Melindungi Anak di Era Siber: Tanggung Jawab Kita Bersama, Dimulai dari Rumah hingga Komunitas

Internet dan gawai telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak di Indonesia / Ilustrasi /Smartrt.news
Smartrt.news, BALIKPAPAN— Di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak Indonesia kini tumbuh dalam dunia yang tak hanya nyata, tapi juga maya—sebuah ruang tanpa batas yang menawarkan peluang besar sekaligus mengandung ancaman yang tak terlihat.
Internet dan gawai telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan hiburan, terbentang risiko serius: perundungan digital, penipuan daring, dan konten tidak layak yang mengintai tiap klik dan tap.
Kesadaran akan ancaman ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bersama BAKOHUMAS untuk meluncurkan kampanye “Ruang Digital Ramah Anak”, sebuah gerakan kolektif yang mengajak seluruh elemen masyarakat—bukan hanya orang tua dan guru—untuk turut serta menjaga anak-anak di ruang siber.
“Bukan hanya orang tua atau guru, tetangga dan teman sebaya juga punya peran besar dalam menanamkan kebiasaan berinternet secara sehat dan bertanggung jawab,” tulis akun resmi Kemkomdigi dalam unggahan resminya, Minggu (3/8/2025).
Filter Sosial Dimulai dari Sekitar Rumah
Satu hal penting yang diangkat dalam kampanye ini: lingkungan sekitar adalah benteng sosial pertama. Di luar rumah dan sekolah, anak-anak menyerap norma digital dari teman sebaya, tetangga, bahkan komunitas tempat mereka bermain.
Tiga aksi nyata yang bisa dilakukan warga sekitar antara lain:
- Mendorong penggunaan internet yang produktif.
Ajak anak menjelajah internet untuk belajar, berkarya, bukan sekadar hiburan kosong. - Mencegah pergaulan digital yang berbahaya.
Perundungan digital bukan hanya soal pelaku dan korban. Budaya saling peduli dan berempati adalah benteng pencegahan. - Membangun kesadaran akan bahaya kejahatan digital.
Ajarkan anak mengenali tanda bahaya seperti pesan dari orang asing, ajakan bertemu offline, atau tautan mencurigakan.
Empat Pilar Ruang Digital Ramah Anak
Kampanye ini menggarisbawahi empat elemen kunci dalam membangun ekosistem digital yang sehat dan aman:
- Orang Tua sebagai Garda Terdepan
Menjadi contoh, pendamping, dan pelindung. Edukasi tentang etika digital dimulai dari ruang keluarga. - Guru sebagai Penjaga Literasi Digital
Integrasikan keamanan siber dalam pelajaran. Ciptakan ruang diskusi terbuka untuk kasus daring yang dialami siswa. - Lingkungan Sosial sebagai Radar Kolektif
Budaya saling jaga dan peringatan dini di lingkungan dapat mencegah dampak digital yang tak terdeteksi orang tua. - Masyarakat dan Pemerintah sebagai Sistem Pelindung
Regulasi, kanal aduan yang ramah anak, hingga kerja sama dengan platform digital perlu diperkuat secara sistemik.
Literasi Digital: Bukan Pilihan, tapi Kebutuhan
Hingga hari ini, banyak kasus kejahatan siber terhadap anak masih luput dari perhatian atau terlambat tertangani. Ini menjadi alarm keras bahwa literasi digital belum merata.
“Melindungi anak-anak dari ancaman digital bukan hanya tugas individu. Ini adalah panggilan zaman, tanggung jawab sosial yang harus dijalankan bersama,” tegas Kemkomdigi.
Mulai dari rumah yang hangat, sekolah yang sadar digital, tetangga yang peduli, hingga negara yang hadir dengan perlindungan sistemik—ruang digital yang ramah anak bisa terwujud. Karena masa depan anak tak hanya ditentukan dari apa yang mereka pelajari, tapi juga dari seberapa aman ruang tempat mereka bertumbuh.
(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Kemkomdigi / Info Publik)