Mengubah Kurikulum Menjadi Kompas Masa Depan: Prof Lambang Subagiyo Tegaskan Pentingnya Integrasi OBE, PBL, dan Design Thinking

Prof. Dr. Lambang Subagiyo, M.Si. dari Universitas Mulawarman Samarinda, saat menjadi narasumber utama dalam Workshop Integrasi OBE, PBL, dan Design Thinking dalam Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) (foto : Humas Universitas Mulia Balikpapan)
Smartrt.news, BALIKPAPAN – Di sebuah ruangan bernama Townhall, lantai atas Midtown Express Hotel Balikpapan, suasana terasa berbeda pada Rabu pagi, 30 Juli 2025. Bukan karena pemandangan kota dari jendela besar, melainkan karena percakapan yang menggugah tentang masa depan pendidikan tinggi. Di hadapan para dosen pengampu Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) dan Mata Kuliah Umum (MKU) Universitas Mulia, Prof. Dr. Lambang Subagiyo, M.Si., dengan tenang namun tegas menyampaikan satu pesan penting:
“Kurikulum bukanlah sekadar template, tetapi sebuah konsep dinamis yang mengarahkan mahasiswa pada pencapaian peran profesionalnya di tengah tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.”
Sebagai Guru Besar Universitas Mulawarman Samarinda sekaligus tokoh penting dalam pengembangan kurikulum nasional, Prof. Lambang hadir sebagai narasumber utama dalam Workshop Integrasi OBE, PBL, dan Design Thinking dalam MKWK—sebuah forum strategis yang digelar untuk menyelaraskan pembelajaran di Universitas Mulia dengan kebutuhan zaman.
Dalam sesi bertajuk “Teknik Menyusun RPS Berbasis OBE”, Prof. Lambang mengajak para peserta berpikir ulang soal fungsi kurikulum. Ia menekankan, kurikulum tak cukup hanya berisi daftar mata kuliah dan SKS. Ia harus hidup, adaptif, dan punya arah.
“RPS itu bukan hanya formalitas. Ia harus berfungsi korektif, preventif, direktif, dan konstruktif. RPS memberi kepastian bahwa mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar sebagaimana yang telah dirancang,” ujarnya, memecah keheningan yang penuh perenungan.
Ia menjelaskan bahwa desain kurikulum yang efektif harus dimulai dari perumusan peran lulusan—bukan sekadar jurusan atau bidang studi. Peran itu lalu diterjemahkan ke dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), dijabarkan menjadi mata kuliah dan bobot SKS, hingga akhirnya dituangkan dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
Lebih jauh, Prof. Lambang memperkenalkan dua aspek krusial dalam pendekatan Outcome-Based Education (OBE): Outcome-Based Learning and Teaching (OBLT) serta Outcome-Based Assessment and Evaluation (OBAE).
“Materi yang kita sampaikan belum tentu bisa dikuasai semua mahasiswa. Maka tugas dosen adalah merancang pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mencapai CPL—dengan strategi, metode, dan evaluasi yang sesuai,” tegasnya.
Workshop ini tidak hanya membahas teori. Dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) dan Design Thinking, para dosen diajak mengembangkan pembelajaran yang kontekstual, aplikatif, dan berpusat pada mahasiswa. Pendekatan ini menuntut dosen bukan sekadar sebagai penyampai materi, tetapi fasilitator pertumbuhan dan penemuan.
Bagi Universitas Mulia, workshop ini menjadi lebih dari sekadar pelatihan. Ia adalah langkah konkret menuju transformasi pendidikan tinggi yang relevan, progresif, dan berpihak pada masa depan mahasiswa. Kurikulum bukan lagi arsip statis, tapi kompas hidup yang mengarahkan generasi muda menavigasi dunia yang terus berubah.
(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Humas Universitas Mulia)