Di Konferensi Diplomasi Internasional, Prabowo Tegaskan Netralitas Indonesia

SMARTRT.NEWS – Melalui pidato di konferensi diplomasi internasional atau Antalya Diplomacy Forum (ADF) Talk, Presiden Prabowo menegaskan posisi Indonesia yang netral. Ia menekankan prinsip netralitas ini sejalan filosofi kuno yang menjadi warisan peradaban Asia. Prinsip ini bahkan telah ia pegang teguh sejak dulu.
Ia memaparkan filosofi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, netral, dan mengedepankan hubungan damai dengan semua pihak.
“Prinsip ini telah menjadi tradisi sejak Indonesia bersama India, Mesir, dan Yugoslavia mendirikan Gerakan Non-Blok,” ujar Prabowo dalam ADF di Turkiye, melansir laman Presiden, Sabtu (12/4/2025). Antalya Diplomacy Forum atau ADF, konferensi diplomasi internasional tahunan yang berlangsung di Antalya, Turki, sejak tahun 2021. Forum ini menjadi wadah bagi para pembuat kebijakan, diplomat, akademisi, dan perwakilan dari berbagai sektor untuk berdiskusi mengenai isu-isu global.
ADF, forum diplomasi internasional tahunan, menjadi platform bagi Prabowo untuk bertukar pandangan dengan para pemimpin dunia mengenai isu-isu global yang mendesak.
Pada ADF 2025 tajuk yang diangkat adalah, “Diplomasi sebagai Kekuatan Penyeimbang di Tengah Meningkatnya Fragmentasi Global.”
Tema ini sangat relevan dengan tantangan geopolitik terkini, saat dunia menghadapi polarisasi dan ketidakpastian yang meningkat. Kehadiran Prabowo dapat memberi kontribusi penting dalam diskusi peran diplomasi mengatasi tantangan dan memperkuat kerja sama internasional.
“Rakyat kami tidak ingin dilibatkan dalam aliansi atau blok manapun, khususnya blok militer. Kami netral,” tegas Prabowo.
Ia menyebut pepatah yang mashyur. Kata Prabowo, “Seribu teman terlalu sedikit. Satu musuh terlalu banyak. Kalimat ini sangat sederhana tapi sulit untuk diwujudkan,”
Pilih Berdialog daripada Bertikai
Filosofi ini, menurutnya, juga menjadi fondasi suksesnya perdamaian di kawasan Asia Tenggara melalui pembentukan ASEAN. Presiden Prabowo menyebut bahwa meski ada perbedaan, ASEAN memilih berdialog daripada bertikai.
“Kita memiliki perbedaan, tapi kita cenderung menggunakan diplomasi. Kita cenderung bicara, bicara, dan bicara. Dan terkadang bicara itu membosankan, tapi lebih baik bicara daripada bertikai,” ucapnya.
Ia menegaskan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai jembatan dan mediator dalam hubungan internasional, khususnya dengan negara-negara besar di dunia.
Presiden berujar pentingnya menjaga hubungan baik dengan seluruh kekuatan global demi menciptakan stabilitas dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Presiden Prabowo menyampaikan bahwa sejak awal kepemimpinannya, ia telah menetapkan kebijakan bertetangga baik. Hal tersebut sebagai salah satu prinsip utama diplomasi Indonesia.
“Saya ingin berada dalam hubungan yang sangat baik. Saya ingin menghormati semua kekuatan besar, sebagaimana saya berharap mereka juga menghormati kita,” tegasnya.
BACA JUGA