau WTP,” ungkap Riyatmi.
Mereka terus berharap krisis air bersih PDAM bisa segera mendapat solusi konkret.
Meski warga RT 11 kesulitan ait, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, kebersamaan dan kepedulian mereka sangat erat. Bahkan banyak program yang berjalan efektif.
Ada kegiatan sepekan sekali, ada pula yang sebulan sekali. Dari senam rutin, arisan, kerja bakti hingga penaburan abate pembasmi jentik di rumah warga.
Tak ada masalah yang menjadi keluhan utama mereka, selain sulitnya akses air bersih. Mereka sangat berharap kemudahan dan murahnya air bersih.
Harapan mereka sangat sederhana: bisa merasakan air PDAM yang mengalir setiap hari, sebagaimana di rumah para pejabat. Tetapi, mereka tak tahu lagi. Kemana masalah klasik ini diadukan? Siapa yang bisa memberi solusinya?
Taufik Hidayat
BACA JUGA