Kalimantan Terancam Sepi di Liga 1: Barito Putera Kian Dekat ke Jurang Degradasi

Smartrt.news, BANJARBARU, – Deru semangat sepak bola di Pulau Kalimantan sedang berada di ujung tanduk. Musim depan, Liga 1 Indonesia berpotensi kehilangan salah satu wilayah penting: Kalimantan. Saat ini, hanya dua klub yang mewakili pulau terbesar di Indonesia ini—Borneo FC Samarinda dan Barito Putera Banjarmasin.
Namun, sinyal krisis semakin kuat. Pada Sabtu (11/5), Barito Putera kembali menelan kekalahan telak. Bermain di kandang sendiri, Stadion Demang Lehman, Laskar Antasari dipermalukan oleh PSM Makassar dengan skor mencolok 1-4.
Kekalahan ini membuat Barito semakin terpuruk di papan bawah klasemen dan mendekatkan mereka ke zona merah, bayang-bayang degradasi yang bisa melenyapkan eksistensi Kalimantan di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Nasib Barito Putera Kian di Ujung Tanduk
Asa Barito Putera untuk bertahan di Liga 1 makin tipis setelah takluk telak 1-4 dari PSM Makassar dalam laga pekan ke-33 di Stadion Demang Lehman, Sabtu (17/5). Kekalahan ini membuat Barito tertahan di posisi ke-16 klasemen sementara dengan koleksi 31 poin—satu langkah dari jurang degradasi.
Satu-satunya gol Barito dicetak oleh J. Moreno pada menit ke-49. Namun PSM bangkit dan membalas lewat dua gol M. Vieira da Silva (67’ dan 90+4’), serta masing-masing satu gol dari A. Neto (83’) dan R. Bakri melalui titik penalti di masa injury time (90+11’).
Pemain Barito Putera
Banua Norhalid sebagai penjaga gawang. Lini belakang diisi oleh Renan Alves, Anderson Carneiro, Bagas Kaffa, dan Iqbal Gwijangge. Di sektor tengah, terdapat Tegar Infantrie sebagai gelandang bertahan, didukung oleh Ferdiansyah dan Bayu Pradana sebagai gelandang tengah. Rizky Pora yang juga bertindak sebagai kapten bermain di sisi kiri sebagai gelandang sayap, sementara Lucas Morelatto menempati posisi gelandang serang. Di lini depan, Jaime Moreno dipercaya sebagai penyerang tengah. Pemain cadangan Barito Putera antara lain Wawan Hendrawan, Gale Trisna Prakastiwi, Muhammad Firly, Yuswanto Aditya, Nazar Nurzaidin, Ilham Mahendra, Alex Kamuru, Muhammad Buyung Ismu Lessy, Aimar Iskandar, Matías Mier, Bagus Kahfi, dan Rahmat Beri.
PSM Makassar
Hilman Syah di posisi penjaga gawang. Lini belakang ditempati oleh Syahrul Lasinari, Aloísio Neto, dan Victor Luiz. Akbar Tanjung mengisi peran gelandang bertahan, dengan Daisuke Sakai dan Latyr Fall di posisi gelandang tengah. Fahrul Aditia dan Abdul Rahman bermain sebagai gelandang sayap kanan dan kiri. Di lini depan, Balotelli menempati posisi penyerang kedua, sementara Nermin Haljeta berperan sebagai penyerang tengah. Pemain cadangan PSM Makassar meliputi Muhammad Reza Arya Pratama, Victor Dethan, Muhammad Rizky Eka Pratama, Ricky Pratama, Yuran Fernandes, Daffa Salman, Ananda Raehan Alif, Adilson Silva, dan Sulthan Zaky.
Kekalahan ini menjadi pukulan berat karena Barito hanya menyisakan satu pertandingan lagi, yakni menghadapi PSIS Semarang di pekan ke-34. Sementara dua tim pesaing terdekat, PSS Sleman dan Semen Padang, masih punya dua laga sisa.
