Dari Tumpukan Sampah ke Pakan Ternak: Rumah Maggot di Tengah Pasar Klandasan

pasar Klandasan
Memanfaatkan maggot untuk daur ulang sampak organik di Pasar Klandasan Balikpapan. (Foto: smartrt/Dinas Pasar)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Suara sayur jatuh dari keranjang, pedagang memanggil pelanggan, dan aroma khas pasar pagi menyambut siapa saja yang masuk ke kawasan Pasar Klandasan. Namun, di sudut yang tidak banyak dilirik orang, ada aktivitas berbeda yang jauh dari jual-beli aktivitas yang bisa menjadi jawaban atas masalah lama kota ini: sampah organik.

Camat Balikpapan Kota Rosin Suparlan pada suatu pagi melangkah mantap melewati gang sempit pasar, diikuti oleh Kepala Dinas Perdagangan Haemusri. Mereka tak sekadar datang untuk meninjau, tapi untuk melihat harapan: Rumah Maggot, sebuah inisiatif kecil dengan dampak besar.

“Ini dia tempatnya,” ucap seorang staf pasar sambil membuka pintu rumah mungil berdinding kayu dan kawat kasa. Di dalamnya, ribuan larva Black Soldier Fly (BSF) sibuk menggerogoti sisa-sisa sayuran dan buah busuk. Tidak jijik, tidak bau. Justru penuh potensi.

“Ini solusi yang tidak hanya mengurangi tumpukan sampah, tapi juga menghasilkan pakan ternak dan kompos,” ujar Rosin, matanya menyapu barisan wadah plastik yang penuh dengan larva berdenyut pelan.

Dari Sampah Jadi Solusi

Di tengah kota yang terus tumbuh, sampah menjadi persoalan yang terus membayangi. Terutama sampah organik dari pasar-pasar tradisional yang jumlahnya bisa mencapai ton setiap harinya. Tapi siapa sangka, makhluk kecil seperti maggot bisa menjadi bagian dari jawabannya?

Haemusri, yang mendampingi peninjauan, menjelaskan bahwa kehadiran Rumah Maggot ini bukan hanya sebagai tempat pengolahan sampah, tapi sebagai percontohan. Harapannya, pasar-pasar lain di Balikpapan bisa mereplikasi sistem ini dan mulai mengelola limbah mereka sejak dari sumbernya.

“Pasar adalah sumber utama sampah organik. Kalau bisa diolah langsung di tempat, kita bisa mengurangi volume sampah dari hulu. Ini bentuk efisiensi dan kepedulian lingkungan sekaligus,” katanya.

Tak Hanya Organik, Plastik Juga Jadi Perhatian

Balikpapan bukan kota yang tinggal diam dalam menghadapi krisis lingkungan. Selain inovasi maggot, pemerintah kota juga aktif mengampanyekan pengurangan plastik sekali pakai. Mulai dari pembatasan kantong plastik di toko modern, edukasi ke masyarakat, hingga penerapan pemilahan sampah dari rumah tangga.

Langkah-langkah kecil ini menjadi bagian dari tekad besar: menjadikan Balikpapan sebagai kota hijau yang berkelanjutan. Kota yang tak hanya rapi di pusat pemerintahan, tapi juga di lorong pasar, rumah warga, dan sekolah anak-anak.

Kolaborasi Kunci Keberhasilan

Bagi Rosin dan Haemusri, keberhasilan Rumah Maggot bukan karena pemerintah bekerja sendiri. Justru sebaliknya karena warga pasar bersedia mencoba, komunitas lingkungan mendampingi, dan pemerintah menyediakan dukungan.

“Kami ingin kota ini bersih bukan karena disapu tiap hari, tapi karena semua orang sadar akan tanggung jawabnya,” ujar Haemusri sebelum meninggalkan lokasi.

Hari itu, tidak ada seremoni besar, tak ada panggung atau tepuk tangan. Tapi ada sesuatu yang lebih penting: secercah harapan dari sekumpulan larva kecil yang bekerja tanpa henti mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Dan siapa sangka, perubahan besar bisa dimulai dari tempat sekecil Rumah Maggot di sudut Pasar Klandasan.***

(Tim smartrt.news/anang)

Tinggalkan Komentar