Di Pusat Kota, Empat RT di Margomulyo Sulit Akses Air Bersih PDAM Balikpapan

SMARTRT.NEWS – Ratusan warga yang tinggal di pusat kota Balikpapan, masih kesulitan untuk menikmati akses air bersih PDAM. Bahkan, ada dari mereka yang harus membayar tagihan, padahal air tak mengalir.
Empat RT yang masih kesulitan menikmati akses air PDAM Balikpapan itu, Rt 24, Rt 03, Rt 02, Rt 01. Semuanya berada di Keluarahan Margomulyo, Balikpapan Barat.
Lokasi empat RT itu juga tidak jauh dari gedung pemerintahan Balikpapan.
Ketua RT 24 Mulyadi, mengungkap selama tujuh tahun ratusan warganya tak merasakan air PDAM. Anehnya, tagihan mereka tetap keluar, sebulan sekali harus membayar sebesar Rp 17.000.
Mulyadi bersama para warga sempat menanyakan tagihan ke PDAM. Kenapa mereka terus membayar tiap bulan selama tujuh tahun. Padahal airnya tidak mengalir.
“Katanya itu tagihan dasar Mas, tapi kita bingung kenapa gak di stop tagihannya, air juga tidak mengalir,” keluh Mulyadi.
Para warga sempat memasang pipa induk dengan membayar Rp 30 juta agar dapat merasakan aliran PDAM. Namun air bersih itu terhenti sejak 2018 lalu.
Saat ini para warga hanya mengharapkan pembelian sumur air bor milik salah satu warga dengan harga Rp 30.000 per tandon. Mereka terpaksa merogoh kocek lebih besar hanya untuk mendapat air bersih dalam menjalankan kehidupan sehari harinya.
“Mau gimana lagi Mas, kita beli Rp 30.000 per tandon. Itu milik salah satu warga, kalau gitu gak bisa kita dapat air, PDAM gak ngalir juga,” ucapnya.
Mengandalkan Air Tadah Hujan
Segendang sepenarian.
Ketua RT 03 Margomulyo, Munawwar mengeluhkan hal sama. Di lingkungannya masih kesulitan untuk mendapat air PDAM setiap hari.
“Di sini akses air PDAM yang menjadi permasalahan utama, Mas. Kalau ngalir itu tengah malam, itupun kalau mati bisa empat hari bahkan semingguan,” bebernya.
Untuk bertahan hidup dengan air bersih, Munawwar mengakalinya dengan air tadah hujan. Ia bersama warga menampung air langit itu menggunakan tandon.
Cara ini menjadi alternatif saat air tidak menyala. Alternatif lainnya membeli air dengan mengeluarkan kocek lebih mahal. Ia berharap PDAM dan Pemkot bisa segera menuntaskan masalah akses air bersih di lingkungan Pak Munawwar.
Masalah air juga masih menjadi keluhan warga RT 02.
Ketua RT 02, Mulyadi menyampaikan di lingkungannya masih saja merasakan kesulitan air bersih dan tidak berubah sedikit pun. Sejak dulu kala.
Meski lingkungannya terbilang aman dari kejahatan kriminal, namun warga di sana mengeluhkan masalah mendasar. Yup, masalahnya masih itu-itu saja, krisis air bersih. Di sana warga masih kekurangan suplai air dari PDAM.
Mulyadi menyampaikan warga di sana telah lama mengeluhkan masalah air PDAM Balikpapan. Mereka mengeluh ihwal air yang menyala hanya di tengah malam. Lalu, tak jarang mati selama berhari-hari.
“Apalagi air disini Mas, sering mati. Kalau sekali nyala itu, tengah malam lagi,” ungkapnya.
Sempat ada WTP tapi mematok harga lebih mahal dari PDAM.
Tak Percaya Janji Pejabat
Melihat situasi RT 02 yang kesulitan akses air bersih dari PDAM, Mulyadi sesekali timbul rasa prustasi. Rasa kebingungan sempat menghantuinya. Sebab mau mengadukan permasalahan kemana dan siapa lagi.
Pihak terkait hanya berjanji dan berjanji. Bahkan, seakan ia telah kehilangan trust terhadap pejabat yang berjanji. Mulyadi pun tak percaya dengan janji-janji wali kota.
Baginya, siapa saja pemimpinnya, sama saja.
“Tahun ke tahun gitu gitu aja Mas. Siapapun yang terpilih menjadi walikota, di RT sini air tetap mati, semua hanya visi dan misi nya saja,” ungkapnya.
Mulyadi tak sendiri. Tetangga RT nya di Rt 01 bukan listrik, banjir atau pengelolaan sampah, yang menjadi keluhan. Melainkan masalah sama dengan RT02, 03 dan 24 Kelurahan Margomulyo. Yakni, soalan air.
Bahkan warga RT 01 harus ekstra sabar.
Derita mereka untuk menanti akses air bersih setiap hari, lebih pedih dari warga lainnya.
Ketua Rt 01 Budi Haryanto, mengungkapkan warganya sudah 20 tahun tak pernah merasakan air PDAM Balikpapan bisa mengalir setiap hari.
