Jejak Pemimpin Kejam: Antara Film dan Kenyataan Sejarah

Ilustrasi. (Smartrt.news)

SMARTRT.NEWS –  Malam tadi, saya terpaku menyaksikan film “The Man with the Iron Heart”. Film ini mengisahkan jejak Reinhard Heydrich, pemimpin kejam Nazi, di Praha-Cekoslowakia saat Perang Dunia II.

Film ini diadaptasi dari novel Perancis berjudul HHhH karya Laurent Binet, dan juga dikenal dengan judul “Killing Heydrich”.

Jason Clarke tampil memukau sebagai pemeran utama dalam film berdurasi 120 menit ini.

Kekejaman yang Mengerikan

Heydrich dikenal karena kekejamannya yang luar biasa, termasuk genosida di Eropa.  Perlawanan rakyat terhadapnya berujung pada upaya pembunuhan dengan peledakan mobil.  Namun, aksi ini justru memicu malapetaka bagi rakyat Cekoslowakia. Tentara Nazi membalas dengan membantai hampir seluruh pria di sebuah desa, demi mencari kelompok gerilyawan yang menyerang Heydrich.

Film yang Menggugah Pikiran

Film ini dibintangi sederet aktor ternama, seperti Jack Reynor, Mia Wasikowska, Gilles Lellouche, dan Rosamund Pike. Disutradarai oleh Cedric Jimenez, dengan skenario yang digarap oleh David Farr dan Audrey Diwan. “The Man with the Iron Heart” bukan sekadar film, melainkan cerminan kelam sejarah yang patut direnungkan.

Kisah Nyata Para Pemimpin Kejam

“The Man with the Iron Heart” hanyalah sebuah film.  Akan tetapi, dalam catatan sejarah, kita menemukan banyak kisah nyata tentang jejak pemimpin kejam.  Ambil contoh Augusto Pinochet, mantan Presiden Chili, yang dikenal kejam terhadap rakyatnya. Ia akhirnya ditangkap pada tahun 2007 atas tuduhan penggelapan uang negara, dan bahkan keluarganya pun ikut terseret.

Benito Mussolini dan Kekuasaan yang Kejam

Pinochet sering disejajarkan dengan pemimpin kejam lainnya, seperti Benito Mussolini.  Mussolini menciptakan kelompok politik dari kumpulan mafioso dan pelaku kriminal yang sangat kejam, yang ia gunakan untuk menindas lawan-lawannya.  Pada akhirnya, Mussolini pun ditahan.

Deretan Nama yang Tak Lekang dari Sejarah

Selain Pinochet dan Mussolini, sejarah mencatat nama-nama pemimpin kejam lainnya, seperti Joseph Stalin, Mao Zedong, Idi Amin, dan Pol Pot.  Mereka memiliki pola yang hampir sama: membenci agama, terlibat kejahatan HAM, dan/atau kejahatan finansial.

Oriana Fallaci dan Kekuasaan yang Menjijikkan

Jurnalis ternama era 70-an, Oriana Fallaci, dalam bukunya “Intervista con la storia” atau “Wawancara dengan Sejarah”, menyajikan kisah-kisah menarik hasil wawancaranya dengan belasan tokoh dunia.  Fallaci dengan tegas menyatakan bahwa ia melihat kekuasaan sebagai hal yang menjijikkan.

Lantas, apakah orang yang membenci agama, terlibat kejahatan HAM, dan/atau kejahatan finansial pasti memiliki gaya kepemimpinan yang kejam?  Jika kita menelusuri sejarah, kita akan menemukan pola serupa pada penguasa-penguasa seperti Firaun, Raja Namrud, penguasa Persia, dan bahkan pemimpin-pemimpin Yahudi hingga era modern ini, termasuk Benjamin Netanyahu.

Tak hanya pemimpinnya, para pendukung mereka pun seringkali menunjukkan pola yang sama.  Meskipun dibungkus dengan humanisme, HAM, atau bahkan agama, mereka tetap memiliki karakter yang sama dengan penguasa yang mereka dukung. Mereka adalah “penjaga kekuasaan” yang setia.

Sejarah yang Berulang

Sejarah seolah berputar mengikuti rotasinya.  Benar kata orang-orang terdahulu, sejarah selalu berulang. Hanya waktu, tempat, dan pemerannya saja yang berbeda. Pemimpin kejam yang menindas rakyatnya, cepat atau lambat akan mengalami kesengsaraan, yang biasanya dimulai di penghujung hidupnya hingga akhir hayatnya.

Sejarah selalu berulang.  Kisah tentang pemimpin kejam dan dampaknya bagi masyarakat akan terus menjadi pelajaran bagi kita semua.  Semoga kita bisa belajar dari sejarah dan memilih pemimpin yang bijaksana dan adil.

Prabowo, penggemar sastra