Kisah Unik Ketua RT 16, Lili: Tengahi Perkelahian Warga Karena Perkara Cemburu

Rt 16 Lili
Ketua RT 16 Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat, Lili Asnawi. (Smartrt/ Taufik)

SMARTRT.NEWS –  RT 16 Kelurahan Margomulyo, dinahkodasi seorang perempuan tangguh, bernama Lili Asnawi. Kepemimpinannya baru berjalan tiga tahun, namun telah melewati dinamika cukup panjang.

Di pelataran kursi kayu panjang yang bernaung pohon rindang, Lili menceritakan beragam kisah selama menjadi Ketua RT. Ia bilang, jabatan RT awalnya cukup berat, lantaran sang suami tidak cukup setuju.

Akan tetapi siring perjalanan waktu, kepercayaan warga yang menguatkan tekadnya menjadi pengayom warga RT 16.

“Suami sempat tidak setuju Mas, tapi Alhamdulillah saat ini suami bisa legowo mendukung saya,” ucapnya, dengan senyum tipis.

Wanita yang karib disapa Lili memiliki suami yang sangat ia cintai. Suaminya bekerja di perusahaan industri daerah Balikpapan Timur. Mereka dianugerahi dua buah hati, si sulung baru lulus sekolah dan bungsu mengenyam bangku kelas dua SMA.

Lili tetap menjalankan kepercayaan warga menjadi Ketua RT dengan rasa ikhlas dan ekstra sabar.

Aktivis Wanita Tangguh

Katanya, mental dan karakter organisatoris lah yang menjadi bekal dan membawa Lili memiliki jiwa tangguh dengan semangat leadership. Sampai kini, ia juga aktif di pelbagai organisasi kelompok, seperti kader Posyandu dan TPK atau Tim Pendamping Keluarga.

Di lingkungannya tempat Lili memimpin, warga sekitar banyak dominan para pendatang. Sebab, di sana cukup banyak kos-kosaan serta penyewaan rumah. Di sana, ada 113 Kepala Keluarga dengan 398 jiwa.

Lili pun harus siap turun tangan saat ada permasalahan menimpa warga.

Pernah suatu ketika, kisah Lili, ada warganya yang ribut. Sepasang suami istri berkelahi. Lantaran masalah rumah tangga, ia tak ingin ikut campur.

Tetapi, perseteruan itu makin membesar. Mau tak mau, akhirnya warga lain ikut menengahi.

“Saya pernah Mas, di sini kan banyak pendatang yah. Nah waktu itu ada dari pendatang berkelahi antar suami istri. Istrinya mau kerja dikunciin katanya cemburu hehehe,” ucapnya, melempar tawa.

Kecemburuan itu sempat memantik tawa warga. Namun untung akhirnya perseteruan suami istri itu bisa damai dengan jalan kekeluargaan.

Lili tahu betul, sebagai Ketua RT tidak bisa gegabah menangani atau menghadapi permasalahan yang ada di lingkungannya.

Ia sadar perbedaan karakter dan pemikiran antar warga menjadikannya harus ekstra sabar. Dengan begitu, jiwa kepemimpinannya pun semakin matang seiring berlalunya waktu demi waktu.

Kisah unik lain, pernah pula menghampiri Lili.

Kala itu, ada proyek semenisasi di lingkungannya. Lili pun bersitegang dengan salah satu warga yang beranggapan tidak adil hingga terjadi perselisihan secara fisik.

Akan tetapi ia harus ikhlas menerima dan kembali merangkul siapapun selama masih warga RT 16.

“Waktu dulu ada semenisasi, volumenya gak sampai merata. Ada warga yang protes sampai main fisik tapi yah mau gimana, namanya juga RT tempatnya salah Mas. Dia juga yang minta maaf karena kesalahan persepsi,” bebernya, seraya tersenyum mengenang peristiwa unik itu.

Sebagai perempuan yang lahir dan besar di lingkungan RT 16, Lili tentu paham betul varian masalah yang menimpa lingkungannya.

Banjir Tetap Jadi Masalah Utama

Sampai saat ini maslaah utama di sana adalah banjir, yang selalu melanda saat hujan deras. Lingkungan RT 16 menjadi langganan banjir saat hujan.

Melihat wilayahnya secara geografis, lingkungan RT 16 berada di dataran rendah. Persisnya di bawah perbukitan dan sawah yang sulit untuk menampung hujan.

“Di sini masalah banjir, Mas. Kalau hujan deras air itu mengalir dari atas, katanya mau buat tanggul, tapi ga tau lanjutannya gimana,” paparnya.

Permasalahan ini pernah ia adukan kepada pihak kelurahan. Lalu mendapat solusi akan membuat tanggul di belakang SMAN 8. Tanggul itu untuk menampung aliran air hujan.

Namun, nasib warga RT 16 sama seperti warga RT 13. Di sana juga sering mengalami banjir. Sama pula, mereka mendapat angin surga untuk pembangunan tanggul.

Tapi, sampai media ini bercengkrama dengan sejumlah Ketua RT termasuk dengan Ibu Lili, tanggul itu tak kunjung ada. Masih sebatas janji, sejak dahulu kala. Entah sampai kapan tanggul itu terlihat wujudnya.

Entah pula sampai kapan, warga di sana bisa bebas banjir, seperti nyamannya hunian di kediaman para pejabat.

Taufik Hidayat

Tinggalkan Komentar