Menyulut Api Literasi di Balikpapan: Buku Bukan Sekadar Bacaan, Tapi Jendela Masa Depan

Oleh kontributor Sudarman pada 26 Mei 2025, 12:30 WIB
perpustakaan balikpapan

Sebagian siswa dari SDN 012 Balikpapan Barat, Senin (26/5/2025), tampak antusias membaca di Perpustakaan Balikpapan. (Foto: smartrt.news/rama)

Smartrt.news, BALIKPAPAN — Pagi masih muda ketika langkah kaki kecil memenuhi halaman Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan. Puluhan siswa dari SDN 012 Balikpapan Barat, Senin (26/5/2025), tampak antusias memasuki ruang baca yang penuh warna. Di antara tumpukan buku cerita bergambar, mata mereka berbinar, menjelajah dunia lewat halaman-halaman buku.

Di pojok ruangan, seorang siswa bernama Rayes Aufan larut dalam buku Petualangan di Negeri Awan. Ia mengeja kata demi kata sambil tersenyum. Tidak jauh dari situ, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disputakar) Kota Balikpapan, Elvin Junaidi, menyaksikan momen itu dengan penuh harap.

Literasi: Fondasi Masa Depan Kota Balikpapan

Bagi Elvin, kegiatan membaca bukan hanya soal menambah pengetahuan. Lebih dari itu, membaca adalah pondasi utama dalam membentuk pola pikir, karakter, dan masa depan generasi muda.

“Anak yang suka membaca sejak dini akan tumbuh menjadi pribadi yang reflektif, kritis, dan siap menghadapi tantangan zaman,” ujar Elvin.

Ia percaya, membangun budaya literasi harus dimulai dari usia sekolah. Karena itu, Disputakar fokus mendorong gerakan literasi anak melalui berbagai program inklusif dan menyentuh langsung masyarakat.

Tantangan Literasi di Era Digital

Namun, di era digital, Elvin mengakui tantangan semakin besar. Gawai yang terus berada di tangan membuat anak-anak lebih akrab dengan konten media sosial dibandingkan buku.

“Membaca media sosial berjam-jam belum tentu meningkatkan literasi. Literasi sejati adalah ketika bacaan mengubah cara berpikir dan membentuk karakter,” tegasnya.

Ia mendorong para orang tua untuk aktif mendampingi anak memilih bacaan yang berkualitas. Bukan hanya guru di sekolah, orang tua adalah aktor utama dalam membangun budaya literasi di rumah.

Perpustakaan Keliling dan Taman Baca Komunitas

Sementara itu, untuk menjangkau lebih banyak warga, Disputakar menghadirkan mobil perpustakaan keliling. Layanan ini menyambangi sekolah, pemukiman padat, dan taman baca masyarakat, membawa ratusan buku dan suasana membaca yang menyenangkan.

“Kami tidak hanya membawa buku, tapi juga membawa cerita dan pengalaman. Tujuannya agar anak-anak merasa membaca itu kegiatan yang seru, bukan kewajiban,” jelas Elvin.

Selain itu, peningkatan koleksi buku di perpustakaan kelurahan dan kolaborasi dengan komunitas lokal terus diperkuat. Buku-buku disesuaikan dengan minat dan usia pembaca, sehingga lebih relevan dan mampu membangun kedekatan emosional antara anak dan buku.

Buku Adalah Investasi Intelektual

Senjutnya, Elvin menyebutkan bahwa membaca itu menumbuhkan kecanduan intelektual yang sehat. Semakin banyak seseorang membaca, semakin ia menyadari masih banyak hal yang belum diketahuinya. Namun, penting juga menyeleksi bacaan yang membangun, bukan sekadar menghibur.

“Media sosial ibarat makanan cepat saji. Mudah dikonsumsi, tapi belum tentu bergizi. Buku adalah nutrisi utama bagi pikiran,” tambahnya.

Gerakan Literasi Adalah Tanggung Jawab Bersama

Gerakan literasi tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Perlu keterlibatan semua pihak — sekolah, orang tua, komunitas, dan masyarakat luas. Kolaborasi multipihak menjadi kunci sukses membangun generasi yang cinta ilmu dan siap bersaing di masa depan.

“Kami ingin anak-anak Balikpapan tumbuh menjadi generasi pembelajar, kreatif, dan adaptif. Semua itu bisa dimulai dari buku,” kata Elvin.

Di sudut ruangan, Rayes dan teman-temannya masih larut dalam dunia buku. Tak ada gawai, tak ada distraksi. Hanya halaman-halaman penuh cerita yang membuka cakrawala baru. Bagi Elvin, di situlah masa depan disemai—perlahan tapi pasti.

(Tim Smartrt.news/anang)