Hilangnya Malaikat Kecil di Paret Batu Ampar: Kisah Haru di Balikpapan Utara

Pencarian saat ini (Selasa/17/05/2025) sore diperluas ke Waduk Wonorejo Kampung Timur. (Foto: Smartrt.rama)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Selasa pagi itu, langit Balikpapan mendung. Hujan sedang hingga lebat turun sejak pagi, membasahi jalan-jalan dan halaman rumah warga di RT 76, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara. Suasana tampak tenang, nyaris seperti hari-hari biasa. Tapi, tidak ada yang menyangka bahwa pagi itu akan berubah menjadi mimpi buruk bagi sebuah keluarga muda.

Sekitar pukul 09.50 WITA, teriakan panik seorang anak laki-laki memecah kesunyian lingkungan. Bocah itu berlari tergesa, memburu nafas, matanya merah dan basah oleh air mata. Ia menghampiri rumah dan memberi kabar yang membuat waktu seolah berhenti: adik kecilnya tercebur ke dalam saluran air besar—drainase yang dikenal warga sebagai “paret” besar.

Anak itu adalah kakak kandung dari korban, seorang bocah laki-laki berusia 2 tahun yang biasa dipanggil sayang oleh keluarganya. Mereka, bersama satu teman kecil lain, tengah bermain seperti biasa di sekitar rumah. Tapi kali ini, langkah kaki mungil sang adik membawa mereka terlalu jauh—hingga ke tepian saluran air yang airnya meninggi akibat hujan.

“Dia anak ketiga dari empat bersaudara,” ucap Meltia, ibu korban, dengan suara gemetar saat ditemui di rumah duka. “Saya enggak tahu mereka keluar main. Kakaknya enggak bilang. Saya pikir dia main di dalam rumah. Saya juga lagi jagain bayi.”

Kisah Penyelamatan Sang Kakak

Meltia mengisahkan, sang kakak sebenarnya sempat mencoba menyelamatkan adiknya. Ia berhasil memegang kaki bocah itu yang sudah separuh tubuhnya tenggelam dalam aliran air. Tapi arus terlalu kuat. Tanah dan batu di sekitar paret licin. Pegangannya terlepas.

“Katanya sempat ditahan, tapi dia enggak kuat. Arusnya deras banget,” ucap Meltia sambil menyeka air mata yang terus mengalir.

Tak butuh waktu lama, sang ayah bergegas ke lokasi setelah mendengar kabar dari anak sulungnya. Tapi saat tiba, yang mereka lihat hanya air yang mengalir deras dari paret kecil ke paret besar yang tertutup gorong-gorong besi. Tidak ada celah untuk melihat ke dalam. Tak ada tanda-tanda sang anak kecil.

Warga yang mendengar kabar langsung bergerak. Pencarian dilakukan menyusuri aliran air, menyusuri gorong-gorong, memanggil-manggil nama bocah itu. Foto korban disebar ke grup-grup RT, media sosial, hingga jaringan relawan. Namun, hingga berita ini diturunkan, anak laki-laki itu belum ditemukan.

Pencarian menggunakan perahu karet kini diperluas sampai ke Waduk Wonorejo, Kampung Timur.

“Kalau saja paret besar itu enggak ditutup plat beton, mungkin dia masih bisa ditolong. Tapi sekarang… kami cuma bisa berharap,” ucap salah seorang warga yang ikut membantu pencarian.

Cuaca pun tak bersahabat. Hujan masih sesekali turun, menambah deras arus air yang mengalir melalui saluran tertutup. Setiap detik yang berlalu menjadi penyiksaan batin bagi keluarga yang hanya bisa menunggu dan berdoa.

Dalam doa yang tak henti, Meltia dan keluarganya berharap ada keajaiban—bahwa putra kecil mereka ditemukan, pulang, dan bisa kembali dalam pelukan hangat ibunya.***

(Tim Smartrt.news/rama/anang)

Tinggalkan Komentar