Category Ad 1

Menjaga Anak di Era Digital: Cerita dari SD 023 Karang Rejo Balikpapan

Oleh editor johan pada 15 Agu 2025, 16:20 WIB
Parenting di Era Digital dan Anti-Bullying” ini digagas oleh Kelompok Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) dan Perlindungan Perempuan dan Anak Berbasis Masyarakat (PPATBM) Kelurahan Karang Rejo / Smartrt.news

Parenting di Era Digital dan Anti-Bullying” ini digagas oleh Kelompok Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) dan Perlindungan Perempuan dan Anak Berbasis Masyarakat (PPATBM) Kelurahan Karang Rejo / Smartrt.news

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Pagi itu, halaman SD 023 Balikpapan Tengah terasa berbeda. Deretan kursi sudah tertata rapi, suara anak-anak bercampur tawa dan bisik-bisik orang tua.

Di tengah hiruk pikuk itu, ada satu tujuan yang menyatukan semua orang: bagaimana membesarkan anak yang tangguh di era digital, sekaligus bebas dari perundungan.

Acara bertajuk “Parenting di Era Digital dan Anti-Bullying” ini digagas oleh Kelompok Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) dan Perlindungan Perempuan dan Anak Berbasis Masyarakat (PPATBM) Kelurahan Karang Rejo. Puluhan orang tua dan siswa hadir, siap menyimak, berbagi cerita, dan belajar bersama.

“Teknologi memang membawa banyak manfaat, tapi juga risiko,” ujar Deny Wijaya, Ketua Kadarkum Karang Rejo, membuka sesi pagi itu. “Tugas kita adalah mengarahkan anak supaya bijak menggunakan internet dan gawai.”

Materi pertama, Parenting di Era Digital, dibawakan dengan gaya yang ringan. Para orang tua diajak memahami bahwa pengawasan internet bukan sekadar melarang, tapi membangun komunikasi yang membuat anak mau bercerita.

Ada tips praktis—dari mengatur jadwal penggunaan gawai, memilih konten edukatif, hingga trik menjaga privasi anak tanpa membuat mereka merasa diawasi berlebihan.

 

Sementara itu, di sudut lain, para siswa mengikuti sesi Anti-Bullying. Lewat permainan edukatif, studi kasus, dan diskusi kelompok, mereka belajar mengenali bentuk-bentuk perundungan—mulai dari pukulan dan dorongan, sampai ejekan atau pengucilan.

Dyah Retnani, Ketua PPATBM Karang Rejo, menekankan, “Bullying tidak selalu terlihat di permukaan, tapi dampaknya bisa melukai hati dan mengganggu perkembangan mental.”

Anak-anak juga diajarkan cara menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, serta pentingnya menghargai perbedaan. Beberapa siswa tampak antusias mengangkat tangan, berbagi cerita tentang pengalaman di sekolah, sementara yang lain mengangguk pelan, seolah menemukan keberanian baru.

Menutup acara, Dyah menyampaikan harapannya. “Lingkungan yang aman dan sehat akan membuat anak tumbuh optimal, baik secara akademik, karakter, maupun literasi digital. Dan itu hanya bisa terwujud kalau keluarga, sekolah, dan masyarakat mau berjalan bersama.”

Pagi itu, semua yang hadir pulang dengan sesuatu di hati—bukan sekadar pengetahuan baru, tapi kesadaran bahwa membesarkan anak di zaman sekarang adalah kerja tim, di mana setiap tangan yang terulur akan membuat dunia mereka lebih aman.

 

Tinggalkan Komentar