Di Ujung Selang Nozzel, Perjuangan Sopir dan Ojol Mencari BBM

Smartrt. News, BALIKPAPAN – Cuaca Balikpapan yang gerimis tak menyurutkan niat Muhammad Ilham (48). Ia duduk di balik kemudi angkot, terjebak dalam barisan kendaraan yang merayap pelan menuju dispenser BBM di SPBU Karang Anyar, Balikpapan Barat, Selasa (20/5/2025).
Jam menunjukkan pukul 07.30 Wita. Di depannya, ratusan mobil dan motor tampak berjajar rapi atau lebih tepatnya, pasrah. Antrean itu mengular hingga satu kilometer, bahkan ekornya sudah menyentuh kawasan Plaza Kebun Sayur. Bagi Ilham, pagi itu bukan soal membawa penumpang, tapi soal bertahan agar kendaraannya tidak mogok karena kehabisan bensin.
“Saya biasa pakai Pertalite,” gumamnya sambil menghela nafas. “Tapi sekarang, ya, apa boleh buat sekarang pakai yang ada.”
Sudah hampir setengah jam ia menunggu. Waktu yang terbuang itu tentu berarti uang yang tak masuk. Tapi seperti banyak pengemudi lain di kota ini, Ilham tidak punya banyak pilihan. Sejak hari Minggu, antrean seperti ini sudah menjadi rutinitas pagi, siang, bahkan malam.
Di jalur sepeda motor, situasinya tak kalah sengit. Beberapa pengendara tampak mendorong motor mereka pelan-pelan tanda bahwa tangki mereka benar-benar kosong.
Di sebelah Ilham, seorang pengendara ojek online (ojol), Rendi (28), memeriksa ponselnya yang sudah mulai kehabisan baterai. Ia tampak gusar. Sejak subuh, ia sudah keliling mencari SPBU yang tersedia.
“Orderan banyak masuk, tapi saya cuma bisa nunggu di sini. Penumpang pasti cancel. Udah rugi waktu, rugi pulsa, rugi tenaga juga,” kata Rendi dengan wajah lelah. “Kalau begini terus, susah buat ngejar setoran hari ini.”
BBM Langka, Warga Bertahan
Krisis ini bukan kali pertama terjadi di Balikpapan, tapi kali ini terasa lebih menekan. Bagi warga yang menggantungkan hidup dari kendaraan, setiap liter bahan bakar begitu berharga.
Pertamina mengakui bahwa lonjakan konsumsi terjadi dalam beberapa hari terakhir. Dalam keterangannya, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Edi Mangun, menyebut bahwa pasokan Pertamax terus dikejar.
“Distribusi terus kami upayakan agar lancar. Kami juga sudah mendatangkan suplai tambahan dari Terminal BBM Samarinda,” ujarnya.
Ia menyadari, antrean panjang ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tapi juga menimbulkan keresahan. “Kami apresiasi kesabaran masyarakat. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya.”
Imbauan untuk Tidak Panik
Di sisi lain, Wali Kota Balikpapan, H. Rahmad Mas’ud, turut angkat bicara. Ia meminta warga bersikap bijak dan tidak panik membeli BBM secara berlebihan.
“Pasokan sedang kami upayakan. Pertamina sudah mengambil langkah, termasuk distribusi dari luar kota. Kami minta semua warga tidak panik,” ujarnya.
Namun bagi Ilham, dan ratusan warga lain di balik kemudi pagi itu, anjuran itu terdengar seperti bisikan dari kejauhan. Yang mereka rasakan kini adalah terik matahari yang mulai menggigit, waktu yang terus berjalan, dan tangki bensin yang harus segera terisi.
Dan begitu akhirnya giliran tiba, ada rasa lega yang tak tergambarkan—bukan hanya karena mendapatkan BBM, tapi karena bisa kembali bergerak, mencari nafkah hari itu.***
BACA JUGA