Mushola Terbengkalai di RT 76 Batu Ampar, Warga Harapkan Bantuan Lanjutan

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Sebuah bangunan mushola di RT 76 Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara, tampak terbengkalai dan belum rampung dibangun.
Kondisi ini terlihat saat mengunjungi lokasi yang sebelumnya menjadi titik peristiwa bocah tenggelam akibat terseret arus dan hanyut ke Waduk Wonorejo, Rabu (28/5/2025).
Ketua RT 76, Yadi mengatakan bahwa wilayahnya saat ini tengah dalam proses pembenahan lingkungan. Salah satu upaya warga adalah mendirikan sebuah mushola, namun pembangunan terhenti karena keterbatasan dana.
“Wilayah kami terdiri dari 70 KK dengan 50 bangunan. Ini merupakan pemekaran dari RT 28. Kami rutin mengusulkan kegiatan fisik maupun nonfisik, seperti perbaikan parit, pembangunan mushola, dan pemasangan PJU. Untuk semenisasi, alhamdulillah sudah 99 persen mulus,” ujar Yadi.
Ia menjelaskan bahwa mushola tersebut merupakan usulan warga yang direncanakan akan dibangun dua lantai, menyesuaikan kondisi wilayah yang rawan banjir.
“Lantai bawahnya untuk tempat wudhu, atasnya untuk salat. Jadi kalau pun banjir, aktivitas ibadah tetap bisa dilakukan,” jelasnya.
Keterbatasan anggaran menjadi kendala utama.
Berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), pembangunan mushola ini memerlukan sekitar Rp900 juta. Saat ini, yang baru terbangun hanya tiang-tiang pondasi.
“Pembangunan terhenti karena tidak ada lagi dana. Bahan material sebagian sudah ada, tapi tidak cukup untuk melanjutkan ke tahap berikutnya,” ujarnya.
Yadi menceritakan bahwa terbentuknya RT 76 berawal dari pemekaran RT 28 yang memiliki wilayah dan jumlah KK yang terlalu besar.
Setelah RT 76 terbentuk, muncul inisiatif dari warga untuk membangun mushola. Tanah untuk pembangunan tersebut merupakan hibah dari warga bernama Tony, dan kini telah bersertifikat atas nama Mushola Darussalam.
“Tanah sudah bersertifikat, jadi syarat utama untuk mengajukan bantuan dana hibah sebenarnya sudah ada. Tapi sekarang semua usulan pembangunan harus melalui sistem online, Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD),” kata Yadi.
Sayangnya, menurutnya, proses pengajuan melalui SIPD cukup rumit.
“Saya sudah coba ajukan, tapi memang agak ribet. Jadi saya sempat mundur. Makanya sekarang saya minta tolong, bagaimana caranya agar mushola ini bisa dapat bantuan,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa mayoritas warga di wilayahnya bekerja serabutan seperti buruh bangunan dan pedagang pasar, sehingga penggalangan dana mandiri terasa berat.
“Kalau hanya mengandalkan iuran warga tiap bulan, jelas tidak akan cukup. Kami sangat berharap ada bantuan dari pemerintah atau donatur luar,” pungkasnya.
(Tim Smartrt.news/anang)
BACA JUGA