Hujan di Balikpapan Melimpah tapi Air Bersih Sulit Didapatkan #BWF2

Proyeksi penduduk dan kebutuhan air di Balikpapan. (BWF)
SMARTRT.NEWS – Balikpapan sebagai kota penyangga Ibu Kota Nusantara masih saja menghadapi masalah kelangkaan air bersih yang serius. Meski hujan sering turun, masih banyak warga yang tidak mendapatkan pasokan air.
Para ahli di kota ini akhirnya melakukan terobosan dengan menggelar Balikpapan Water Forum atau BWF 2024 pada penghung Juli lalu. Agenda ini terinspirasi dari World Water Forum ke-10 di Bali.
CEO BWF, Dr. Agung Sakti Pribadi, menjelaskan tujuan utama forum ini memberikan masukan kepada Pemerintah Kota dan Perusahaan Daerah Air Minum Balikpapan. Khususnya terkait alternatif mengatasi masalah kelangkaan air bersih yang telah lama menjadi keluhan warga.
Keluhan kelangkaan air ini bahkan dianggap sama peliknya dengan masalah antrean bahan bakar minyak (BBM) dan kemacetan lalu lintas. Para Ahli dan Pemangku Kepentingan dalam BWF menghadirkan sejumlah pembicara dan pakar yang memiliki pemahaman mendalam tentang peta air di Balikpapan.
Agenda itu merumuskan banyak alternatif solusi yang diabadikan dalam sebuah dokumen tebal. Berisi 142 halaman. Redaksi akan mengupasnya secara berkelanjutan. Artikel ini baru memasuki edisi kedua.
Baca juga: Solusi Krisis Air di Balikpapan
Data menunjukkan bahwa produksi air bersih PDAM Balikpapan hanya mencukupi 75% (menurut PUPR) atau bahkan 48% (menurut BPKP) dari total kebutuhan penduduk. Tingkat kehilangan air juga tinggi, mencapai 34%.
Persoalan utamanya, seputar kesulitan mendapatkan suplai air baku, antara 500 hingga 1.000 liter per detik. Salah satu solusi yang diharapkan yakni suplai dari Waduk Sepaku Semoi sebanyak 500 liter per detik, yang sebagian besar dialokasikan untuk IKN. Tapi hal itu membutuhkan dana besar.
Di masa pemerintahan sebelumnya, Jokowi pernash memastikan ada jatah untuk Balikpapan. Nah, masalahannya siapa yang akan membiayai pemasangan pipa transmisi yang membutuhkan dana sekitar Rp 1,5 triliun. Ada usulan agar proyek ini menjadi bagian dari proyek air IKN yang didanai oleh APBN.
Solusi dan Rekomendasi dari Para Ahli
Prof. Bakti Setiawan dari UGM menekankan pentingnya pengelolaan air yang terintegrasi antara IKN dan daerah penyangganya.
Dwi Lintang dari IWI menyoroti fenomena “Kelangkaan dalam Kelimpahan” di Balikpapan, yakni saat air susah didapatkan tetapi saat hujan justru berlimpah hingga menyebabkan banjir.
Ia mendorong penerapan Smart Water System, seperti pemanenan air hujan dan daur ulang grey water. Balikpapan sendiri sudah memiliki Perwali Pemanenan Air Hujan yang pernah diinisiasi oleh BWF pada masa jabatan sebagai wali kota.
Dwi juga merekomendasikan penerapan konsep infrastruktur berkelanjutan seperti green rooftop, groundwater tank, ruang terbuka hijau serta embung dan kolam retensi.
Eko Wahyudi mengusulkan pemanfaatan bendali sebagai sumber air baku dengan pengaturan sistem operasi yang tepat. Kepala BRIDA Kaltim, Fitriansyah, menyinggung potensi Bendungan Lambakan dan desalinasi air laut sebagai solusi pengadaan air baku di masa depan.
Tawaran Air Curah dari Samarinda
Kehadiran Wali Kota Samarinda, Dr. Andi Harun, memberikan dinamika baru dalam BWF. Andi Harun, yang juga diundang dalam WWF Bali, membagikan pengalamannya dalam mengelola PDAM Samarinda, yaitu dengan tidak melakukan intervensi dan hanya menetapkan target.
Hasilnya, PDAM Samarinda berhasil meraih laba dalam waktu 2 tahun. Selain itu, Andi Harun menawarkan solusi jangka pendek untuk mengatasi masalah air di Balikpapan, yaitu dengan menjual air curah dari Samarinda.
Ia menjelaskan bahwa Samarinda akan membangun intake dan instalasi pengolahan air (IPA) baru di kawasan Harapan Baru atau Palaran, dengan sumber air dari Sungai Mahakam, lalu dialirkan melalui pipa transmisi langsung ke Balikpapan.
Proyek ini diperkirakan memakan waktu 8 bulan dengan investasi antara 700 miliar hingga 1 triliun rupiah, yang sebagian besar ditanggung oleh Samarinda.
Tawaran ini dinilai lebih cepat dibandingkan program desalinasi air laut dan diharapkan dapat menjadi solusi jangka pendek yang efektif. Andi Harun bahkan dijuluki “Gubernur Air” karena keseriusannya dalam menangani isu ini.
Adapun Balikpapan Water Forum sendiri menghadirkan pelbagai pendapat ahli di bidangnya. Yakni, Ketua Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kaltim, Dr. Fitriansyah; peneliti dari Indonesia Water Institute (IWI) Dwi Lintang Lestari; Gus Agung Guntoro dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda; serta Yusuf Wibisono, MTI dari UM dan Ir. Eko Wahyudi, M.Tech, Tenaga Ahli Perairan dan Sekretaris Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Kaltim. Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas’ud, menunjuk Sekretaris Bappeda, Tommy Alfianto, untuk memberikan sambutan.
Sayangnya, saat itu, Direktur Utama PDAM Balikpapan tidak hadir dan tidak ada perwakilan, meskipun Wali Kota Samarinda, Dr. Andi Harun, beserta Direktur Utama PDAM Samarinda, Nor Wahid Hasyim, hadir dengan membawa tawaran menarik.
Dua anggota DPRD Balikpapan, Parlindungan dan Ali Munsyir Halim, juga hadir serta berjanji akan menyampaikan masukan forum ini kepada Pemkot.
Selain itu, hadir pula camat, lurah, ketua LPM, tokoh masyarakat, akademisi, dan mahasiswa, menunjukkan kolaborasi lintas sektor untuk Balikpapan. Perwakilan dari PT Sinar Mas Wisesa juga hadir terkait pengelolaan air di Perumahan Balikpapan Baru. Bersambung…
Redaksi
Sumber: Balikpapan Water Forum (BWF) 2024.