Ketukan di Pintu Rumah RT: Kisah Perjuangan Balikpapan Melawan Stunting
Diterbitkan 25 Mei 2025, 12:57 WIB

Peluncuran Gempur Stunting di Taman Bekapai, Minggu (25/5/2025). (Foto:smartrt.news/rama)
BALIKPAPAN – Pagi itu, ketua RT 34 di sebuah lingkungan padat penduduk di Balikpapan Selatan dikejutkan oleh kedatangan seorang ibu muda. Wajahnya cemas, membawa anak balita yang terlihat lesu dan kurus. “Pak, anak saya susah makan. Sudah dua bulan tidak ke posyandu Kusuma,” keluhnya.
Kisah itu bukan satu-satunya. Di balik megahnya pembangunan kota, masih ada kenyataan lain: angka stunting di Balikpapan masih tinggi, mencapai 21,6 persen. Dan dari sinilah, Pemerintah Kota Balikpapan memulai gerakan masif—Gempur Stunting, sebuah program berbasis komunitas yang menjadikan RT sebagai garda terdepan dalam memutus mata rantai stunting.
RT Bukan Lagi Sekadar Pengurus Lingkungan
Kini, di Balikpapan, peran RT berubah lebih besar dari sekadar pengurus administratif. Mereka menjadi “orang tua asuh” bagi setiap balita di wilayahnya. Jika ada anak yang tidak datang ke posyandu, ketua RT mendatangi rumahnya. Jika terlihat tanda-tanda kekurangan gizi, mereka segera melapor ke puskesmas.
“Ini tanggung jawab bersama. Tidak boleh ada anak yang luput dari pantauan,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Alwiati, dalam kegiatan peluncuran Gempur Stunting di Taman Bekapai, Minggu (25/5/2025).
Namun, perjuangan belum selesai. Tingkat partisipasi posyandu baru mencapai 40,6 persen. Itu artinya, lebih dari setengah bayi dan balita di Balikpapan belum rutin diperiksa tumbuh kembangnya.
“Ini tantangan yang nyata. Maka kami dorong semua pihak—kader, RT, orang tua—untuk ikut bergerak,” lanjut Alwiati.
Edukasi Gizi & Gerakan 100% Balita Ditimbang
Gempur Stunting tidak hanya bicara soal data, tapi juga pendidikan gizi sejak dini. Dinas Kesehatan menggandeng dokter spesialis anak dan kandungan, menyampaikan pentingnya asupan gizi seimbang dan penanganan anemia pada remaja putri.
Fakta mencengangkan pun muncul—kadar hemoglobin remaja putri rata-rata hanya 10 g/dL, padahal idealnya minimal 12. Jika dibiarkan, ini akan berdampak besar saat mereka memasuki usia subur dan hamil kelak.
Karena itu, salah satu program unggulan Gempur Stunting adalah “Gerakan 100% Balita Ditimbang”, memastikan tak ada balita yang terlewat. Setiap anak wajib ditimbang, dipantau, dan jika perlu—dibimbing oleh ketua RT dan kader posyandu di lingkungannya.
Stunting Bukan Sekadar Tubuh Pendek
Ketua TP PKK Kota Balikpapan, Hj. Nurlena Rahmad Mas’ud, memberikan pandangan yang lebih luas. Stunting bukan hanya soal tubuh pendek. Ini menyangkut perkembangan otak, kemampuan belajar, dan masa depan generasi bangsa.
“Stunting itu sunyi. Tidak selalu terlihat. Tapi dampaknya jangka panjang. Kalau kita diam, kita kehilangan masa depan,” tegasnya.
Harapan Tumbuh dari Lingkungan
Gempur Stunting bukan sekadar program pemerintah. Ia lahir dari kepedulian. Dari pintu rumah ke rumah, dari satu kader ke ibu lainnya, dari RT ke balita. Semua bergandengan tangan, memerangi musuh sunyi bernama stunting.
Kini, ketika seorang ibu mengetuk pintu rumah RT membawa kekhawatirannya, dia tidak sendirian. Karena seluruh kota telah bersatu, menjaga generasi masa depan agar bisa tumbuh sehat, cerdas, dan unggul.
(Tim smartrt.news/rama/sumber: PKK Balikpapan)