Pemanfataan Bendali dan Rencana Penanggulangan Defisit Air #BWF 8

SMARTRT.NEWS – Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur SDA BWS, Gus Agung Guntoro, memaparkan di Balikpapan dan Samarinda memiliki tipe tanah lempung basah. Tipe tanah ini menuntut untuk banyak menampung air.
Dengan kapasitas curah hujan yang cukup tinggi, antara 1000 sampai 4000, air hujan akan menciptakan run off atau aliran permukaan yang terbuang langsung ke laut.
Karena itu, pemerintah harus menyiapkan embung atau tampungan tampungan air. Penting juga untuk melakukan rain harvesting, karena potensi air yang begitu tinggi akan hilang begitu saja mengalir ke laut jika tidak dimanfaatkan.
Infrastruktur Air yang Telah Dibangun
“Kami telah melakukan beberapa pembangunan infrastruktur air. Pertama, kita telah membangun dua bendungan. Bendungan Manggar memiliki kapasitas pengambilan sekitar 1000 liter per detik, lalu Bendungan Teritip sekitar 400 liter per detik,” ujar Agung, melalui dokumen Balikpapan Water Forum, dikutip Minggu (23/2/2025).
Rata-rata pengambilan Bendungan Manggar adalah 1000 liter per detik, dan Bendungan Teritip 220 meter kubik atau liter per detik. Selain itu, kita juga memiliki lima bendali, yaitu Bendali 1 hingga 5, dengan kapasitas masing-masing.
Fungsi Awal dan Pemanfaatan Bendali
Sejatinya, bendali ini didesain bukan untuk pemenuhan kebutuhan air baku, melainkan untuk mencegah banjir. Namun, dengan berjalannya waktu, bendali-bendali yang ada bisa manfaatkan.
Bendali 2 dengan kapasitas 341.000 m³ kita manfaatkan sebagai air baku kurang lebih 15 liter per detik, dan ini telah digunakan di Perumahan Regensi dengan SIPA yang resmi.
Jadi, untuk jangka pendek, bendali-bendali ini bisa dimanfaatkan dengan kapasitas dan operasional yang mungkin berbeda dengan fungsi awalnya.
Pembangunan Embung di Kebun Raya
Selanjutnya, pihak terkait telah membangun tiga embung di Kebun Raya, yaitu Embung Wain 1, Embung Wain 2, dan Embung Wain 3. Fungsi embung ini awalnya sebagai embung konservasi yang bisa dimanfaatkan untuk konservasi dan air untuk persemaian.
Contohnya, Embung Wain 1 telah dimanfaatkan untuk persemaian di Kebun Raya. Sementara Embung 2 dan 3 sampai hari ini belum berfungsi secara maksimal dan hanya sebagai konservasi saja.
Bendungan Sepaku Semoi dan Potensi Air Baku
Kemudian, untuk pemenuhan kebutuhan air baku, ada pula Bendungan Sepaku Semoi dengan kapasitas pengambilan kurang lebih 2.500 liter per detik. 2.000 liter per detik untuk IKN dan 500 liter per detik untuk Balikpapan.
Kapasitas total tampungan Bendungan Sepaku Semoi ini sekitar 16 juta dengan panjang bendungan 450 meter. Bendungan ini bertipe urugan tanah.
Kendala pada Embung Aji Raden
Mungkin ada potensi lain yaitu Embung Aji Raden dengan kapasitas 100 liter per detik. Namun, proyek ini agak terkendala. Konstruksi sudah selesai sejak 2020, tetapi belum bisa berfungsi karena belum ada pembebasan lahan terkait.
“Kami dari BWS telah menyampaikan pada 20 Juli terkait penyusunan DPPT. Sebetulnya, pembebasan tanah ini menjadi tanggung jawab Pemda, tetapi kami tetap mendukung dan membantu,” jelasnya.
Pada tahun 2024 ini, pihaknya membuat laporan DPPT. Dari total kebutuhan lahan, yaitu kurang lebih 150 hektar, yang sudah bebas, baru sekitar 61 hektar.
“Jadi, masih kurang sekitar 89 hektar. Kami mohon untuk kelanjutannya bisa menjadi prioritas agar menjadi sumber air baku yang bisa berguna,” imbuh Agung.
Rencana Intake Mahakam
Selanjutnya, pihaknya juga mulai menyusun basic design dan studi kelayakan Intake Mahakam. Dari Intake Mahakam ini, pihaknya merencanakan untuk menyuplai kurang lebih 5000 liter per detik ke arah IKN atau daerah sekitarnya.
Jadi, ini bisa berguna untuk Samarinda, Kukar, Balikpapan, Penajam, dan IKN. Dari studi ini nanti akan ada beberapa alternatif, apakah pengiriman akan langsung ke Bendungan Manggar atau perlu pembangunan IPA. “Ini masih dalam studi kami,” imbuhnya.
“Oleh karena itu, kita harus menyiapkan embung atau tampungan tampungan air. Penting juga untuk melakukan rain harvesting, karena potensi air yang begitu tinggi akan hilang begitu saja mengalir ke laut,’ paparnya.
Defisit Air dan Rencana Penanggulangan
Dari perhitungan Bappenas, pada tahun 2023, defisit air di Balikpapan itu kurang lebih 800,3 liter per detik dan ke depan akan semakin besar.
Namun, ini akan bisa ter-cover paling tidak sedikit untuk mengurangi dengan Bendungan Sepaku Semoi, Waduk Teritip yang masih idle, dan Embung Aji Raden.
“Selain itu, sebenarnya banyak sumur-sumur dalam yang telah kami bangun di sekitar Teritip, mungkin ada puluhan yang sudah tidak berfungsi lagi. Pembangunan sumur-sumur tersebut sekitar 2010-an. Karena faktor usia, sumur tersebut menjadi tidak efektif karena penurunan kapasitas,” jealsnya.
Pentingnya Mengurangi Kehilangan Air
Dari studi Bappenas, yang perlu perhatian adalah kehilangan air. Kehilangan air cukup besar, yaitu sekitar 34%. Dengan kehilangan air yang besar ini, defisit terhadap kebutuhan air akan bertambah.
“Apabila kita bisa mengecilkan losses air atau kehilangan air ini, maka defisit air di Balikpapan mungkin akan berkurang juga,” jelasnya.
Dari perhitungan Bappenas, konsumsi air bersih di IKN sendiri sekitar 150 liter per detik per hari. Namun, dari perhitungan kami, cukup besar dengan mengasumsikan kebutuhan air itu 170 liter per hari per detik. Jadi, mungkin secara defisit, total defisit dari air di Balikpapan mungkin bisa berkurang juga.
BACA JUGA