RT01 sudah 20 tahun merindukan lancarnya akses air bersih PDAM Tirta Manuntung. “Waktu itu kita sama warga datangin kantor PDAM Mas, habis itu ngalir dua hari, tapi terus mati lagi,” ungkap Budi.
Budi dan warganya merasakan air mengalir hanya beberapa hari dalam sebulan. Maksimal sebulan hanya empat kali mengalir, itu pun mengalirnya di waktu tengah malam. Hanya dalam waktu empat jam.
“Warga di sini Mas, kalau air ngalir hanya 2 kali seminggu dan tengah malam jam 11 sampai jam 3. Itu sudah paling lancar, karena sudah kesulitan sebegitunya,” ungkapnya.
Para warga RT01 telah mendatangi kantor PDAM hingga mengadukan permasalahan air kepada Dewan Perwakilan Rakyat Balikpapan. Tetapi mereka tak menerima solusi, hanya menerima jawaban: tunggu.
Untuk menyiasati kebutuhan dasar air, para warga memutuskan membeli air WTP yang berasal dari pihak swasta. Dengan harga Rp 24 ribu per meter kubik.
Budi tidak mengetahui kapan warganya bisa merasakan air bersih PDAM mengalir lancar tiap hari. Hal itu, bagi mereka, seakan-akan hanya mimpi.
Mengalirkan Harapan di RT 24 Margomulyo
Di RT 24 Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat, air bersih bukan sekadar kebutuhan, tapi harapan yang mengalir dalam doa-doa warga. Smatrt.news yang mengangkat persoalan ini, mencoba menghubungi pengelola PDAM di Balikpapan. Dalam hal ini adalah Perumda Tirta Manungung Balikpapan (PT MB) yang tidak lain adalah perusahaan Pemerintah Kota Balikpapan.
Keluhan ini berhasil dikonfirmasi PTMB. Tak tinggal diam, Direktur Utama PTMB, Yudhi Saharuddin, bersama tim teknis turun langsung ke lapangan, menyapa Ketua RT setempat dan warga, mendengarkan cerita, dan mencari solusi di tengah riuh harapan.
Dari hasil peninjauan, Yudhi menemukan bahwa distribusi air memang belum merata. Warga yang tinggal di dataran rendah masih bisa menikmati aliran air, meski kadang dengan tekanan yang lemah. Tapi bagi mereka yang di dataran tinggi, keran hanya menyisakan desah angin.
“Kami temukan kendala pada distribusi, khususnya bagi warga di ketinggian,” ujar Yudhi kepada Smartrt.news, usai berbincang dengan salah satu Ketua RT mewakili warga, Jumat (25/4/2025).
Mencari Jalan Tengah: Valve Pengatur Tekanan
Bersama timnya, PTMB merancang solusi teknis: memasang sistem valve, katup pengatur aliran air, untuk menyeimbangkan tekanan antara jalur distribusi dari IPAM Kilometer 8 dan IPAM Damai.
Dengan pengaturan ini, aliran ke dataran tinggi bisa diperkuat tanpa harus mengorbankan distribusi ke area lain. Tapi semua harus dilakukan cermat. Pemetaan pipa lama yang membentang di bawah tanah menjadi kunci.
“Kami ingin solusi yang tepat. Tidak asal pasang. Setelah peta distribusi lengkap, baru kami atur sistem buka-tutup valve untuk pemerataan air,” jelas Yudhi.
Menyentuh Akar Masalah: Pipa Tua dan Revitalisasi
Tak sekadar soal tekanan air, masalah di RT 24 ternyata berakar pada infrastruktur lama. Banyak pipa yang sudah berusia puluhan tahun, rapuh dan tak lagi optimal.
Ini sebabnya, revitalisasi jaringan pipa menjadi prioritas dalam program PTMB, dimulai dari Balikpapan Barat dan Balikpapan Utara.
“Kondisi pipa tua membuat suplai tidak maksimal. Kami akan memperbarui jaringan agar layanan lebih baik,” tegas Yudhi.
Di sisi lain, masalah air keruh yang kadang muncul di beberapa titik juga mendapat perhatian. Perubahan tekanan kerap mengangkat endapan lumpur di dalam pipa. Warga pun diimbau segera melapor jika menemui air yang tidak layak konsumsi.
Mengajak Masyarakat Menjaga Bersama
Yudhi juga mengingatkan pentingnya peran warga dalam menjaga kelangsungan distribusi air. Ia mengimbau agar tidak ada tambahan sambungan ilegal yang dapat mengganggu sistem yang sudah dirancang seimbang.
“Air kita terbatas. Setiap sambungan harus sesuai perencanaan. Kalau tidak, distribusi bisa terganggu dan semua dirugikan,” pesannya.
Bagi PTMB, penanganan ini bukanlah langkah sesaat. Mereka berkomitmen membangun sistem distribusi air bersih yang kuat dan berkelanjutan. Sebuah upaya panjang agar setiap tetes air yang mengalir ke rumah warga menjadi simbol bahwa harapan itu, meski perlahan, tetap hidup dan terus mengalir.
Taufik Hidayat & Rama
BACA JUGA