Muhammadiyah Kembangkan Konsep Islam Moderat

SMARTRT.NEWS – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti menegaskan sebagai organisasi islam berkemajuan, Muhammadiyah berkomitmen mengembangkan konsep islam wasathiyah atau islam moderat. Baik dari tinjauan teologis, ideologis hingga praksis di tengah fenomena global.
Ia mengemukakan bahwa teologi Islam Wasathiyah Berkemajuan yang dikembangkan Muhammadiyah termasuk perpaduan antara teologi Al-Ma’un dan teologi Al-‘Ashr.
Konsep ini menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tengahan, yang tidak condong ke ekstrem liberal maupun ekstrem konservatif.
“Adanya penanaman konsep Islam wasathiyah bagi warga persyarikatan Muhammadiyah dapat menjadi penengah menghadapi segala persoalan global,” jelas Mu’ti, melalui laman Muhammadiyah, kemarin.
Disisi lain, penguatan Islam Berkemajuan yang dibahas dari hasil Muktamar Surakarta sejalan dengan konsep islam wasathiyah atau islam moderat.
Yakni, lanjutnya, bagaimana posisi Islam Wasathiyah secara teologis oleh Muhammadiyah dapat menjadi jalan tengah di tengah fenomena global keagamaan dan tak terjebak ekstremisme kanan atau kiri.
Ummatan Wasatha
Mu’ti kemudian mengutip Al Quran surah Al Qashas ayat 77, yang artinya “Dan, carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” Maksudnya tidak condong, karena keduanya perlu dilakukan.
Ia menegaskan bahwa Ummatan Wasatha adalah mengambil sikap yang lurus, sikap tengah yang tidak ekstrim. Kata Mu’ti, perkara yang paling baik adalah yang paling tengah.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah itu juga menegaskan Ummatan Wasatha harus memiliki sikap yang adil dan moderat.
“Ummatan Wasatha yaitu Ummat yang adil. Umat yang adil itu ada dua, yaitu ‘Adilun fi ‘Ilmi dan ‘Adilun fi hukmi. ‘Adilun fi ‘Ilmi adalah orang yang adil yang memiliki keilmuan yang tinggi. ‘Adilun fi hukmi adalah orang yang menegakkan hukum dengan seadil-adilnya,” jelasnya.
Ia melanjutkan, “Adil dalam pengertian ilmu adalah orang yang bersikap secara objektif, berani berkata yang benar adalah benar, salah adalah salah.”
Mu’ti lalu mengutip Ibnu Katsir, bahwasannya wasatha sebagai pilihan yang terbaik. Ibnu Katsir juga menyebut wasatha sebagai moderat, tidak ekstrem atau bersikap berlebihan.
Dalam pendekatan Ibnu Katsir, ia melanjutkan, bahwa agama yang seimbang itu antara material dan spiritual, duniawi dan ukhrowi.
“Ummatan Wasatha harus moderat, bijaksana karena ilmunya, karena prasangka itu tidak membawa manusia kepada kebenaran. Sedangkan ilmu adalah kunci manusia menjadi orang yang bijaksana dan berpijak pada kebenaran,” jelas Mu’ti.
BACA JUGA