Gempa Dahsyat 7,7 SR Guncang Myanmar dan Thailand: Korban Tewas Sudah Capai 231 Jiwa, 100 Biksu Masih Terjebak

Smartrt.news, SAGAING-MYANMAR,- Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025 pukul 12:50 siang, menyebabkan kerusakan besar dan menelan banyak korban jiwa. Getaran gempa juga dirasakan di Thailand, China, Kamboja, Bangladesh, dan India, memicu kepanikan di beberapa kota besar.
Menurut laporan terbaru dari The New York Times, jumlah korban tewas di Myanmar telah mencapai 231 orang, dengan 1.020 lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, di Thailand, 17 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya masih terjebak di reruntuhan bangunan di Bangkok.
Beberapa bangunan dan jembatan di Naypyidaw, Sagaing, Mandalay, dan Bago mengalami kerusakan parah. Salah satu gedung yang runtuh adalah Weiluwun Monastery di Taungoo, tempat penampungan bagi warga yang kehilangan rumah. Lima anak dilaporkan tewas di dalamnya, sementara tim penyelamat masih mencari korban yang selamat.
Media Bangkokpost, memberitakan di Bangkok, Thailand, sebuah gedung pencakar langit 30 lantai yang masih dalam tahap konstruksi ambruk, menyebabkan 43 orang hilang. Rekaman video yang beredar menunjukkan orang-orang berlarian keluar dari gedung pencakar langit saat gempa terjadi. Kolam renang di puncak kondominium juga terlihat tumpah akibat getaran hebat.
Ratusan Biksu Terjebak di Reruntuhan Biara di Mandalay
Tim penyelamat menghadapi kesulitan dalam mengevakuasi lebih dari 100 biksu yang terjebak di bawah reruntuhan U Hla Thein Monastery di Mandalay, setelah gempa mengguncang Myanmar.
Menurut Mandalay Social Rescue Committee, seluruh atap bangunan runtuh akibat gempa, membuat proses evakuasi semakin sulit. “Seluruh struktur atap jatuh menimpa mereka, sehingga operasi penyelamatan menjadi sangat menantang,” kata seorang pejabat tim penyelamat kepada media lokal Mizzima, pada 29 Maret 2025 pukul 00:35 waktu setempat.
Ketika gempa terjadi, lebih dari 270 biksu sedang mengikuti ujian di biara tersebut. Dari jumlah itu, lebih dari 100 biksu terjebak di dalam reruntuhan, sementara jumlah korban yang berhasil diselamatkan belum dapat dikonfirmasi.
“Kami masih belum tahu berapa banyak yang sudah berhasil dievakuasi. Tim penyelamat di lokasi masih bekerja keras menggunakan alat berat dan peralatan penyelamatan lainnya,” ujar seorang pejabat dari Mandalay Social Rescue Committee.
Saat ini, Myanmar National Rescue Committee bersama tim tanggap bencana pemerintah terus melakukan upaya pencarian dan penyelamatan di biara tersebut.
Selain bencana di biara Mandalay, penduduk kota juga melaporkan gempa susulan sepanjang malam. Banyak warga memilih tidur di luar rumah karena khawatir dengan gempa tambahan.
Myanmar Minta Bantuan Internasional
Pemerintah junta Myanmar secara resmi meminta bantuan kemanusiaan internasional, sebuah langkah langka yang menunjukkan betapa parahnya dampak gempa ini. Junta juga menetapkan status darurat di Sagaing, Mandalay, Magway, Negara Bagian Shan Timur, Naypyidaw, dan Bago.
Juru bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan bahwa donor darah sangat dibutuhkan di wilayah Mandalay, Naypyidaw, dan Sagaing untuk membantu para korban luka.
Guncangan gempa ini juga terasa di berbagai negara tetangga. Di China, video menunjukkan bangunan bergetar di Kota Ruili, yang berbatasan dengan Myanmar. Warga berlarian keluar dari toko-toko, dan beberapa di antaranya kembali masuk setelah terkena semburan air dari pipa yang pecah akibat gempa.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyatakan bahwa negaranya siap memberikan bantuan darurat kepada Myanmar dan Thailand, serta telah menyiapkan tim tanggap bencana.
Myanmar terletak di kawasan seismik aktif, dengan beberapa gempa besar pernah terjadi sebelumnya. Antara 1930 hingga 1956, enam gempa dengan kekuatan lebih dari 7,0 SR mengguncang negara ini, terutama di sepanjang Patahan Sagaing.
Pada 2016, gempa 6,8 SR menghantam Bagan, kota wisata terkenal di Myanmar, menewaskan tiga orang dan merusak ratusan pagoda bersejarah.
Evakuasi dan Penyelamatan Masih Berlangsung
Saat ini, tim penyelamat terus bekerja keras untuk mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Pemerintah Myanmar dan Thailand telah mengerahkan tim SAR, ambulans, dan bantuan medis ke daerah terdampak. Namun, akses komunikasi yang terganggu dan infrastruktur yang rusak menyulitkan proses evakuasi.
Dengan jumlah korban yang terus bertambah, situasi di Myanmar dan Thailand masih dalam keadaan darurat. Para ahli juga memperingatkan kemungkinan adanya gempa susulan dalam beberapa hari ke depan.***
(Tim smartrt.news/anang/berbagai sumber)
BACA JUGA