Ekspor Nonmigas Kaltim Meningkat ke Beberapa Negara Tujuan, Tiongkok Tetap Dominan Meski Dampak Perang Dagang Terasa

Oleh kontributor achmad pada 04 Mei 2025, 12:14 WIB
ponton tambang

Ponton memuat komoditas alam Kaltim, batubara. Yang melintas di Sungai Mahakam, Samarinda, Kaltim. (Foto:smarrt.news/anang)

Smartrt.news, BALIKPAPAN,– Kendati pertempuran dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terus mempengaruhi perekonomian global, ekspor nonmigas Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Maret 2025 tercatat mengalami sedikit peningkatan. Nilai ekspor ke 13 negara tujuan utama mencapai US$1.436,53 juta, naik sebesar 0,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, tren ekspor yang lebih menarik terlihat dalam pergeseran negara tujuan utama, di mana Vietnam dan Uni Emirat Arab mengalami lonjakan yang signifikan, sementara Tiongkok, yang masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar, mencatat penurunan yang cukup besar.

Seperti dikutip Smartrt.news dari berita resmi Badan Pusat Statistik Kaltim, Tiongkok tetap menjadi negara tujuan utama ekspor Kaltim. Nilai ekspor pada Maret 2025 mencapai US$484,21 juta, meskipun mengalami penurunan 12,64 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan dampak lanjutan dari perang dagang antara AS dan Tiongkok yang mempengaruhi arus perdagangan global, termasuk sektor energi dan komoditas lainnya yang menjadi andalan ekspor Kaltim.

Perang dagang ini memengaruhi banyak negara yang memiliki hubungan dagang kuat dengan Tiongkok, termasuk Indonesia, yang dalam beberapa tahun terakhir terpengaruh oleh kenaikan tarif impor dan ketegangan dalam sektor manufaktur. Meski demikian, Tiongkok tetap menjadi mitra dagang strategis Indonesia, khususnya untuk ekspor batu bara, gas alam, dan produk nonmigas lainnya.

Vietnam dan Uni Emirat Arab Meningkat

Sebaliknya, negara-negara yang relatif terlepas dari dampak langsung perang dagang justru menunjukkan peningkatan ekspor yang signifikan. Vietnam, misalnya, mencatatkan lonjakan ekspor sebesar 39,90 persen, dari US$87,01 juta pada Februari menjadi US$121,73 juta pada Maret 2025. Peningkatan ini mencerminkan peran Vietnam yang semakin penting dalam rantai pasokan global, mengingat negara ini menjadi salah satu pusat manufaktur yang diuntungkan oleh perang dagang AS-Tiongkok.

Yang lebih mencolok adalah Uni Emirat Arab yang mengalami lonjakan nilai ekspor yang luar biasa hingga 3.275 persen. Dari hanya US$1,24 juta pada Februari 2025, nilai ekspor ke negara ini melonjak menjadi US$41,85 juta. Hal ini menunjukkan bagaimana negara-negara di Timur Tengah mulai meningkatkan kontribusinya dalam perdagangan dengan Indonesia, termasuk Kaltim, sebagai bagian dari diversifikasi ekonomi mereka.

Perubahan Tren: ASEAN dan Uni Eropa

Sementara itu ASEAN tetap menjadi kawasan yang penting dengan kontribusi ekspor sebesar 24,38 persen terhadap total ekspor nonmigas Kaltim, beberapa negara seperti Malaysia dan Filipina mengalami penurunan. Sementara itu, negara seperti Vietnam dan Malaysia menunjukkan pergerakan yang lebih positif dalam ekspor nonmigas.

Sedangkan  ekspor ke Uni Eropa mengalami peningkatan signifikan ke beberapa negara seperti Spanyol dan Italia. Kontribusi kawasan ini terhadap total ekspor nonmigas masih relatif kecil, yaitu hanya 1,41 persen. Ini menunjukkan adanya upaya untuk memperluas pasar ekspor di luar pasar tradisional, seiring dengan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Dampak Jangka Panjang Perang Dagang terhadap Ekspor Kaltim

Berdasarkan data yang ada, meskipun perang dagang AS-Tiongkok membawa dampak langsung pada beberapa sektor, termasuk ekspor komoditas batu bara dan gas alam, Kaltim mulai beradaptasi. Hal ini dilakukan dengan memperluas hubungan dagang ke negara-negara yang lebih stabil dalam perdagangan global. Misalnya negara  Vietnam dan Uni Emirat Arab.

Perubahan tren ekspor ini menunjukkan bahwa diversifikasi pasar adalah langkah yang bijak bagi daerah seperti Kaltim yang sangat bergantung pada ekspor sumber daya alam. Ke depannya, kebijakan perdagangan yang lebih fleksibel dan proaktif akan menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi pasar ekspor.

Dengan adanya peningkatan ekspor ke negara-negara yang lebih resilient terhadap gejolak perdagangan internasional, Kaltim berharap bisa menjaga keberlanjutan ekspor nonmigas meskipun dunia sedang dalam ketidakpastian.

Baca juga:

Nilai Ekspor Kaltim Tergerus 5,47 Persen

Secara rinci BPS Kaltim menyebut nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur pada Maret 2025 tercatat sebesar US$1.710,97 juta. Mengalami penurunan sebesar 5,47 persen dibandingkan dengan Februari 2025. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya ekspor migas yang tercatat sebesar US$154,04 juta, atau turun 29,20 persen. Di sisi lain  ekspor nonmigas yang tercatat US$1.556,93 juta, mengalami penurunan sebesar 2,23 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Kaltim selama periode Januari-Maret 2025 mencapai US$5.199,20 juta. Ini berarti  juga mengalami penurunan 12,30 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Meskipun demikian, komoditas nonmigas tetap mendominasi. Peningkatan terbesar pada golongan barang lemak dan minyak hewani/nabati yang naik sebesar US$25,42 juta (10,48 persen). Sementara golongan barang pupuk mengalami penurunan terdalam sebesar US$50,61 juta (78,36 persen).

Tiongkok masih menjadi negara tujuan ekspor utama dengan peranan 33,30 persen, disusul India dan Filipina. Komoditas hasil tambang tetap menjadi andalan utama ekspor Kaltim, dengan kontribusi 70,30 persen terhadap total nilai ekspor. Sementara hasil industri berada di urutan kedua dengan 19,13 persen, dan migas di posisi ketiga dengan 10,49 persen.

Pelabuhan Balikpapan, Samarinda, dan Tanjung Redep tetap menjadi pelabuhan utama yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor Kaltim pada Maret 2025. Balipapan dengan dengan nilai sebesar US$561,96 juta, Samarinda sebesar US$391,83 juta, dan Tanjung Redep sebesar US$186,41 juta.***

(Tim Smartrt.news/anang/sumber: BPS Kaltim)