PSS Sleman yang kini berada di peringkat ke-17 dengan 28 poin bisa menyalip Barito jika menang dua kali. Skenario lebih buruk bisa terjadi jika Semen Padang, yang sudah mengoleksi 32 poin dari 32 laga, mencuri satu kemenangan saja dari dua pertandingan terakhir mereka.
Skenario Barito Putera Bertahan di Liga 1
Dengan posisi saat ini, Barito memang belum resmi terdegradasi. Namun peluang untuk bertahan amat tipis dan rumit, sebab mereka kini tak hanya harus menang, tetapi juga menaruh harapan pada hasil buruk tim lain. Laga melawan PSIS Semarang menjadi partai hidup-mati bagi Laskar Antasari.
Jika mampu menumbangkan PSIS dan mengakhiri musim dengan 34 poin, Barito masih belum pasti aman. Nasib mereka akan tergantung pada hasil yang diraih PSS Sleman dan Semen Padang. Jika PSS menang dua kali, poinnya juga akan menjadi 34—dan penentuan akan bergantung pada head-to-head serta selisih gol. Artinya, selain menang, Barito juga perlu mencetak banyak gol untuk memperbaiki catatan mereka.
Namun skenario paling mencemaskan datang dari Semen Padang. Klub yang musim ini promosi dari Liga 2 itu hanya butuh satu kemenangan lagi untuk memastikan diri bertahan. Jika itu terjadi, Barito tak lagi punya jalan kembali, bahkan jika mereka menang atas PSIS.
Dengan tekanan mental yang tinggi dan sorotan publik yang makin tajam, perjuangan Barito menjadi semacam pertaruhan terakhir. Mereka bukan hanya melawan lawan di lapangan, tetapi juga dikejar bayang-bayang hasil pertandingan di tempat lain.
Pekan ke-34 akan menjadi panggung dramatis akhir musim—bukan hanya untuk menentukan siapa yang juara, tetapi juga siapa yang tersisa.
Sepak Bola Kalimantan: Dari Ramai Jadi Sunyi
Beberapa tahun lalu, Kalimantan masih punya lebih dari dua klub yang bersaing di Liga 1. Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, hingga Persisam Putra Samarinda sempat mewarnai kompetisi nasional. Tapi satu per satu menghilang, tergilas oleh perubahan struktur liga dan dinamika finansial klub.
Kini,hanya Borneo FC yang bisa dibilang “aman” secara posisi dan manajemen. Sementara Barito, meski punya sejarah panjang dan basis suporter yang solid, tampak sedang berjuang keras di tengah tekanan performa dan hasil yang tak konsisten.
Kekalahan Telak yang Menjadi Titik Balik?
Saat menjamu PSM Makassar, harapan Barito untuk memetik poin penting di kandang sendiri justru berubah menjadi mimpi buruk. Empat gol bersarang ke gawang mereka, hanya dibalas satu gol hiburan. Di hadapan publik Kalimantan Selatan, kekalahan itu terasa lebih menyakitkan—bukan hanya karena skor, tapi karena situasinya yang krusial.
Jika dalam sisa pertandingan musim ini Barito tak mampu bangkit, maka musim depan Liga 1 akan tanpa wakil dari Kalimantan Selatan. Praktis hanya Borneo FC mewakili Kalimantan di kasta tertingi sepakbola nasional.
Musim belum sepenuhnya selesai. Masih ada peluang bagi Barito untuk lolos dari degradasi, meski jalannya tidak mudah. Tim pelatih harus menemukan kembali bentuk terbaik, pemain harus tampil dengan determinasi penuh, dan dukungan suporter akan sangat krusial dalam laga-laga penentuan.
Kehadiran klub-klub Kalimantan di Liga 1 bukan hanya tentang kompetisi. Ini juga tentang representasi identitas, kebanggaan regional, serta kesempatan bagi talenta lokal untuk tampil di panggung nasional.
