Mau Meringankan Gangguan Kesehatan Mental bagi Mahasiswa? Simak Rahasianya

mental health
Ilustrasi. (pexels)

SMARTRT.NEWS –  Kesehatan mental mahasiswa di Indonesia menjadi perhatian lantaran prevalensi gangguan seperti depresi dan kecemasan cukup tinggi.

Beban akademis, adaptasi lingkungan baru, dan masalah finansial menjadi faktor pemicu utama. Stigma, keterbatasan akses layanan konseling, dan kurangnya kesadaran juga menjadi tantangan.

Dalam jurnal UNS (2023), bertajuk: Deteksi Dini Prevalensi Gangguan Kesehatan Mental Mahasiswa di Perguruan Tinggi, mengungkap data mengejutkan:

Sebuah studi di Universitas Sebelas Maret menunjukkan 26.9% mahasiswa mengalami depresi ringan, 18.5% sedang, dan 9.3% berat. Lalu, 86.8% mahasiswa mengalami kecemasan dalam kategori tinggi.

Menukil laman ITB, yang melansir hasil penelitian di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung, menunjukkan sekitar 76,9% dari 674 mahasiswa mengalami gangguan psikologis. Dengan gejala seperti stres, depresi, kecemasan, dan bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup.

Selain itu, mengutip data Kemendiknas, mengungkap kini gangguan mental kerap terjadi pada kelompok usia 18-25 tahun. Fenomena ini berkelindan dengan kalangan mahasiswa.

Sebanyak 64% generasi muda mengalami masalah kecemasan, sedangkan 61,5% diantaranya sudah mengarah pada gejala depresi.

Hasil survei juga menunjukan, mahasiswa baru tahun 2023 mengalami stress dan tertekan 48,9% lantaran tugas. Lalu 35,6% dari lingkungan, 11,1% dari keluarga dan 4,4% dari masalah pacaran.

Gangguan kesehatan mental menjadi satu masalah krusial yang menjadi perhatian pemerintah. Mental health ini bukan saja mendera mahasiswa di Indonesia, tapi juga di pelbagai negara.

Lantas, bagaimana mengatasinya?

Stephen Folkerts dari Binghamton University, New York, Amerika Serikat, berbagi tips dan sarannya untuk meringankan gangguan kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Antara lain:

Luangkan Waktu untuk Menulis

Sering kali, tumpukan stresor atau emosi yang belum terselesaikan dalam pikiran kita dapat mengakibatkan perasaan kewalahan atau putus asa.

Jika kita tidak pernah meluangkan waktu untuk memvalidasi perasaan itu, dan menyelidiki penyebabnya, perasaan tersebut menjadi sulit untuk dikelola dan ditingkatkan.

Menulis jurnal membantu kita memproses pengalaman hidup dan pikiran kita melalui tulisan untuk audiens yang nyata atau imajiner.

Karena Folkerts seorang pemroses verbal, ia sering membuat jurnal suara dan merekam dirinya sendiri, yang diperdengarkan di kemudian hari.

Metode ini membantunya membumi pada saat itu dan mengungkapkan pola dalam respons terhadap tantangan hidup. Ada juga sejumlah aplikasi yang dapat membantu mengingatkan Anda untuk menulis jurnal dan tetap menyadari suasana hati dan perilaku.

Pelajari Cara Membantu Lebih Baik

Berbagi beban satu sama lain dan berinvestasi pada orang yang kita cintai adalah salah satu hal terindah tentang menjadi manusia.

Namun, ada batas di mana Anda harus mengevaluasi kemampuan dan kapasitas Anda untuk membantu orang lain.

Mintalah seorang teman atau konselor membantu Anda menetapkan batasan. Anda tidak boleh menjadi satu-satunya penanggung beban, apalagi beban orang lain. Bantu mereka dengan murah hati untuk terhubung dengan sumber daya di sekolah dan orang tepercaya lainnya yang peduli terhadap mereka.

