IHSG Disuspensi: Anjlok 5%, Bursa Efek Hentikan Perdagangan Sementara 30 Menit

IHSG
Kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga siang hari ini semakin dalam. (Foto: smartRT.news/https://Bloomberg Technoz)

SmartRT.news, JAKARTA,- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan tajam hingga lebih dari 5% dalam perdagangan Selasa (18/3/2025). Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara atau trading halt selama 30 menit pada pukul 11:19:31 WIB.

Sebelum dihentikan, IHSG tercatat turun 325,04 poin atau 5,02% ke level 6.146,91. Ini merupakan koreksi terdalam yang terjadi di pasar modal Indonesia sejak pandemi COVID-19.

Kebijakan trading halt ini sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa jika IHSG turun lebih dari 5% dalam satu hari, perdagangan akan dihentikan sementara selama 30 menit. Jika penurunan berlanjut hingga 10%, trading akan kembali dihentikan, dan jika anjlok hingga 15%, bursa dapat disuspend hingga akhir sesi perdagangan.

Kebijakan trading halt diatur dalam Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor S-274/PM.21/2020 tanggal 10 Maret 2020 yang menyatakan apabila terjadi penurunan IHSG yang sangat tajam dalam satu hari, maka BEI harus melakukan tindakan berikut:

  1. Menghentikan perdagangan saham selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen.
  2. Menghentikan perdagangan saham selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan lebih dari 10 menit.
  3. Trading suspend jika IHSG mengalami penurunan lanjutan sampai lebih dari 15 persen. Proses trading suspendbisa berlangsung hingga akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi setelah mendapatkan persetujuan OJK.

Aksi Jual Masif, Pasar Panik

Sentimen negatif mendominasi pasar hari ini. Transaksi perdagangan dipenuhi aksi jual dengan volume mencapai 12,65 miliar saham dan nilai transaksi sebesar Rp7,89 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, hanya 107 saham yang menguat, sementara 515 saham melemah dan 171 saham stagnan.

Menurut Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, penurunan IHSG ini memang telah diprediksi, tetapi trading halt yang terjadi cukup mengejutkan bagi sebagian pelaku pasar.

“Ini pertama kali sejak COVID-19 IHSG terkena trading halt. Pergerakan masih dalam tren turun, dan level 7.900 sudah masuk dalam fase downtrend,” jelas Herditya.

Saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) juga mengalami tekanan berat, termasuk perbankan dan grup milik konglomerat Prajogo Pangestu. Investor saat ini memilih untuk wait and see, menunggu kepastian dari beberapa faktor global dan domestik.

Sentimen Global dan Domestik Jadi Pemicu

Analis menyebut beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG:

  • Gejolak Timur Tengah: Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Yaman memengaruhi harga minyak mentah global.
  • Kebijakan Bank Sentral: Investor menantikan keputusan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) dan The Fed dalam dua hari ke depan.
  • Isu Reshuffle Kabinet: Meskipun sudah dibantah Istana, spekulasi reshuffle mempengaruhi psikologis investor asing.
  • Musim Liburan: Pekan depan, bursa akan sepi karena mendekati libur panjang Idul Fitri (28 Maret – 7 April).

Sejumlah saham menjadi pemberat utama IHSG, dengan beberapa mengalami penurunan signifikan:

  1. DCI Indonesia (DCII): -20% (Rp115.800/saham)
  2. Chandra Asri Pacific (TPIA): -19,55% (Rp5.350/saham)
  3. Barito Renewables Energy (BREN): -13,54% (Rp4.950/saham)
  4. Bank Mandiri (BMRI): -5,98% (Rp4.400/saham)
  5. Bank Rakyat Indonesia (BBRI): -5,26% (Rp5.200/saham)

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menjadi indeks dengan penurunan terdalam di Asia dan ASEAN hari ini. Tekanan jual asing semakin besar, dengan nilai net sell mencapai Rp24 triliun sepanjang tahun ini, tanpa tanda-tanda pembalikan tren dalam waktu dekat.

Bagaimana Prospek IHSG ke Depan?

Analis dari Mirae Asset Sekuritas memperkirakan volatilitas masih akan tinggi dalam beberapa hari ke depan, terutama menjelang keputusan suku bunga BI dan The Fed.

“Saat ini, investor lebih memilih menunggu dan melihat perkembangan suku bunga sebelum kembali masuk ke pasar. Ditambah lagi, mendekati libur panjang, aktivitas pasar diperkirakan akan lebih sepi,” tulis laporan Mirae Asset.

Meski demikian, investor tetap diimbau untuk mencermati pergerakan saham, terutama sektor yang masih memiliki fundamental kuat. Apakah IHSG bisa kembali rebound setelah trading halt? Kita lihat saja setelah pasar dibuka kembali.***

(Tim SmartRT.news/anang/BEI/berbagai sumber)

Tinggalkan Komentar