Nelayan Waspadai Angin Selatan dan Gelombang Tinggi
Diterbitkan 25 Jul 2025, 13:47 WIB

Pesisir Balikpapan (foto:smartrt.news/rama)
Smartrt.news, BALIKPAPAN — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan mengimbau nelayan dan pelaku jasa transportasi laut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi angin selatan yang disertai gelombang tinggi. Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober 2025.
Kepala BPBD Kota Balikpapan, Usman Ali, mengatakan, fenomena angin selatan dapat menyebabkan gelombang tinggi, terutama di wilayah perairan Selat Makassar bagian timur yang berbatasan langsung dengan pesisir Balikpapan.
“Sekarang sudah memasuki musim angin selatan yang berpotensi menimbulkan gelombang tinggi. Kami mengimbau para nelayan maupun penyedia jasa transportasi laut untuk waspada dan tidak memaksakan diri berlayar jika kondisi tidak memungkinkan,” ujar Usman, Jumat (24/7/2025).
Ia juga meminta nelayan untuk memastikan kondisi kelayakan perahu dan mesin, serta membawa perlengkapan keselamatan seperti jaket pelampung dan radio komunikasi sebelum berangkat ke laut.
“Kami ingatkan nelayan untuk membawa pelampung dan alat komunikasi. Ini penting untuk mengantisipasi risiko di tengah laut,” ujarnya.
Data BMKG: Gelombang Capai 2,5 Meter
Berdasarkan data terbaru dari Stasiun Meteorologi Balikpapan, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Timur saat ini berkisar antara 1,25 hingga 2,5 meter, dengan kecepatan angin antara 15–30 knot dari arah tenggara hingga selatan. Kondisi ini masuk dalam kategori sedang hingga tinggi, yang berisiko bagi kapal-kapal kecil.
Kepala BMKG Balikpapan Rasmid menambahkan, bahwa angin selatan merupakan pola musiman yang kerap terjadi antara Juli hingga Oktober, dan berdampak signifikan terhadap kondisi pelayaran.
“Kami terus memperbarui informasi cuaca maritim secara berkala dan mengimbau nelayan serta pelaku pelayaran untuk selalu memperhatikan update yang tersedia di kanal resmi BMKG,” ujar Rasmid.
Nelayan: Cuaca Cepat Berubah, Keselamatan Prioritas
H. Damin (53), seorang nelayan tradisional di Kampung Baru, mengaku mulai lebih berhati-hati dalam beberapa pekan terakhir. Ia bahkan kerap membatalkan rencana melaut jika melihat kondisi langit mendung atau gelombang mulai meninggi.
“Kadang pagi tenang, siangnya tiba-tiba ombak besar. Saya lebih baik rugi sehari daripada celaka. Jadi saya selalu tunggu informasi BMKG lewat radio atau dari grup nelayan sebelum berangkat,” kata Damin.
Ia berharap pemerintah juga bisa membantu menyediakan alat keselamatan dasar bagi nelayan kecil. “Kalau ada bantuan jaket pelampung atau alat komunikasi, sangat membantu kami. Karena banyak nelayan belum punya,” tambahnya.
Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem, BPBD dan BMKG mengimbau masyarakat pesisir, terutama nelayan dan pelaku transportasi laut, untuk menunda pelayaran jika cuaca tidak mendukung dan selalu mengutamakan keselamatan di atas segalanya.**
(Tim smartrt.news/Rama)