Layanan Promosi dan Pencegahan Kesehatan memiliki kiat-kiat tentang cara membantu teman yang berjuang melawan pikiran untuk bunuh diri, kecemasan, atau depresi.

Bergabunglah dengan Komunitas

“Atomisasi” adalah istilah untuk menggambarkan keterasingan individu yang mandiri dalam masyarakat modern. Meskipun menjadi individu itu penting, ada banyak manfaat dalam komunitas.

Menentukan minat, nilai, dan identitas Anda akan membantu menemukan komunitas yang akan menerima, mendukung, dan menantang Anda.

Keterlibatan Folkerts dalam banyak klub dan organisasi di kampus telah berperan penting dalam memberi dukungan dan pengembangan diri.

Kelola Stres dengan Mempraktikkan Kesadaran Penuh

Stres sering kali memiliki konotasi negatif, tapi dapat membantu dalam mencapai tujuan kita dan menjaga diri tetap aman.

Tujuan dari manajemen stres adalah mengurangi stres negatif (kesusahan) dan mengatasi emosi yang memperkaya tetapi juga menggagalkan pengalaman hidup kita.

Folkerts menemukan bahwa meluangkan waktu untuk berbicara secara sengaja dengan anggota sistem pendukung (teman, keluarga, mentor, konselor) adalah yang paling membantu untuk mengatasi stres.

Temukan Jalan Keluar Kreatif

Sebagai seseorang yang menyukai seni dan menulis, bagi Folkerts kreativitas adalah tempat berlindung dan taman bermain yang aman bagi banyak emosi dan pengalaman. Penting untuk menyadari bahwa terkadang Anda hanya ingin menyalurkan kreativitas.

Hilangkan sedikit tekanan pada diri dan berkreasilah demi berkreasi.

Jika Anda bukan orang yang kreatif, mungkin merasa bahwa memperkenalkan diri pada kebiasaan baru dalam berkarya seni. Seperti melukis, membuat puisi, merajut, dan lainnya, bisa bermanfaat.

Meski Anda merasa tidak begitu ahli dalam hal itu. Tapi berkarya seni dan kreativitas menanamkan rasa tujuan, tidak peduli seberapa kecilnya membangun kepercayaan diri, disiplin, dan ketekunan.

Merawat Tubuh

Dalam tulisannya, Folkerts mengaku enggan sekali setiap mendengar nasihat kesehatan mental yang menekankan hal-hal ini.

Namun, setelah ia menerapkan disiplin secara lebih konsisten dalam hidup, ia menyadari betapa pentingnya hal-hal tersebut.

Penting diingat bahwa Anda hidup dalam tubuh, dan bukan sekadar tubuh. Melainkan tubuh yang terhubung erat dengan emosi dan kecerdasan yang Anda anggap sebagai bagian dari pengalaman.

Jika Anda meluangkan waktu menggerakkan tubuh secara sengaja, mempraktikkan kebersihan tidur, dan memperhatikan apa dan bagaimana makan, Anda akan menemukan bahwa hal-hal ini secara holistik berkontribusi pada perbaikan pribadi Anda.

Evaluasi Diri

Mudah untuk menulis daftar kiat kesehatan mental. Mungkin sulit untuk menemukan cara memotivasi dan menerapkan praktik ini, terutama jika Anda tidak menyadari sifat masalah kesehatan mental Anda.

Skrining mandiri ini bukan pengganti diagnosis dari profesional kesehatan mental. Setelah mengevaluasi diri sendiri, tanyakan kepada orang-orang tepercaya tentang pengamatan mereka terhadap suasana hati dan perilaku Anda.

Jika gangguan kesehatan mental berlanjut, segera konsultasikan ke psikater. Ini bukan aib, melainkan gangguan yang muncul seperti siklus hidup yang kini kian membayangi generasi muda di banyak negara.

Sumber: Laman Binghamton University