Di Balik Gemerlap Manik dan Tenun, Cerita dari Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan

Smartrt.news, BALIKPAPAN,- Udara Kota Balikpapan masih menyisakan kesejukan pagi meski waktu sudah bergeser menuju siang. Jalanan mulai padat. Kami memutuskan menuju satu tempat yang kerap disebut dalam cerita para pelancong dan pencinta budaya yakni Pasar Inpres Kebun Sayur di Balikpapan Barat.
Terletak di Balikpapan Barat, pasar ini telah lama menjadi pusat oleh-oleh khas Kalimantan Timur. Bagi warga lokal, ia adalah denyut ekonomi kerakyatan yang tak pernah padam. Bagi wisatawan, ia adalah tempat berburu suvenir terbaik, tempat di mana manik-manik bukan hanya perhiasan, tapi juga simbol warisan leluhur.
Hari itu, Minggu (11/5/2025), suasana pasar mulai kembali ramai. Beberapa kios perlahan membuka tirainya, satu per satu menyambut pengunjung yang datang membawa rasa ingin tahu dan kantong belanja. Di lorong tengah, kami berjumpa dengan Rusdiana, seorang pedagang yang telah lebih dari sepuluh tahun menghidupi keluarga dari hasil menjual kerajinan tangan.
“Silakan mampir, ditanya-tanya aja dulu,” katanya sambil tersenyum ramah.
Meski kiosnya kecil, namun tampak semarak. Di gantungan atas, kaos-kaos bertuliskan “Borneo”, “Dayak”, dan “Ibu Kota Nusantara” bergoyang lembut tertiup angin. Di bawahnya, tersusun tas, dompet manik-manik, kain batik, sarung Samarinda, dan tenun khas Kalimantan yang warna-warni.
“Paling ramai dicari itu kaos dan gelang. Kaosnya murah, cuma Rp50 ribu. Gambar-gambarnya khas, bisa jadi kenang-kenangan. Kalau gelang mulai dari Rp10 ribu, anak-anak paling senang,” ceritanya sambil mengelus kain tenun warna biru tua bermotif daun rotan.
Tenun Khas Kalimantan
Sementara itu, terlihat kain yang digantung istimewa. Teksturnya halus, motifnya tegasmengisyaratkan cerita panjang tentang hutan, sungai, dan kehidupan suku-suku di pedalaman Kalimantan.
“Kalau ini, tenun Kalimantan. Biasanya dibeli buat dijadikan baju atau rok lilit. Mulai Rp250 ribu, tergantung corak dan benang. Yang ini, misalnya, motif Dayak Kenyah,” katanya, bangga.
Kami lalu bertanya, apakah pembelinya kebanyakan wisatawan? Rusdiana mengangguk. “Banyak dari luar kota. Bahkan ada yang dari Malaysia dan Singapura juga. Mereka suka yang etnik dan handmade. Apalagi dulu waktu Bu Iriana Jokowi sempat ke sini, ramai sekali. Beliau beli dari kios seberang, tapi dampaknya terasa. Jadi lebih banyak yang tahu pasar ini,” jelasnya.
Pasar Inpres memang bukan pasar biasa. Ia diresmikan pada tahun 1983 oleh Wali Kota Balikpapan kala itu, Syarifuddin Yoes, dan sejak itu menjadi bagian penting dari wajah ekonomi kreatif kota. Kini, keberadaannya terus dirawat oleh Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Perdagangan (Disdag).
Pasar ini bukan sekadar tempat belanja, tapi destinasi budaya. Kami sedang dalam proses revitalisasi, memperbarui fasilitas, dan akan menyediakan layanan non-tunai seperti QRIS agar lebih ramah wisatawan.
Merek dan Logo Pasar Inpres
Kepala Disdag Kota Balikpapan, Haemusri Umar, dalam keterangan terpisah menyampaikan bahwa pihaknya bahkan tengah memproses pendaftaran merek kolektif dan logo Pasar Inpres ke Kemenkumham. Tujuannya sederhana namun penting membuat Pasar Inpres lebih dikenal secara nasional bahkan internasional, bukan hanya sebagai pusat kerajinan, tapi juga ikon budaya Kalimantan Timur.
“Pasar Inpres ini istimewa. Di balik keramaian dan barang-barangnya, ada semangat UMKM, ada warisan budaya, ada jalinan ekonomi dan sosial yang tidak boleh putus,” katanya.
Kami mengangguk dalam hati. Karena memang terasa tempat ini bukan sekadar pasar, melainkan museum hidup. Di setiap tenunan, ada tangan-tangan terampil yang bekerja. Di balik setiap manik-manik, ada cerita tentang suku, alam, dan ketahanan budaya.
Sore itu, kami pulang membawa lebih dari sekadar suvenir. Di dalam kantong, ada kaos “Dayak” dan selembar tenun hitam bermotif. Tapi di dalam hati, kami membawa rasa hormat pada tradisi, rasa hangat dari senyum pedagang, dan keyakinan bahwa di balik keramaian pasar, selalu ada cinta pada tanah sendiri yang tetap menyala.***
(Tim Smartrt.news/rama)
BACA JUGA