BMKG: Waspada Bulan Ini Puncak Musim Hujan

laut
Perairan Balikpapan. (Smartrt.news)

SMARTRT.NEWS – BMKG mengingatkan puncak musim penghujan di Kaltim akan terjadi di bulan ini. Curah hujan akan kembali meningkat pada Maret dan April, sebelum kembali turun di Mei-Juni. Setelah itu memasuki musim kemarau pada Juli.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan pola ini lantaran faktor ekstratorial yang menyebabkan dua kali puncak musim penghujan.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menyampaikan secara akumulatif bulanan, beberapa wilayah di Kaltim mengalami curah hujan yang masuk kategori tinggi.

“Wilayah-wilayah itu meliputi Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Berau,” jelasnya, saat menjadi pembicara Pemantauan BMKG terkait Perubahan iklim, Selasa (8/4/2025). Hasil evaluasi BMKG menunjukkan curah hujan ekstrem melanda Kaltim sepanjang bulan Maret lalu.

Beberapa wilayah mencatatkan curah hujan harian melebihi 100 milimeter. Artinya ini indikasi intensitas hujan yang sangat tinggi.

Menurut Kukuh, data ini menunjukkan bahwa pola hujan di Kaltim pada Maret berada di atas normal. “Bahkan, melebihi rata-rata curah hujan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir,” paparnya.

Ia menambahkan, meski puncak musim hujan di Kaltim diperkirakan terjadi pada Maret dan April, BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada pada bulan April ini.

“Kami perkirakan dan informasikan, puncak musim di Kaltim di bulan Maret dan April. Sehingga harus waspada di bulan April ini karena puncak kedua dari Kaltim masih akan terjadi,” jelas keterangan BMKG.

Pola Hujan di Kaltim Terbilang Unik

Kukuh menyampaikan bahwa Kaltim memiliki pola musim hujan unik dengan dua kali puncak. Puncak pertama terjadi pada Desember-Januari, lalu penurunan curah hujan di Februari meskip tetap ada hujan.

Selain curah hujan ekstrem, BMKG juga mencatat peningkatan kejadian cuaca ekstrem dalam jangka pendek. Fenomena paling terasa adalah kenaikan suhu udara di Kaltim.

Yakni, mencapai 1-1,5 derajat Celsius, di Samarinda. Kenaikan suhu ini tercatat sebagai yang tertinggi dibandingkan rata-rata suhu normal.

Menurut pola hujan di bulan Maret dominan dari hujan lokal. Artinya, kondisi cuaca cerah di pagi hari dapat cepat berubah menjadi hujan lebat pada siang atau sore hari.

Selain itu, frekuensi hujan yang merata cenderung lebih sedikit dari hujan yang angin kencang. Yang justru lebih sering terjadi selama bulan Maret.

Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, BMKG telah berupaya maksimal dalam menyampaikan informasi dini kepada masyarakat. Upaya sebaran itu melalui prlbagai saluran, termasuk koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan komunitas kebencanaan melalui grup WhatsApp, serta melalui media sosial.

Ia meminta masyarakat terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengambil langkah pencegahan untuk meminimalisir risiko akibat cuaca ekstrem. “Terutama pada puncak musim hujan yang masih akan berlangsung bulan April,” jelasnya.