“Kami Tak Ingin Hanya Jadi Penonton” – Wawancara Eksklusif Bersama Ketua BEM UM di Munas BEM SI XVIII
Diterbitkan 03 Jul 2025, 14:30 WIB
Agung Widiyanto dan Rani Devita, Ketua dan Sekretaris BEM Universitas Mulia di Munas BEM SI XVIII di Bogor. (Foto:smartrt.news/BEM UM)
Smartrt.news, BOGOR — Di tengah kesibukan sidang dan forum strategis Musyawarah Nasional BEM SI ke-18, Ketua BEM Universitas Mulia, Agung Widiyanto, menyempatkan waktu untuk berbincang soal posisi mahasiswa daerah di tengah dinamika nasional. Berikut kutipan wawancaranya bersama tim Smartrt.news.
Apa makna strategis Munas ini bagi posisi Universitas Mulia secara nasional?
“Ini langkah strategis. Kami tak ingin hanya jadi penonton. Universitas Mulia ingin dikenal sebagai bagian dari kekuatan gerakan mahasiswa nasional.”
Apa isu-isu yang paling penting menurut Agung dalam Munas kali ini?
“Pendidikan merata, digitalisasi, krisis lingkungan seperti tambang Raja Ampat. Semua sangat relevan dengan kampus kami.”
Apa rekomendasi yang dibawa oleh BEM UM?
“1. Pemerataan teknologi pendidikan. 2. Kolaborasi antar-BEM. 3. Literasi digital dan kebangsaan.”
Apakah gerakan mahasiswa masih relevan hari ini?
“Masih sangat relevan. Tapi caranya berubah. Kita bisa bersuara lewat data dan kampanye digital.”
Apa langkah konkret setelah Munas selesai?
“Integrasikan hasil Munas ke program kerja kampus: diskusi publik, kampus hijau, literasi digital.”
Bagaimana membangun jejaring antar BEM di forum ini?
“Kami sudah komunikasi aktif dengan BEM dari Sumatera hingga Papua. Targetnya program kolaboratif.”
Apa tantangan terbesar selama Munas ini?
“Menyatukan suara dari berbagai daerah. Tapi itu yang membuat gerakan ini kaya.”
Apa pesan Agung untuk mahasiswa Universitas Mulia?
“Munas ini tonggak sejarah. Suara mahasiswa UM kini didengar di forum nasional. Kita harus bangga dan lanjutkan perjuangan.”
(Tim Smartrt.news/anang/sumber; BEM UM)

