Langkah Kecil, Dampak Besar: Perang Sunyi Balikpapan Melawan Pungli
Diterbitkan 30 Mei 2025, 14:58 WIB

Jajaran Inspektorat Kota Balikpapan ketika memaparkan Gerakan Saber Pungli.(Foto:smartr.news/HO Inspektorat Balikpapan)
Smartrt.news, BALIKPAPAN – Di sebuah ruang kerja sederhana di sudut Balikpapan, suara ketukan keyboard berpadu dengan percakapan ringan para pegawai Inspektorat Kota. Di balik kesibukan itu, ada satu misi yang terus dijalankan secara diam-diam namun berdampak besar: membersihkan kota dari praktik pungutan liar.
Hari itu, Silvia Rahmadina, Kepala Inspektorat Kota Balikpapan, duduk tenang di balik mejanya. Wajahnya serius, tapi matanya penuh keyakinan. “Saber Pungli ini bukan cuma slogan. Ini adalah bentuk keseriusan kami menciptakan pelayanan publik yang bersih,” ujarnya pelan, namun tegas, Rabu (28/5/2025).
Silvia tahu betul, pungli adalah masalah yang kerap kali dianggap sepele, tapi efeknya bisa mematikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan. “Kadang masyarakat merasa harus bayar ‘uang pelicin’ supaya urusannya beres. Itu nggak boleh lagi dibiarkan. Kita harus ubah budaya itu,” katanya.
Gerakan Saber Pungli di Balikpapan bukan sekadar tempelan spanduk atau slogan seremonial. Di balik layar, Inspektorat terus menggelar edukasi ke ASN, menyalurkan informasi ke masyarakat, bahkan membuka jalur pelaporan secara langsung.
“Kalau ada pungli, laporkan. Kami tidak akan diam. Siapa pun yang terbukti, akan kami tindak,” ujar Silvia, dengan nada yang tak menyisakan ruang untuk keraguan.
Budaya Zero Pungli
Namun perjuangan ini tidak mudah. Mengubah pola pikir birokrasi sama artinya dengan melawan arus tradisi. Silvia dan timnya tahu, pekerjaan mereka bukan hanya soal hukum, tapi juga soal membangun kesadaran: bahwa melayani itu adalah kewajiban, bukan ladang mencari tambahan.
“Budaya zero pungli ini harus ditanamkan ke semua lini. Kita ingin masyarakat merasa aman, nyaman, dan dihormati saat berurusan dengan pemerintah,” ucapnya.
Dan perlahan, tanda-tanda perubahan mulai muncul. Laporan pungli mulai menurun. Beberapa warga berani menolak memberi uang di luar ketentuan. Dan kepercayaan masyarakat? Mulai tumbuh kembali.
“Pelayanan yang bersih membuat dunia usaha nyaman. Investor butuh kepastian hukum, bukan ketidakpastian biaya. Maka pemberantasan pungli ini juga strategi membangun ekonomi,” jelas Silvia.
Menutup percakapan, Silvia tersenyum kecil. “Ini bukan tugas kami saja. Pemerintah dan masyarakat harus jalan bareng. Kalau kita sama-sama jaga, pungli pasti bisa hilang.”
Di kota yang terus tumbuh menuju masa depan, perang melawan pungli bukanlah peperangan dengan sorotan kamera atau headline besar. Tapi ia terjadi—dalam ruang-ruang pelayanan, di meja-meja petugas, dan di hati warga yang percaya bahwa pelayanan yang adil bukanlah impian, melainkan hak.
Dan di Balikpapan, perjuangan itu terus berjalan senyap, tapi tak pernah padam.***
(Tim Smartrt.news/anang/sumber: Inspektorat Balikpapan)