ITF Balikpapan Olah Sampah Organik Jadi Kompos, Mampu Tiga Ton Perhari

Oleh widodo pada 15 Apr 2025, 08:33 WIB

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus memperkuat pengelolaan sampah organik melalui pengoperasian Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berada di Kawasan Daksa, Sepinggan, Balikpapan Selatan.

Fasilitas pengolahan ini menjadi garda terdepan dalam memanfaatkan sampah pasar menjadi kompos ramah lingkungan yang digunakan untuk kepentingan sosial hingga penghijauan kota.

Kepala Bidang Kebersihan DLH Balikpapan, Dodi Yulianto, mengungkapkan bahwa ITF berlokasi di Kelurahan Sepinggan Kecamatan Balikpapan Selatan, ini menerima rata-rata 2 hingga 3 ton sampah organik per hari, yang sebagian besar bersumber dari pasar-pasar tradisional seperti Pasar Klandasan dan Pasar Sepinggan.

“Sampah dari pasar itu sangat mendominasi jenis organik seperti sisa sayur, buah, dan kulit umbi. Itu yang kami olah menjadi kompos,” ujar Dodi saat ditemui di sela kegiatan monitoring fasilitas, Selasa (15/4/2025).

Proses Pemilahan Hingga Pengomposan

Sampah yang masuk ke ITF tidak langsung diproses. Tim ITF terlebih dahulu melakukan pemilahan untuk memisahkan sampah anorganik atau sampah tercemar dari bahan organik yang layak. Proses ini penting untuk menjamin kualitas kompos yang dihasilkan.

Setelah dipilah, sampah difermentasi menggunakan sistem windrow atau tumpukan terbuka yang rutin dibalik setiap beberapa hari guna mempercepat proses pembusukan alami. Proses ini memakan waktu sekitar 30 hingga 40 hari sebelum menghasilkan kompos matang.

Dodi menyebut, dari volume input harian tersebut, ITF mampu memproduksi rata-rata 300 hingga 400 kilogram kompos matang per bulan. Kompos tersebut kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, komunitas urban farming, kelompok tani kota, sekolah, hingga digunakan untuk mendukung pertamanan di ruang terbuka hijau milik pemerintah.

Kendala Lahan dan Cuaca

Sementara itu, kendati pengolahan berjalan rutin, kapasitas optimal ITF belum bisa terpenuhi. Dari kapasitas maksimum 10 ton per hari, saat ini baru dimanfaatkan sekitar 30 persen. Penyebab utamanya adalah keterbatasan lahan penjemuran serta ketergantungan terhadap kondisi cuaca.

“Area penjemuran kompos kami masih sangat terbatas, hanya sekitar 200 meter persegi. Saat musim hujan, proses pengeringan terhambat sehingga berdampak pada jumlah produksi,” jelas Dodi.

DLH pun tengah mengupayakan pengembangan infrastruktur pendukung seperti greenhouse pengering kompos atau atap kanopi terbuka, agar produksi kompos dapat berjalan optimal sepanjang tahun.

Kontribusi pada Pengurangan Sampah TPA

ITF menjadi bagian penting dari strategi pengurangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar. Berdasarkan data DLH, Balikpapan menghasilkan rata-rata 400 ton sampah per hari, dan 60 persen di antaranya merupakan sampah organik.

Dengan mengolah sebagian dari limbah tersebut menjadi kompos, beban TPA bisa dikurangi secara signifikan. “ITF ini menjadi salah satu upaya nyata kami menuju kota yang lebih berkelanjutan,” tegas Dodi.

Selain ITF, DLH juga tengah mengembangkan program edukasi pemilahan sampah dari sumber di tingkat rumah tangga dan pasar, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.

Dibuka untuk Edukasi dan Kunjungan

Menariknya, ITF Balikpapan juga terbuka sebagai tempat edukasi lingkungan. Sejumlah sekolah, komunitas pecinta lingkungan, dan penggiat pertanian kota sering melakukan kunjungan belajar ke lokasi. DLH berharap, ke depan ITF tak hanya menjadi tempat pengolahan sampah, tapi juga pusat pembelajaran gaya hidup ramah lingkungan.

“Kami ingin warga tidak hanya tahu hasilnya, tapi juga prosesnya. Dari situ lahir kesadaran baru tentang pentingnya mengelola sampah dengan benar,” pungkas Dodi.

INFO PRODUKSI KOMPOS ITF BALIKPAPAN

Lokasi: Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan
Sumber Sampah:

Pasar Klandasan
Pasar Sepinggan
Lingkungan warga sekitar

Jenis Sampah:

Sayur-sayuran
Kulit buah
Sisa makanan organik
Kapasitas Olah Harian:

Maksimal: 10 ton/hari
Realisasi: 2–3 ton/hari
Lama Proses Pengomposan: 30–40 hari
Produksi Kompos:

300–400 kg kompos matang/bulan
Dibagikan gratis untuk kegiatan sosial, urban farming, pertamanan

Kendala:

Lahan penjemuran sempit
Cuaca hujan memperlambat proses

***

(Tim Smartrt.news/rama)