Kisah SMPN 22 Balikpapan, Pelopor Panen Air Hujan yang Tekan Biaya Hingga 90 Persen

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Di tengah isu perubahan iklim dan krisis air bersih yang semakin nyata, sebuah sekolah negeri di Balikpapan, Kalimantan Timur, membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. SMP Negeri 22 Balikpapan, yang berlokasi di Kelurahan Sumber Rejo, Balikpapan Tengah, menjelma menjadi pionir dalam pengelolaan air hujan secara mandiri — langkah inovatif yang berhasil menekan biaya air bersih hingga 90 persen.
Cerita ini bermula dari keresahan sederhana: tagihan air sekolah yang terus membengkak. Sunarmi, Kepala Sekolah SMPN 22, bersama jajaran guru dan komite sekolah, mulai mencari solusi berkelanjutan. Dari diskusi demi diskusi, lahirlah satu ide revolusioner — membangun sistem penampungan dan penyaringan air hujan.
“Kami ingin membuat perubahan yang berdampak jangka panjang. Maka kami mulai dari atap sekolah kami sendiri,” ungkap Sunarmi dengan penuh semangat.
Bunker Air Hujan: Menyulap Atap Jadi Sumber Kehidupan
Tak sekadar menampung air, SMPN 22 membangun bunker air hujan berukuran besar: panjang 8 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3,5 meter. Atap sekolah dimanfaatkan sebagai penangkap air utama, yang kemudian dialirkan ke bunker. Sebelum digunakan, air disaring terlebih dahulu agar layak dipakai untuk keperluan mandi, mencuci, hingga MCK.
Dengan kapasitas ribuan liter, sistem ini tidak hanya cukup untuk kebutuhan sekolah, tapi juga menyimpan potensi untuk membantu masyarakat sekitar, terutama saat musim kemarau panjang.
Efisiensi Nyata: Dari Rp1,9 Juta ke Rp150 Ribu Per Bulan
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, Irfan Taufik, hasil dari program ini sungguh luar biasa. Sebelumnya, sekolah mengeluarkan sekitar Rp1,9 juta per bulan untuk air bersih dari PDAM. Kini, tagihan itu merosot tajam menjadi hanya Rp150 ribu.
“Efisiensinya luar biasa. Ini bukan cuma hemat biaya, tapi juga bentuk nyata pendidikan lingkungan bagi siswa,” ujar Irfan saat diwawancarai, Rabu (14/5/2025).
Belajar dari Alam: Siswa Terlibat Langsung
Program ini bukan hanya soal infrastruktur. Para siswa turut terlibat dalam proses pembelajaran langsung: bagaimana menyaring air, merawat sistem, dan menghitung volume air yang tertampung.
“Anak-anak tidak hanya tahu pentingnya konservasi air, tapi mereka mempraktikkannya setiap hari. Ini membentuk karakter peduli lingkungan sejak dini,” tambah Sunarmi.
Dari Sekolah untuk Kota: Potensi Replikasi ke Sekolah Lain
Melihat keberhasilan ini, Pemerintah Kota Balikpapan berencana mereplikasi sistem panen hujan SMPN 22 ke sekolah-sekolah lain. Disdikbud tengah menyusun peta jalan (roadmap) untuk mengintegrasikan sistem ini dalam pembangunan sekolah ramah lingkungan.
“Kami ingin menjadikan sekolah sebagai motor penggerak budaya peduli lingkungan di kalangan generasi muda,” tegas Irfan.
Tak hanya itu, SMPN 22 juga membuka diri untuk bekerja sama dengan PDAM dan pemerintah kota agar air berlebih dari bunker bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
SMPN 22 Balikpapan: Sekilas Profil Sekolah
- Nama Sekolah: SMP Negeri 22 Balikpapan
- NPSN: 30405707
- Alamat: Sumber Rejo 1 Rt.41, Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur
- Luas Tanah: 15.605 m²
- Akreditasi: A
- Status: Negeri
- SK Operasional Terbaru: 420/114/Dikdas/V/2016
- Tanggal SK: 26 Mei 2016
Kesimpulan: Inovasi Air Hujan untuk Masa Depan yang Lebih Hijau
Kisah sukses SMPN 22 Balikpapan membuktikan bahwa sekolah tidak hanya tempat belajar teori, tetapi bisa menjadi laboratorium hidup bagi generasi muda. Dari panen air hujan, lahir kesadaran, efisiensi, hingga kontribusi bagi masyarakat. Sebuah langkah kecil dari sebuah sekolah negeri di Balikpapan, tapi bisa menjadi cikal bakal revolusi hijau di dunia pendidikan Indonesia.
(Tim smartrt.news/anang/sumber:SMPN 22 Balikpapan)
BACA JUGA