Lima Film dan Serial Terbaik Yandy Laurens Selain ‘Sore: Istri dari Masa Depan’

Oleh kontributor achmad pada 20 Jul 2025, 13:30 WIB

Yandy Laurens, sutradara muda yang menjadi pengarah sejumlah film pemenang penghargaan. (Foto: Dok Yandy Laurens)

Smartrt.news, Jakarta– Nama Yandy Laurens beken sebagai sutradara dengan gaya tutur lembut namun emosional. Ia tak mengejar konflik besar, melainkan detail kecil dalam relasi manusia yang kerap terabaikan. Sutradara kelahiran 1989 ini besar di Makassar dan menempuh pendidikan perfilman di Institut Kesenian Jakarta. Dalam dekade terakhir, ia konsisten menghadirkan karya-karya yang jujur, menyentuh, dan visualnya dirancang penuh empati.

Berikut adalah empat karya film dan serial paling menonjol yang merepresentasikan visi sinematik Yandy Laurens, dirangkum dari beragam sumber:

1. Wan An (2012) – Film Pendek Peraih Piala Citra

Karya awal ini mengantar Yandy Laurens ke panggung nasional. Berdurasi sekitar 12 menit, Wan An berkisah tentang pasangan lansia Tionghoa yang menjalani rutinitas sepi di hari tua. Film ini tak banyak dialog, tetapi padat dengan simbol dan suasana — memanfaatkan ruang dan bahasa tubuh sebagai medium cerita.

Disutradarai dan ditulis sendiri oleh Yandy, film ini memenangkan Piala Citra untuk Film Pendek Terbaik di FFI 2012. Karya ini juga menjadi semacam manifesto gaya visual Yandy ke depan: hening, penuh ruang kosong, tapi emosinya menggedor.

2. Keluarga Cemara (2019) – Adaptasi Humanis yang Meledak di Pasaran

Yandy menggarap ulang kisah klasik Keluarga Cemara dengan pendekatan realisme lembut. Film ini ia tulis bersama Gina S. Noer dengan sentuhan penuh empati terhadap dinamika keluarga kelas menengah yang jatuh miskin. Tokoh Abah dan Emak tidak hanya sebagai orang tua, tapi juga manusia yang bergulat dengan ego, penyesuaian, dan kasih sayang.

Film ini sukses besar, ditonton lebih dari 1,6 juta penonton, dan menjadi salah satu film keluarga paling diapresiasi dekade ini. Ia juga memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Skenario Adaptasi Terbaik di FFI 2019.

3. Yang Hilang Dalam Cinta (2022) – Realisme Magis di Platform Digital

Serial ini tayang di Disney+ Hotstar dan menandai eksplorasi Yandy pada narasi yang lebih konseptual. Di bawah skenario Florence Giovani dan Yandi sendiri, serial ini mengisahkan Dara (Sheila Dara), seorang perempuan yang secara literal menghilang secara fisik menjelang pernikahannya.

Serial ini mencampur drama psikologis dan realisme magis, menyajikan metafora tentang keterasingan dalam hubungan yang tidak sehat. Visualnya impresif, terutama penggunaan pantulan dan cahaya sebagai simbol isolasi dan kehadiran yang tak terlihat.

4. Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023) – Meta-Romansa Hitam Putih

Di bawah produksi Visinema, film ini merupakan karya yang sangat personal. Tokoh utamanya, Bagus (Ringgo Agus Rahman), adalah penulis skenario yang jatuh cinta tapi terlalu sadar akan formula film. Ia menulis ulang hidupnya sendiri seperti skenario romansa—dan justru kehilangan arah.

Tersaji dalam format hitam putih, film ini memadukan gaya dokumenter fiktif dan drama konvensional. Narasinya kompleks tapi relatable. Film ini meraih 7 Piala Citra di FFI 2024, termasuk untuk Skenario Asli dan Sutradara Terbaik.

5. 1 Kakak 7 Ponakan

Adaptasi sinetron era 90-an milik Arswendo Atmowiloto, yang ditulis serta di bawah arahan oleh Yandy. Berkisah tentang Moko (Chicco Kurniawan), seorang arsitek muda yang hidupnya berubah setelah sang kakak dan adik ipar meninggal, membuatnya menanggung tujuh keponakan. Film ini tayang perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival, 7 Desember 2024, dan rilis secara nasional pada 23 Januari 2025. Dengan durasi 131 menit, film ini telah menjaring lebih dari 1 juta penonton hanya dalam 17 hari.