Wakil Rektor I Bidang Akademik, Wisnu Hera Pamungkas, , S.T.P., M.Eng. menyerahkan Surat Keputusan (SK) Kaprodi Desain Komunikasi Visual sebagai simbol dimulainya tanggung jawab akademik prodi baru (Foto : Universitas Mulia)
Smartrt.news, BALIKPAPAN – Pagi itu, ruang rapat lantai dua Universitas Mulia terasa berbeda. Di sana duduk empat wajah baru, bukan mahasiswa, tapi para Ketua Program Studi (Kaprodi) yang akan menjadi ujung tombak masa depan universitas.
Mereka berasal dari empat program studi baru: Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta Desain Komunikasi Visual (DKV). Hari itu, mereka memulai perjalanan penting: pembekalan untuk memimpin dan membentuk budaya akademik dari nol.
“Menjadi Kaprodi bukan hanya soal administrasi,” ucap Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., Wakil Rektor I Bidang Akademik, yang membuka sesi pembekalan dengan nada tegas namun membangun. “Peran kalian adalah strategis. Kalian adalah penggerak tridarma: pendidikan, penelitian, dan pengabdian.”
Kurikulum dan Kepemimpinan dari Awal
Para Kaprodi tidak datang hanya untuk belajar tentang prosedur. Mereka digembleng untuk berpikir strategis sejak tahap perintisan.
Materi yang diberikan mencakup penguatan akademik, tata kelola kelembagaan, sistem informasi pendidikan, hingga koordinasi lintas unit—semuanya disiapkan agar para Kaprodi siap mengawal masa depan prodi masing-masing.
Yang menarik, Universitas Mulia membekali para Kaprodi dengan strategi empat pilar pendampingan:
- Penanaman budaya akademik kampus, agar visi prodi sejalan dengan arah institusi.
- Penguatan literasi kebijakan akademik, baik nasional maupun internal.
- Manajemen administrasi dan penjaminan mutu sebagai fondasi tata kelola.
- Koordinasi lintas unit, termasuk dengan LPM, BAAK, dan mitra industri untuk mendukung kurikulum OBE (Outcome-Based Education) dan MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
“Pilar-pilar ini bukan sekadar teori. Ini strategi kerja nyata. Kaprodi harus jadi jembatan antara visi dan eksekusi,” terang Wisnu.
Mutu dan Akreditasi Sejak Hari Pertama
Tak menunggu lama, dua dari empat prodi baru—Teknik Sipil dan Teknik Industri—sudah mengantongi akreditasi dari LAM Teknik. Sementara TPHP dan DKV sedang berproses di BAN-PT.
“Mutu harus dijaga sejak awal. Ini bukan soal formalitas akreditasi, tapi tentang trust dari masyarakat,” ujar Wisnu. Ia menekankan pentingnya menyusun dokumen akademik sejak awal dengan mengacu langsung pada standar akreditasi nasional.
Indikator Sukses: Kepercayaan Publik
Menurut Wisnu, indikator awal keberhasilan program studi baru bukanlah jumlah mahasiswa semata, melainkan kepercayaan publik dalam tiga tahun pertama. “Rekam jejak memang belum ada, tapi eksistensi bisa dibentuk lewat forum akademik, kemitraan industri, bahkan kompetisi nasional.”
Pola evaluasi pun dibuat intensif. Tidak hanya melalui Audit Mutu Internal (AMI) oleh LPMPP setiap semester, tapi juga lewat diskusi informal, pendampingan rutin, dan pemantauan adaptasi pembelajaran digital.
“Monitoring bukan sekadar mengecek checklist. Kita ingin tahu: apa yang jadi hambatan, apa yang bisa ditingkatkan,” ungkapnya.
Membentuk Kampus Masa Depan dari Ruang Kecil
Di balik pertemuan sederhana itu, sebuah fondasi sedang dibangun. Universitas Mulia tidak sedang sekadar membuka prodi baru, tapi membentuk arsitek pendidikan masa depan, dimulai dari para Kaprodi yang hari itu belajar menyelaraskan visi besar dengan tantangan nyata di lapangan.
Di tengah arus perubahan dunia pendidikan yang makin cepat—dari digitalisasi, tantangan industri 4.0, hingga tuntutan kolaborasi global—Universitas Mulia tidak memilih jalan pintas. Ia memilih membangun dari pondasi: manusia, kepemimpinan, dan sistem.
“Prodi bisa baru. Tapi semangat dan kualitasnya tidak boleh tertinggal,” tutup Wisnu, menegaskan komitmen kampus technopreneur itu dalam mencetak lulusan dan pemimpin akademik yang adaptif dan visioner.
(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Humas Universitas Mulia)