Tanpa klub dari Kalimantan, banyak potensi pesepakbola muda bisa kehilangan panggung. Infrastruktur yang sudah dibangun bertahun-tahun pun bisa terbengkalai. Dan yang paling disayangkan: semangat publik pecinta sepak bola Kalimantan bisa memudar.
Nusantara FC: Asa Baru Sepak Bola Kalimantan dari Jantung IKN
Sepak bola Kalimantan tengah menghadapi masa-masa kritis. Musim depan, bisa jadi hanya satu klub yang akan bertahan di kompetisi tertinggi Liga 1: Borneo FC Samarinda. Sementara itu, Barito Putera kian terancam degradasi usai kekalahan telak 1-4 dari PSM Makassar, Sabtu lalu di Stadion Demang Lehman.
Kondisi ini menyisakan kekhawatiran besar di tengah masyarakat Kalimantan. Wilayah yang dulunya memiliki klub-klub kuat seperti Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, dan Bontang FC, kini mulai kehilangan gaungnya di level nasional. Namun di tengah kabut keprihatinan ini, muncul sebuah harapan baru: munculnya klub Nusantara FC—sebuah gagasan untuk mendirikan klub sepak bola profesional yang berbasis di Ibu Kota Negara (IKN).
Klub IKN, Layaknya Persija di Jakarta
Dalam sejarah sepak bola Indonesia, Persija Jakarta menjadi simbol dari ibu kota lama. Kini, dengan berpindahnya pusat pemerintahan ke Kalimantan Timur, wajar jika publik mulai membayangkan hadirnya klub bernama Nusantara FC—klub yang tidak hanya mewakili daerah, tetapi juga identitas baru nasional.
“Jika di Jakarta ada Persija, maka sudah saatnya IKN punya Nusantara FC,” kata seorang pegiat sepak bola Kaltim. “Dan klub ini bisa menjadi pusat gravitasi baru sepak bola Kalimantan.”
Apakah Bisa Langsung Berlaga di Liga 1?
Secara regulasi, Nusantara FC tidak bisa langsung tampil di Liga 1, kecuali melalui jalur akuisisi klub yang sudah ada. Artinya, ada dua skenario realistis yang bisa ditempuh:
-
Akuisisi Klub Liga 1: Membeli lisensi klub yang bermasalah finansial, lalu dipindahkan ke IKN dan di-rebranding. Namun ini rawan polemik, terutama jika tidak mendapat restu suporter lama.
-
Merintis dari Bawah: Mendaftarkan Nusantara FC sebagai klub baru di Asprov PSSI Kaltim, lalu ikut Liga 3 zona Kalimantan Timur. Jika performanya konsisten, klub bisa promosi ke Liga 2, dan lanjut ke Liga 1 dalam waktu 2–4 musim.
Pilihan kedua lebih ideal secara moral, meskipun butuh waktu dan komitmen panjang. Tapi justru dari proses itulah klub bisa membentuk identitas, loyalitas fans, dan kestabilan jangka panjang.
Sumber Daya: Kaya Potensi Lokal
Satu keuntungan besar jika Nusantara FC terbentuk adalah potensi besar dari klub-klub Kaltim yang sudah ada. Borneo FC, Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, bahkan Bontang FC, memiliki pemain muda berbakat yang bisa jadi pasokan utama skuad Nusantara FC.
Dengan pembinaan dan sistem feeder club yang tepat, Nusantara FC bisa menjadi “superklub Kalimantan” yang merepresentasikan banyak elemen lokal.
Jika benar-benar dibentuk, Nusantara FC tak hanya akan menyelamatkan eksistensi Kalimantan di Liga 1, tapi juga menjadi simbol baru bagi semangat persatuan Indonesia dari jantung ibu kota barunya.
Dengan manajemen profesional, dukungan komunitas, dan pemanfaatan potensi lokal, Nusantara FC bisa tumbuh menjadi klub modern yang mengakar kuat di tanah Borneo, namun menatap panggung Asia.
(Tim Smartrt.news/anang/sumber: ligaindonesiabaru.com, AI dan berbagai sumber)
BACA JUGA