Pak RT Bersuara Edisi 1: Air Naik, Janji Tenggelam

pak rt
Pak RT ngopi bersama warga di pos kamling.(Ilustrasi Smartrt.news/AI)

Hujan cuma sehari,
tapi air numpang seminggu.
Samarinda banjir lagi,
jalan jadi sungai, rumah jadi perahu.

Katanya drainase udah dibenerin,
tapi air tetap nyelonong tanpa pamit.
Katanya proyek udah miliaran,
tapi got masih penuh plastik dan limbah sempit.

Pak RT cuma bisa ngelus dada,
warga gotong royong, nyiram lumpur,
tapi pejabat sibuk update medsos
seolah semua baik-baik saja — padahal tidak.

Anak sekolah belajar pakai rakit,
emak-emak masak sambil ngungsi.
Lurah datang… pas kamera nyala.
Habis itu? Pulang, bawa selfie.

Banjir ini bukan kutukan,
tapi kelalaian yang terus dilestarikan.

Kalau air bisa ngomong,
mungkin dia bilang:
“Maaf, saya numpang lewat.
Tapi yang manggil saya… kalian sendiri.”

— Pak Mul, sambil ngopi pahit dan senyum getir

Lurah datang… pas kamera nyala,
Gubernur datang… dua hari sesudah bencana.
Katanya habis libur dan cuti bersama,
datang bawa janji dan bantuan seadanya.

Di Lempake, empat nyawa hilang dalam tanah longsor,
satu keluarga, tak sempat kabur.
Pak Gub janji bangunkan rumah di tanah lebih aman,
semoga bukan sekadar ucapan yang lekas hilang bersama hujan.

Karya: Pak Mul, RT 007 Kampung Margo Mulia