Langkah Pertama di Gunung Pasir: Cerita dari Hari-Hari Awal SMPN 27 Balikpapan

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Pagi itu Senin (14/7/2025). matahari baru saja menyinari kawasan Gunung Pasir, Balikpapan. Di balik bangunan sekolah yang masih terlihat baru, satu per satu siswa berseragam putih merah mulai berdatangan.
Beberapa di antaranya tampak memeluk tasnya dengan gugup, sementara yang lain bersenda gurau dengan teman baru mereka. Tak satu pun dari mereka tahu, bahwa langkah kecil mereka hari ini adalah bagian dari sejarah mereka adalah angkatan pertama SMPN 27 Balikpapan.
Di ruang guru yang sederhana, Jamaludin, S.Pd, Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SMPN 27, menatap jadwal pelajaran yang masih ia sesuaikan. Wajahnya tenang, tapi di balik itu ada tanggung jawab besar.
“Hari ini resmi dimulai,” gumamnya pelan, seraya melirik daftar nama 128 siswa yang akan dia bina bersama tim kecilnya.
Sekolah Baru, Harapan Baru
SMPN 27 bukan hanya deretan ruang kelas dan papan tulis baru. Ia hadir sebagai jawaban atas kebutuhan lama kebutuhan akan pemerataan pendidikan di tengah kota yang terus tumbuh. Wilayah Gunung Pasir dan sekitarnya selama ini hanya mengandalkan SMP negeri yang sudah padat siswa. Tahun ini, keadaan mulai berubah.
“Sesuai juknis PPDB dan Standar Pelayanan Minimal, kami hanya menerima empat rombel dulu. Total 128 siswa,” terang Jamaludin. Empat kelas pertama itu menjadi fondasi yang akan menentukan arah sekolah ini ke depan.
Tapi mendirikan sekolah tak hanya tentang bangunan dan jumlah siswa. Tantangan sebenarnya adalah menghidupkan suasana belajar di tempat yang benar-benar baru.
Guru-Guru Pinjaman, Semangat Tak Berkurang
Saat bel pertama berbunyi, bukan hanya siswa yang bersiap. Delapan guru yang sebagian besar adalah “pinjaman” dari SMPN 1, 2, dan 12 juga hadir, menyusun materi, menyesuaikan waktu, dan membagi energi mereka antara sekolah asal dan SMPN 27.
“Kami atur supaya mereka bisa mengajar dua atau tiga hari di sini. Sisanya, mereka kembali ke sekolah induk,” kata Jamaludin. Penyesuaian jadwal menjadi tantangan tersendiri, apalagi ada guru yang harus mengajar lebih dari satu mata pelajaran.
Namun, semangat tak luntur. “Yang penting anak-anak tetap dapat hak belajar yang layak. Fasilitas boleh terbatas, tapi semangat harus penuh,” ucap seorang guru sambil menyiapkan spidol di papan tulis.
Suasana Belajar yang Dimulai dari Nol
Di salah satu kelas, seorang siswi bernama Aulia duduk di bangku baris ketiga. Ia datang dari kawasan Telagasari, yang selama ini harus bersaing ketat untuk bisa masuk SMP negeri. “Senang banget akhirnya bisa sekolah negeri dekat rumah,” ucapnya dengan malu-malu.
Suasana di kelas masih hening. Ada rasa canggung di antara siswa-siswa yang baru saling mengenal. Tapi perlahan, interaksi mulai tumbuh. Candaan ringan, tanya jawab, dan pelajaran pertama menjadi benih yang menumbuhkan kebersamaan.
“Awalnya agak khawatir karena ini sekolah baru. Tapi ternyata gurunya sabar dan ramah. Jadi senang belajar di sini,” kata Rizky, siswa lainnya.
Sekolah yang Dibangun dari Tekad
Meski fasilitas seperti laboratorium, ruang komputer, dan perpustakaan belum sepenuhnya tersedia, siswa dan guru sama-sama sadar bahwa mereka sedang membangun sesuatu dari awal. Tak ada keluhan. Hanya ada tekad.
“Insya Allah, kami akan bangun ini jadi sekolah yang tidak hanya layak, tapi juga berkualitas,” kata Jamaludin. Ia percaya, dengan kerja sama semua pihak, SMPN 27 akan menjadi sekolah yang mandiri dan unggul, seperti sekolah negeri lainnya.
Menjadi Bagian dari Sejarah
Bagi 128 siswa yang kini mengisi ruang-ruang SMPN 27, mereka bukan sekadar murid. Mereka adalah perintis, angkatan pertama, jejak awal dari sebuah perjalanan panjang.
Setiap langkah kaki mereka di halaman sekolah, setiap coretan mereka di buku catatan, setiap senyum mereka saat bel pulang berbunyi — semuanya akan menjadi cerita yang akan dikenang oleh angkatan-angkatan berikutnya.
Dan di satu sudut halaman, berdiri tegak tiang bendera yang kelak akan menjadi saksi dari tumbuhnya sebuah sekolah yang dibangun dari semangat, kesederhanaan, dan harapan.***
(Tim Smartrt.news/anang)
BACA JUGA