Gibran di Jantung Nusantara: Bukan Sekadar Kunjungan, Tapi Sinyal Politik dan Janji yang Ditegakkan

Oleh widodo pada 01 Jun 2025, 15:03 WIB
gibran

Wapres Gibran di suatu ketinggian menatap proyek IKN.(Foto:smartrt.news/Humas Otorita IKN)

LANGIT Nusantara sedikit berawan ketika pesawat TNI Angkatan Udara yang membawa Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menyentuh landasan Bandara Ibu Kota Nusantara (IKN), Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, tepat pukul 14.09 WITA, Rabu, 28 Mei 2025.

Penjagaan ketat tampak di setiap sisi kawasan bandara. Begitu turun dari tangga pesawat, Gibran langsung menyalami Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud, Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono, Kapolda Kaltim Irjen Pol Endar Priantoro, Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Rudy Rachmat Nugraha, dan Bupati Penajam Paser Utara Mudiyat Noor. Para pejabat iniĀ berdiri berjejer menyambut kedatangan orang nomor dua di republik ini.

Kunjungan ini merupakan yang pertama kali dilakukan Gibran ke IKN sejak resmi menjabat Wakil Presiden. Dari bandara, ia langsung meninjau Jalan Tol Km.58 yang mengarah ke Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di Sepaku, titik vital yang sedang dikebut untuk menopang jalur utama aktivitas pemerintahan ke depan.

Setelah itu, Gibran melanjutkan lawatannya ke RS Abdi Waluyo, salah satu rumah sakit rujukan pertama di kawasan ini, kemudian ke Universitas Gunadarma Kampus Digital, dan akhirnya menutup rangkaian teknisnya dengan meninjau proyek ASN Tower—gedung perkantoran terpadu untuk aparatur sipil negara yang akan pindah ke ibu kota baru.

Ketika IKN Dijaga Lebih Ketat dari Biasanya

Beberapa hari sebelum kedatangan Wakil Presiden, suasana IKN telah berubah. Tim Penjinak Bom (Jibom) Satbrimob Polda Kalimantan Timur menyisir satu per satu lokasi yang akan dikunjungi. Mereka bekerja di bawah panas yang menyengat, namun tak satu pun titik dibiarkan luput dari pantauan.

Masjid Negara, Rumah Sakit Abdi Waluyo, kompleks Kemenko 3, hingga Jembatan Pulau Balang dan Bandara VVIP IKN, menjadi bagian dari operasi sterilisasi. Bahkan kendaraan dinas rombongan diperiksa secara detail. Ini bukan prosedur biasa, ini adalah pengamanan berlapis khas VVIP—dijalankan dalam koordinasi TNI, Polri, dan Paspampres.

Di Balik Diamnya Langkah Gibran

Kunjungan ini terjadi di tengah riuh suara skeptis di ruang publik. Isu terbengkalainya proyek IKN, pembekuan anggaran, hingga keraguan akan kelanjutan visi Jokowi menjadi pembicaraan ramai. Apalagi, beberapa minggu sebelumnya, muncul kembali isu soal ijazah palsu Presiden ke-7 yang tak lain adalah ayah Gibran sendiri. Belum lagi soal usulan pemakzulan dirinya oleh Forum Purnawirawan Prajurit (FPP) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang masih berproses.

Dalam konteks itu, kehadiran Gibran ke IKN bukan kebetulan. Ini adalah narasi tandingan yang disampaikan bukan lewat pidato, melainkan lewat kehadiran fisik. Ia meninjau langsung proyek demi proyek, menunjukkan bahwa negara masih berdiri penuh di belakang megaproyek yang kerap disebut ā€œmasa depan Indonesiaā€.

Proyek yang Masih Bertumbuh: Fakta di Lapangan

Di lapangan, Gibran melihat sendiri bahwa proyek IKN belum mati—bahkan sedang bergerak.

  • Tol Segmen 5B Pulau Balang sudah mencapai 70% pembangunan.
  • Rumah Sakit Abdi Waluyo (tahap 1) sudah 75,67%.
  • Masjid Negara telah mencapai 60,04%.
  • Gereja Basilika Nusantara, meski masih tahap awal, mulai naik dengan progres 4,63%.
  • Universitas Gunadarma Kampus Digital, dalam pembangunan 25%.
  • Kantor Kemenko 3 dan RS Hermina: telah selesai 100%.
  • Istana Wapres: tengah berjalan dengan progres 42,67%.

Ini adalah catatan pembangunan yang konkret, bukan janji dalam dokumen negara. Tidak semua rampung. Tapi tidak ada yang berhenti. Dan di dunia proyek, itu artinya satu hal: roda masih bergerak.

Kayu Ulin yang Ditanam, Janji yang Dijaga

Sebelum meninggalkan tanah Ibu Kota Nusantara, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menutup kunjungan kerjanya dengan menanam pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) di kawasan Plaza Bhineka Tunggal Ika, tepat di samping Tugu Titik Nol Nusantara, Kamis (29/5/2025).

Pohon ulin—dikenal sebagai ā€˜kayu besi’ karena ketahanannya terhadap waktu dan cuaca ekstrem—bukan sekadar tanaman endemik Kalimantan. Ia adalah simbol diam dari kekuatan, daya tahan, dan keteguhan arah. Di kota yang belum jadi, Gibran memilih untuk tidak hanya meninjau, tetapi meninggalkan sesuatu yang hidup.

Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, yang mendampingi dalam kegiatan ini, menegaskan bahwa budaya menanam harus menjadi bagian dari gaya hidup warga Nusantara ke depan.

ā€œMenanam tidak hanya dilakukan saat bulan menanam. Di IKN, ini harus menjadi kebiasaan yang melekat pada keseharian masyarakat,ā€ katanya.

Aksi simbolis ini tidak berdiri sendiri. Ia menyatu dengan visi besar yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara: Nusantara sebagai ā€œkota hutanā€ dengan 75% ruang terbuka hijau, terdiri dari 65% kawasan lindung dan 10% ketahanan pangan.

Usai menanam pohon, Gibran juga menyempatkan diri meninjau Kantor Otorita IKN, yang telah aktif beroperasi sejak Maret 2025—tanda bahwa pemerintahan baru di kota baru perlahan mulai berdenyut.

Lalu ia kembali ke pesawat. Meninggalkan tanah yang masih berdebu, jalan yang masih separuh jadi, dan gedung-gedung yang masih dibalut rangka. Tapi ia juga meninggalkan akar yang baru saja ditanam—dan janji yang pelan-pelan dijaga.

Kunjungan ini tak hanya mengabarkan progres. Ia menegaskan posisi: bahwa IKN bukan proyek yang ditinggal, melainkan janji yang sedang dirawat dalam diam.***

(Tim smartrt.news/johan/sumber: otorita IKN, dan berbagai sumber)